1

Kebangkitan Teknologi Mesin: Otomatisasi Industri Apakah Ancaman Masa Depan Tenaga Kerja?

22 Mar 2013 08:00 5624 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Pada awal abad ke 19, David Ricardo telah memikirkan kemungkinan bahwa suatu saat teknologi mesin akan menggantikan tenaga manusia, Karl Max sependapat dengan pemikirannya. Pada jeda waktu yang tidak terlalu jauh, Luddites yang merupakan seorang seniman menggerakkan sebuah protes terhadap revolusi mesin tekstil yang dianggap mengambil pekerjaannya.

Pada awal abad ke 19, David Ricardo telah memikirkan kemungkinan bahwa suatu saat teknologi mesin akan menggantikan tenaga manusia, Karl Max sependapat dengan pemikirannya. Pada jeda waktu yang tidak terlalu jauh, Luddites yang merupakan seorang seniman menggerakkan sebuah protes terhadap revolusi mesin tekstil yang dianggap mengambil pekerjaannya.

Kemudian ketakutan terhadap revolusi teknologi mesin hilang. Muncul pekerjaan baru dengan upah yang lebih tinggi, kondisi yang lebih mudah, dan untuk lebih banyak orang segera diciptakan dan ditemukan. Namun hal ini tidak berarti revolusi mesin atau otomatisasi industri lenyap. Justru kebalikannya, kebangkitan mesin dilakukan secara perlahan. Ketakutan bahwa pekerjaan manusia diambil oleh mesin sudah mulai terasa akhir-akhir ini.

Untuk beberapa negara, kebangkitan ini mungkin bisa mengakibatkan kekacauan. Imajinasi seperti apa jika mesin-mesin dapat mengerjakan hampir semua pekerjaan manusia. Saat ini, otomatisasi industri di bidang manufaktur telah berkembang bahkan hingga ke wilayah di mana buruh telah menjadi relatif murah. Pada tahun 2011, perusahaan-perusahaan di China menghabiskan 8 juta yuan untuk industri robot. Foxconn, sebuah perusahaan yang memproduksi iPad untuk Apple, berharap untuk memiliki situs operasi yang semuanya terlaksana secara otomatis sekitar 5 hingga 10 tahun mendatang.

Sekarang penggantian kerja buruh telah merambah melebihi perusahaan manufaktur, contoh yang paling jelas adalah bisa dilihat di setiap supermarket di mana etiap kasir bisa digantikan oleh satu karyawan yang memonitor deretan mesin yang bisa melayani konsumen sendiri. Intinya adalah sebagian kegiatan berbelanja semua diserahkan ke konsumen dengan bantuan mesin. Karyawan hanya mengawasi jika ada kecurangan atau pertanyaan dan bantuan.

Bagi siapa yang melawan proses otomatisasi industri namun memiliki skill buruh yang rendah, satu jawaban pasti adalah pelatihan skill yang lebih tinggi. Namun kemajuan teknologi juga bisa mengalahkan kemampuan manusia juga. Sebuah deretan pekerjaan yang kita tahu bahwa pekerjaan ini menuntun skill tinggi, aman, dan manusiawi mungkin bisa menjadi sasaran berikutnya dari perkembangan teknologi.

Seperti yang ditegaskan oleh sebuah artikel di Financial Times, dalam dua area yang dianggap kebal terhadap tuntutan produktivitas yaitu sektor pendidikan dan kesehatan, teknologi telah mengurangi permintaan dari tenaga kerja berkemampuan tinggi. Penerjemah, analis data, penerima informasi, seluruh deratan pekerjaan yang berkemampuan tinggi mungkin bisa diambil oleh mesin. Permasalahannya adalah apa yang dipersiapkan generasi mendatang untuk sebuah pekerjaan. Beberapa orang optimis mengatakan bahwa banyak tipe pekerjaan baru akan dibuat, mungkin bisa jadi ada pekerjaan koordinator kemudi taksi atau bus yang terotomatisasi, analis data besar, atau mekanik robot. Ini bukan merupakan pilihan pekerjaan yang cukup banyak.

Bayangkan teknisi yang terampil menggantikan supir taksi atau supir truk, sekelompok kecil manusia yang berprofesi sebagai mekanik mengendalikan robot dalam jumlah yang besar, atau seorang analis data dan programnya menggantikan deretan akuntan dari sebuah bank. Kita dapat melihat tanda-tanda masa depan tersebut sekarang. Twitter, sebuah perusahaan media sosial, merupakan perusahaan yang minim karyawan. Namun perusahaan ini memiliki nilai sebesar 6 juta dolar dan hanya memiliki karyawan sejumlah 400 orang. Jumlah ini setara dengan sebuah pabril tekstil skala sedang.

Tidak benar bahwa otomatisasi industri menyebabkan kenaikan pengangguran sejak 2008. Apa yang dapat diperhatikan adalah pengangguran secara terstruktur. Penggangguran tetap terjadi bahkan ketika krisis ekonomi telah pulih dan hal ini terjadi selama 25 tahun. Penggangguran terus meningkat dan susah untuk menurunkan angka pengangguran ini di seluruh dunia. Memang, hari-hari di mana pemerintah Inggris telah menganggap normal bahwa kenaikan pengangguran sebesar 2% telah hilang. Ini merupakan prestasi tinggi dari pemerintah yang baru-baru ini karena telah membawa angka pengangguran turun sebesar 5%. Hal ini disebabkan karena pemerintah tersebut telah sukses menggabungkan pekerjaan-pekerjaan tidak penting dan pelatihan bermutu rendah.

Hingga saat ini masih ada pernyataan mengenai teknologi mesin yang akan menggantikan tenaga kerja manusia masih lama terjadi. Namun hal ini tidak menghindari adanya kenyataan terdapatnya pengangguran akibat perkembangan teknologi. Seperti yang dinyatakan John Maynard bahwa semakin berkembangnya teknologi efektivitas pekerjaan manusia semakin rendah. Selama Revolusi Industri, jam kerja meningkat hingga 20% saat pabrik-pabrik mengantikan istirahat untuk makan. Hari ini kita menemukan sebuah kesepakatan pembagian kerja di negara miskin. Hal ini merupakan arti yang sama dengan pembatasan pekerjaan. Para ekonom menyebutnya ‘pemecatan yang tersamar’. Jika keluar dari kemelaratan adalah tujuan akhirnya, ‘pemecatan yang tersamar’ adalah hal yang buruk. Namun jika mesin-mesin telah direkayasa untuk mengeluarkan dari kemelaratan, maka pembagian kerja ini dilakukan dengan cara perluasan kerja yang juga membutuhkan tenaga kerja manusia.

Jika satu mesin dapat mengurangi separuh dari tenaga kerja yang dibutuhkan, kenapa membuat tenaga kerja yang hilang tersebut dibuang, dan mengapa tidak membuat pekerjaan yang lebih banyak? Dengan mesin-mesin yang terotomatisasi mestinya produksi bertambah namun jam kerja bisa dikurangi. Ini hal yang adil daripada memutuskan kontrak tenaga kerja. Daripada kita menolak untuk terjadi perkembangan teknologi, seperti yang dilakukan Luddites, seharunya kita mempersiapkan apa yang kita lakukan di masa depan. Otomatisasi industri tidak mungkin dihindari, namun sebelum maju ke tahap tersebut kita membutuhkan sebuah revolusi di bidang sosial.

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel