3. Frank Rijkaard
Rijkaard datang ke Barcelona setelah Blaugarana tanpa trofi sejak akhir musim Louis van Gaal (1999). Perubahan manajerial dan juga presiden membuat ketidakstabilan Barcelona. Dia bahkan diminta fans untuk mundur di awal musimnya dan semakin gencar ketika dia kalah dari Real Madrid di tahun 2003.
Pada saat itu memang merupakan tahunyan Real Madrid, mereka mendominasi Eropa dan La Liga ditambah Rijkaard gagal merekrut David Beckham. Sebagai alternatifnya, Rijkaard membeli Ronaldinho.
Di awal musim Barcelona sempat dekat dengan zona degradasi, namun dengan membeli Ronaldinho, Deco, Samuel Eto, Rafael Marquez dan Ludovic Giuly Barcelona terus berkembang dan berhasil menjadi runner-up La Liga. Fans pun tertegun melihat progress Barcelona. Bukan hanya membeli pemain, Rijkaard juga sukses membangun tim muda, saat itu Victor Vlades dan Andreas Iniesta paling menonjol.
Dengan dukungan penuh dari Laporta, musim berikutnya Barcelona berhasil memenangkan La Liga dan diteruskan ke musim 2005-2006, di musim ini dia juga memenangkan Liga Champions. Di masa ini, Ronaldinho benar-benar menjadi bintang dan berperan penting dalam kesuksesan Blaugrana.
Dengan filosofi attack-minded Rijkaard berhasil meredam dominasi Real Madrid, dia juga dua kali mengalahkan Real Madrid di Santiago Bernabeu dalam satu musim, sesuatu yang tidak diberikan pendahulunya Johan Cruyff, Louis van Gaal dan Luis Aragonez. Filosofi ini terus melekat pada Barcelona hingga saat ini.
Pada tanggal 8 Mei 2008, sehari setelah kekalahan telak Barcelona (4-1) dari Real Madrid Laporta mengumumkan Rijkaard tidak akan lagi menjadi manajer Catalan di musim depan. Di musim 2007-2008 Rijkaard juga tidak mempersembahkan trofi apa pun, tidak juga runner-up La Liga.
