Seiring dengan makin tingginya pertumbuhan literature dalam bentuk tercetak yang dihasilkan setiap tahunnya, serta mengurangi maraknya plagiarisme diperlukan pengembangan Institusional Repository (IR). Nah, untuk mengembangkan IR atau jurnal/artikel pada perguruan tinggi dalam bentuk digital diperlukan kebijakan administratif dan teknis. Kebijakan tersebut diupayakan dapat mendorong kinerja system dan tentunya peningkatakan konten.
"IR sebaiknya dikembangkan dengan prinsip open content yang dapat di akses secara terbuka dan gratis oleh masyarakat luas,†ujar Jonner Hasugian MS, Kepala Perpustakaan dan Sistem Informasi (PSI) Universitas Sumatera Utara (USU) di sela Konferensi Infrastruktur Informasi Sains dan Teknologi di Goethe Haus Jakarta, kemarin. Pasalnya, pemilihan digital repository software (DRS) yang tepat sangat menentukan kinerja dan performa IR.
Dia menyatakan, DRS berbasis open source yang paling banyak digunakan di dunia adalah DSpace (DuraSpace) dan Eprints. Selain memiliki fitur standar metada internasional Dublin Core, aplikasi ini juga mendukung open archives Initiative-Protocol for Metadata Harvesting yang memungkinkan pertukaran metadata dapat dilakukan secara otomatis. Sebab, pendaftaran IR pada sejumlah direktori repositories terkenal seperti ROAR dapat meningkatkan popularitas IR.
"Penggunanan DSpace yang tersebar di seluruh dunia dan dengan komunitas pengguna yang cukup besar, memungkinkan dilakukan sharing informasi sesama komunitas, terutama dalam hal penggunaan maupun update system,†papar Jonner yang juga anggota Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) . Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka DSpace dipilih oleh USU Repository menggantikan Deli.
Sekedar diketahui, DSpace adalah paket perangkat lunak berbasis open source yang dikembangkan melalui kolaborasi antara Massachusetts Institute of Technology (MIT) Libraries dan Hawlett Packard (HP). DSpace dapat digunakan untuk pengelolaan konten digital termasuk mengumpulkan, mengelola, mendistribusikan dan meng-indeks. DSpace dapat diperoleh secara gratis melalui dspace.org. Program ini juga mudah di install dan digunakan serta dapat dikustomisasi sesuai kebutuhan pengguna.
Menurut Jonner yang kini menjabat Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan (S1), Fak. Sastra USU, perpusatakan sebagai penyedia layanan informasi mempunyai peran yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan mengembangkan koleksi digital. USU sendiri telah mengembangkan USU Repository sejak 2001 dengan mendigitalisasi karya ilmiah atau laporan penelitian yang jumlahnya ketika itu masih sedikit yakni 298 judul yang kemudian di publikasikan di web pada Februrai 2002.
Saat itu, lanjut dia, program aplikasi yang digunakan masih sederhana yaitu memanfaatkan modul download yang ada pada CMS PostNuke. Dan, pada kurun waktu 2002-2006, proses digitalisasi dilanjutkan sehingga konten-nya bertambah menjadi 1.981 judul. Tak hanya itu, pada 2007, melalui program hibah kompetisi Inhernet, perpustakaan mengembangkan perangkat lunak yang diberi nama Deli. "Aplikasi ini dikembangkan dalam bentuk sebuah modul (ekstensi) yang diintegrasikan pada CMS Joomla sebagai situs webnya. Melalui program ini, konten USU IR bertambah menjadi 6.000 judul,†urai Jonner [*dju]