Twitter menghadirkan layanan aplikasi video streaming bernama Periscope. Aplikasi ini dihadirkan agar pengguna bisa melakukan streaming video hanya dengan sebuah ponsel pintar. Suatu kemampuan yang tidak dimiliki oleh Youtube.
Sebenarnya, layanan aplikasi video streaming bukanlah hal baru. Sebelum Twitter menghadirkan Periscope, sudah ada layanan serupa, yakni Ustream dan Meerkat. Kehadiran Periscope ini tentunya akan menambah persaingan di ranah video live streaming atau video steaming real time. Untuk melihat lebih dekat dengan Periscope, simak ulasannya berikut ini.
Tentang Periscope
Laynan video live streaming memang bukanlah ekosistem yang populer. Namun, ranah ini tampak menggeliat setelah populernya Meerkat dan Ustream. Kini, Twitter pun hadir di ranah ini dengan menghadirkan aplikasi video streaming Periscope. Dengan nama besar Twitter dan jumlah pengguna yang banyak, bukan tidak mungkin banyak pengguna yang akan menggunakan Periscope dan layanan aplikasi video streaming secara live menjadi populer.
Deskripsi
Periscope sebenarnya bukanlah layanan asli dari Twitter. Periscope ssebelumnya dikembangkan oleh Kayvon Beykpour dan Joe Bernstei. Baru pada awal 2015, Twitter mengakusisi layanan ini senilai $100 juta atau sekitar Rp 1,3 Triliyun. Sebuah nilai yang tentunya sangat fantastis. Setelah diakusisi, Twitter kemudian menghadirkan layanan ini ke dalam sebuah aplikasi mobile, yakni Periscope di iTunes App Store. Kehadiran aplikasi ini ditujukan agar pengguna bisa membagikan pengalaman ketika berkunjung terhadap suatu tempat atau melihat momen tertentu di suatu tempat dan membagikannya dengan pengguna lainnya secara langsung.
Desain dan Interface
Aplikasi ini memiliki tampilan desain yang sangat mirip dengan aplikasi Twitter. Pengguna yang baru menginstal aplikasi ini kemudian melihat tampilannya akan langsung berpikir pada desain Twitter. Latar warna putih dengan corak biru langit sangat dominan di aplikasi ini. Cukup wajar desainnya mirip dengan Twitter, mengingat aplikasi ini adalah layanan dari Twitter. Bukan hanya desain yang mirip dengan layan Twitter, tampilan antarmuka serta navigasinya cenderung mirip meski hadir dengan sentuhan yang sedikit berbeda. Hal ini terlihat dari konsepnya yang mirip dengan Twitter, seperti following dan followers, tampilan pto profil pengguna dan timline yang mirip dengan Twitter, yakni timeline dengan konsep minimalis yang realtime bermunculan.
Fitur
Selain kehadiran tombol follow, aplikasi ini juga menghadirkan fitur notifikasi. Bedanya, notifikasi pada Periscope bukan pemberitahuan mention tetapi pemberitahuan tentang siapa yang sedang ada dalam jaringan di kontak. Misalnya, ada pengguna yang sedang “on air” atau melakkan live video streaming, maka hal ini akan muncul di notifikasi. Tetapi khusus beberapa live broadcast mungkin tidak akan muncul karena pengguna mengkhususkan live broadcast mereka untuk orang tertentu atau pihak tertentu. Ini artinya, Periscope memungkinkan pengguna untuk melakukan video streaming secara publik maupun secara khusus.
Oh yah, jika notifikasi ini dianggap kurang penting, pengguna bisa menonaktifkannya. Jika menonaktifkan fitur ini, maka pengguna tidak akan menerima notifikasi jika ada yang sedang melakukan broadcast. Tentu ini membuat pengguna bisa mengatur broadcast mereka sesuai yang mereka inginkan, baik dalam melakukan live broadcast maupun dalam menerima broadcast.
Tidak ada tombol retweet atau favorit di aplikasi ini. Pengganti fitur itu adalah tombol komentar dan “lik” berbentuk hati layaknya instagram. Misalnya, pengguna sedang melihat live broadcast dari salah satu kontak dan pengguna menyukainya, maka pengguna bisa memberikan tanda hati pada video broadcast tersebut. Pengguna juga menghubungkan aplikasi ini ke Twitter dengan tujuan pengguna yang menggunakan browser bisa menikmati video broadcast ini. Selain itu, ada juga fitur replay selama 24 jam setelah transmisi asli guna membuat konten pengguna yang menyiarkan video untuk lebih kreatif.
Kesimpulan
Periscope adalah aplikasi yang memang potensial mengeruk banyak pengguna. Namun, utnuk mencapai hal itu perlu waktu, terutama di Indonesia. Ada dua penyebabnya. Pertama layanan ini masih baru dan cenderugn eksklusif karena hanya hadir di perangkat iOS (iPhone 5, iPhone 6, dan iPhone 6). Kedua, jaringan internet Indonesia yang masih belum secepat di negara lain menjadi kendala untuk melakukan broadcast. Tapi, kedua masalah ini dalam beberapa waktu kedepan bisa teratasi. Pasalnya, Twitter sedang mempersiapkan aplikasi ini di Android, yang tentunya jumlah penggunanya lebih banyak dibandingkan Twitter. Kedua, teknologi jaringan 4G sedang mulai berkembang di Indonesia meski hanya di beberapa kota saja. Sambil menunggu kehadiran aplikasi ini di Android, silakan coba aplikasi ini khusus untuk yang menggunakan perangkat iOS. Download aplikasi Periscope ini.[HMN]