Bagi mereka yang telah menciptakan ataupun menemukan teknologi Google Glass sebaiknya sekarang lebih berhati-hati. Hal ini disebabkan karena sebuah teknologi terbaru telah muncul dan tanpa menggunakan sebuah batang kacamata seperti halnya Google Glass
Teknologi ini adalah sebuah kontak lensa elektronik yang mana dapat selaras dengan kornea mata kita lambat laun bisa menjadi pesain besar Google Glass dan bahkan menjadi sebuah alternatif yang baik dibandingkan menggunakan Google Glass.
Para peneliti di beberapa lembaga, termasuk dua peneliti Samsung, telah membangun sebuah teknologi kontak lensa semacam ini. Teknologi ini menggunakan Nanomaterials baru untuk memecahkan beberapa masalah pada penampilan kontak lensa elektronik ini.
Sebuah kelompok peneliti yang dipimpin oleh Jang-Ung Park, seorang insinyur kimia di Ulsan National Institut Sains dan Teknologi, memasang sebuah pemancar cahaya light-emitting diode pada off-the-shelf soft lens, para peneliti ini menggunakan bahan-bahan yang dapat dikembangkan seperti bahan yang transparan, campuran konduktif dan elastis dari kawat nano graphene dan perak.
Para peneliti menguji lensa ini pada kelinci yang mana mata seekor kelinci ini mirip dengan ukuran mata manusia, dan selama percobaan ini para peneliti tidak menemukan efek buruk setelah lima jam masa percobaan pada kelinci ini. Hewan-hewan tidak menggosok mata mereka atau tumbuh merah, dan elektronik terus bekerja. Karya ini dijelaskan secara online dalam jurnal Nano Letters.
Untuk menyelesaikan proyek ini, para peneliti pertama-tama harus menemukan bahan-bahan transparan, bahan yang sangat konduktif dan juga fleksibel. Jika sebuah konduktor transparan pilihan dalam elektronik konvensional tersebut kaku, mengandung timah oksida indium, dan rapuh, dapat melelehkan kontak lensa itu sendiri. Konduktor organik, graphene dan kawat nano yang fleksibel dan transparan, nyatanya bahan-bahan ini belum cukup konduktif juga.
Berkolaborasi dengan Sung-Nam Woo dari University of Illinois di Urbana-Champaign, Park menemukan bahwa dengan mengapit kawat nano perak antara lembar graphene dapat menghasilkan komposit dengan hambatan listrik jauh lebih rendah daripada salah satu bahan saja. Standar industri untuk konduktor transparan adalah resistensi dari 50 ohm per persegi atau kurang, kata Nam, materi mereka memiliki ketahanan sekitar 33 ohm per persegi. Bahan ini juga mengirimkan 94% dari cahaya yang nampak, dan membentang. Para peneliti membuat lembaran konduktif ini dengan mendepositokan larutan cair dari Nanomaterials pada permukaan yang berputar, seperti kontak lensa , pada suhu rendah.
Bekerja dengan peneliti dari Samsung, mereka melapisi kontak lensa dengan konduktor yang elastis, kemudian menempatkan light-emitting diode di atasnya. Sejumlah perusahaan dan peneliti telah mengembangkan kontak lensa elektronik ini selama lima tahun terakhir. Sensimed, Swiss, membuat lensa untuk pemantauan selama 24 jam dari tekanan mata pada pasien glaukoma, dan peneliti lain, termasuk University of Washington professor dan penemu proyek Google Glass Babak Parviz, telah membangun teknologi contact-lens displays. Tetapi perangkat ini masih menggunakan bahan kaku atau bahan yang tidak transparan.
Park akhirnya ingin membuat kontak lensa yang memiliki semua fungsi dari sebuah komputer yang mana dapat dipakai namun tetap transparan dan lembut ketika dipakai. "Tujuan kami adalah untuk membuat tampilan kontak lensa dapat dipakai dan dapat melakukan semua hal sebagaimana yang Google Glass bisa melakukan," katanya.
Nam percaya aplikasi medis kontak lensa elektronik mungkin lebih menjanjikan. Kelompok De Smet sedang mengembangkan lensa yang secara aktif dapat menyaring cahaya untuk mengkompensasi masalah penglihatan. [NRZ]
