(gambar  via: www.hindustantimes.com)
Mendiang Amanda Todd, merupakan salah satu contoh kasus yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran kasus pembulian lewat media internet. Diketahui, Amanda sempat mengirimkan foto topless ke seseorang yang dikenal lewat jejaring sosial Facebook. Beberapa tahun kemudian, seseorang mengirimkan foto tersebut kepada Amanda, dan mendadak menjadi viral di internet. Beredarnya foto Amanda, menimbulkan reaksi dari berbagai pihak, tak sedikit yang membully dirinya. Nama baik Amanda rusak, hingga sempat pindah sekolah beberapa kali. Namun cerita tragis menggelayuti Amanda, remaja kelahiran 1996 di British Columbia Canada tersebut meninggal dengan cara bunuh diri. Kasus Amanda Todd, terjadi beberapa waktu silam, kalau tidak salah sekitar tahun 2014. Amanda mengalami tindakan bully selama 3 tahun, bukan waktu yang pendek bagi kita.
Kasus bully lewat dunia maya, sebenarnya bisa terjadi dimana saja, termasuk kepada kita ataupun orang-orang terdekat kita. Berawal dari posting gambar, kalimat atau apapun di sosial media, bisa berujung mendapatkan reaksi dari para pengguna internet yang lain. Ada yang suka, bahkan tidak jarang ada yang mengungkapkan sumpah serapah terhadap potingan kita.
Setiap orang memang bisa bereaksi apapun terhadap bully lewat media sosial. Bagi yang bisa mengendalikan diri, dan memiliki daya tahan mental yang tangguh tentunya dapat dengan mudah minyikapi masalah ini, namun tidak semua orang memiliki daya tahan mental yang tangguh dalam menghadapi cercaan dan cemoohan lewat media sosial.
Salah satu sisi jelek sosial media adalah, orang bisa bicara apapun, terkadang tanpa memikirkan konsekuensi tanggung jawab dari apa yang disampaikan. Memposting sesuatu, gambar, kata atau bahkan video pendek, tanpa berpikir panjang akibat dari postingan tersebut. Tidak semua orang bisa menerima apa yang kita sampaikan lewat sosial media kita.
Bijaklah ketika memposting sesuatu. Ini mungkin nasehat klasik, namun kita tetap harus bisa mempraktekkannya. Hal yang harus kita cermati pertama adalah, media sosial merupakan media publik, artinya siapapun dapat mengakses postingan kita. Terlebih, ketika sebuah postingan mengadung sebuah kontroversi, hal tersebut akan dengan sangat cepat menyebar ke seantero penjuru dunia yang bisa dijangkau internet. Dari sudut teramai dikota, hingga sudut pelosok kamar yang ada dipedesaan, akan bisa menyaksikan dan memberi komentar terhadap sebuah postingan kita.Â
Korban Bully
(gambar via: en.wikipedia.org)
Secara psikologis, korban bully bisa menjadi pemurung, merasa terisolasi secara sosial, hingga depresi berkepanjangan. Ini bisa jadi yang menimpa Amanda Todd ketika mendapat reaksi publik yang mencemooh dirinya.
Viral, ini mungkin istilah yang lahir setelah semakin memasyarakatnya media sosial. Bagi yang menjual dagangan via on line, mungkin kekuatan viral marketing bagus bagi usaha kita, namun untuk viral postingan sesuatu yang negatif tentunya dampaknya akan negatif juga bagi sang empunya postingan.
Hukuman yang diterima berupa cercaan dari korban bully memang terkadang miris, yang tidak kuat menerima cercaan tersebut lama-lama merasa rendah diri dengan cemohan. Dukungan dari orang terdekat, dalam hal ini mungkin sangat diperlukan. Dukungan akan membesarkan hati bagi korban bully. Selain keluarga, sahabat yang bisa dipercaya juga dapat menjadi tempat curhat bagi orang-orang yang terkena bully.
Hindari menutup diri. Seseorang yang mendapat masalah, terkadang memang akan memiliki kecenderungan menutup diri. Tindakan ini akan semakin membuat orang tersebut memendam beban yang dialami. Keterbukaan dengan sahabat, keluarga, ataupun orang yang bisa dipercaya, sangat diperlukan untuk mengurangi beban diri yang dialami. Mengajak berbicara dengan korban bully dapat meringankan beban yang ditanggungnya.
Menulis. Menulis diketahui dapat meringankan beban seseorang ketika sedang dilanda suatu masalah. Ungkapkan beban yang dialami dalam sebuah catatan diary, bebas ungkapkan apa yang kita alami. Beberapa ahli mengungkapkan, dengan menulis diary, kita akan terbantu melepaskan beban jiwa yang kita alami.
Puasa media sosial. Bagi korban yang menjadi korban bully, sebaiknya untuk beberapa waktu tidak membuka akun media sosial miliknya. Hal ini untuk menghindari semakin tertekannya dengan cemoohan dari para pengguna media sosial yang lain.
Mendekatkan diri pada sang pencipta. Sebagai seorang manusia, kita tentunya tidak hanya memiliki dimensi fisik semata, namun juga memiliki dimensi spiritual. Isilah dimensi spiritual tersebut dengan mendekat kepada sang pencipta, bagi sahabat muslim tentunya bisa dengan melaksanakan ibadah Sholat. Bagi sahabat yang memiliki keyakinan lain, bisa juga dengan semakin mendekatkan diri sesuai dengan keyakinan masing-masing. Menenangkan diri dengan jalan meditasi juga bisa kita lakukan untuk mengurangi beban jiwa.