Transparency International Indonesia (TII) menggandeng kelompok pegiat anti korupsi dan komunitas jejaring sosial meluncurkan situs ensiklopedia korupsi Indonesia bertajuk www.korupedia.org.
Korupedia merupakan situs ensiklopedia di dunia maya berisi daftar kasus-kasus kejahatan korupsi dan para pelakunya yang tersebar di Indonesia. "Tujuan keberadaan partal ini untuk memberikan efek jera bagi para koruptor di Indonesia," papar Sekretaris Jenderal TII, Teten Masduki saat meluncurkan www.korupedia.org di Jakarta, kemarin.
Selain itu, lanjut Teten, keberadaan situs ini agar masyarakat Indonesia tidak lupa dengan koruptor yang menggerogoti ekonomi Indonesia. Jadi keberadaan situs ini memberikan pelajaran bagi generasi penerus untuk menjadikan kejahatan korupsi sebagai sebuah pembelajaran. "Karena perjuangan manusia adalah perjuangan melawan lupa," ucapnya
Tujuan lainnya juga untuk mendinamisasikan kasus-kasus korupsi yang macet di kejaksaan, polisi, dan KPK. Dan media online ini juga untuk menggingatkan kepada ketiga lembaga penegak hukum untuk tetap konsisten dalam melakukan pemebarantasan korupsi, tambanya.
Melalui situs ini, lanjut Teten, bisa mengakses daftar kasus-kasus korupsi yang telah memiliki putusan hukum tetap (Inkracht) sejak tahun 2001. Publik juga bisa mengetahui setiap detail kejahatan korupsi itu, mulai dari jenis kejahatan korupsinya, seperti korupsi APBN / APBD, penggelapan perbankan, pemerasan hingga korupsi dalam pemilihan kepala daerah atau presiden, dan lain-lain.
Informasi lainnya yang bisa didapatkan, yakni lokasi kejadian, waktu, besaran nilai uang yang dikorupsi, hingga profil atau identitas lengkap dari para koruptor yang tersebar di pelosok nusantara. "Lewat situs ini kita mencoba menampilkan data sensus korupsi di tanah air, mulai jenis korupsi, daerah mana saja yang paling banyak terjadi kasus korupsi sampai jenis kelamin pelaku korupsi laki-laki atau perempuan yang lebih banyak bisa terpantau.†jelasnya.
Tak hanya itu, Korupedia juga dilengkapi tautan berita terkait isu korupsi di Indonesia. "Setelah seluruh data diverifikasi, baru dipublikasikan," kata Teten.
Ratna Dasahasta, redaksi www.korupedia.org menambahkan para penggagas situs ensiklopedia koruptor ini menilai sanksi hukum terhadap para koruptor yang berlaku di Indonesia sangat ringan, sehingga tidak memberi efek jera.
"Banyak koruptor yang dihukum ringan hanya kurang dari 2 tahun, dan umumnya setelah keluar dari penjara para koruptor itu tidak merasa bersalah sedikitpun. Masyarakat juga mudah melupakan, jadi mereka bisa terpilih lagi jadi politisi, atau malah mendapat tempat yang terhormat di masyarakat,†kata dia.
Dengan adanya akses publik untuk mendapatkan data tentang kasus-kasus korupsi, diharapkan dapat memberikan sanksi sosial di masyarakat.
Hingga kini, situs Korupedia baru memuat sekitar 100 jenis kasus korupsi yang terjadi sejak tahun 2001. Beberapa nama koruptor sudah terpampang di situs ini, lengkap dengan fotonya. Seperti, Gayus Tambunan, Artalita Suryani, mantan anggota DPR Al Amin Nasution, dan mantan beberapa pejabat daerah yang telah divonis bersalah melakukan korupsi.
Ditambahkan, masyarakat yang memiliki ide dan ingin memberikan sumbangsih berita bisa mengirimkan tulisan mereka mengenai korupsi. Korupedia dijamin akan menjadi situs yang terbuka.
Suwandi Ahmad, salah seorang penggagas mengakui sejak situs diluncurkan sudah banyak yang meng-upload, sebaliknya juga banyak yang menghacker. "Banyak orang yang tidak suka dengan keberadaan situs ini, sehingga melakukan berbagai cara untuk mengacaukan keberadaan situs ini. Namun untungnya, kami sudah memiliki 'senjata' untuk membentengi situs ini," katanya. [*endy]
