Jakarta- Strategi bundling atau cara pemasaran dua produk dalam satu paket dengan harga lebih miring, tampaknya bakal marak untuk pasar telekomunikasi selular Indonesia, yang semakin jenuh ini.
Kecenderungan itu diungkapkan Gideon Edie Purnomo, Vice President Channel Management Telkomsel, dalam diskusi bertajuk "Tren Bundling Sebagai Strategi Mengatasi Kejenuhan Pasar Di Industri Selular", belum lama ini, di Jakarta.
"Kuncinya adalah bagaimana menghadirkan produk dan layanan dalam produk bundling sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen," kata Gideon.
Lazimnya dalam bundling, operator menawarkan kartu selular dan perangkat ponsel dalam satu paket dengan harga lebih miring. Dalam perkembangannya paket data Internet juga sering dimasukan dalam strategi bundling.
Namun, menurut pakar pemasaran Yuswohadi, kecendrungan itu tidak akan berlangsung lama, karena masih menggunakan pendekatan persaingan harga.
"Bundling hanya bentuk lain dari perang harga. Sama saja dengan diskon," tukas Yuswohadi.
Menurutnya, strategi bundling yang mengedepankan permainan harga mudah diikuti oleh semua operator. Karenanya sulit dikembangkan lagi.
"Nasib strategi bundling tidak akan lama karena tidak ada lagi yang bisa dieksplorasi," ia menjelaskan.
Sebagai gantinya, ia menganjurkan agar perusahaan operator mengedepankan strategi bundling yang menawarkan paket aplikasi dan konten yang mempunyai nilai manfaat bagi pengguna ponsel.
Menurut data yang dirilis The Wireless Network, jumlah pelanggan telepon seluler (GSM dan CDMA) hingga akhir 2010 mencapai 240 juta. Sementara pasar selular di Indonesia diramaikan oleh sepuluh operator selular yakni Telkomsel, Indosat, XL, Flexi, Tri, Esia, Axis, Fren, Smart, dan StarOne. [TA/Ant]