Bangli (Bali) - Di usia senjanya Nenek Kerta, warga Banjar Payuk, Desa Peninjoan, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali hanya bisa duduk dan berbaring untuk melakukan aktifitas sehari-harinya. Nenek Kerta tinggal di sebuah Gubuk yang bisa dikatakan tidak layak diatas sebuah Bukit yang sekelilingnya terdapat sawah milik warga sekitar. Kejadian tabrak lari sepuluh tahun lalu saat berjualan minyak kelapa ke Pasar membuat ruang geraknya terbatas. Saat ini Nenek Kerta dirawat oleh putra nya yakni Made Mustika yang bermata harian sebagai pemetik buah kelapa. Made Mustikalah yang merawat nenek Kerta dan membantu untuk memasak serta merawat ibunya sehari-hari. Gubuk yang mereka tinggali pun saat musim hujan tiba banyak bocor dimana-mana. Nenek Kerta juga tidur beralaskan kain seadanya buka tidur di kasur yang empuk seperti masyarakat kebanyakan.
Terketuk dengan nasib dan kehidupan Nenek Kerta, Komunitas Ketimbang Ngemis Bali (KNB) bersama para relawan melakukan kunjungan dan aksi sosial ke kediaman sosok mulia Nenek Kerta pada hari Minggu (6/1/2019). Rombongan KNB menempuh perjalanan selama kurang lebih 2 jam dari Kota Denpasar. Usai tiba di Pura Puseh di Banjar Payuk mengendarai kendaraan roda dua para anggota dan relawan KNB harus berjalan selama 20 meni melewati jalan setapak untuk menuju kediaman Nenek Kerta. Mereka harus melewati jalan setapak, menemui jurang yang terjal serta naik ke atas perbukitan dan persawahan. Anggota dan relawan KNB bergotong royong membawa donasi dan bingkisan untuk Nenek Kerta meskipun medan begitu ekstrim.
Adapun bantuan yang dibawa oleh Komunitas KNB amanah dari para dermawan diantaranya  selimut, sarung kemben Bali, baju , minyak telon, kaos kaki, makanan yang bisa bertahan lebih dari 1 bulan seperti abon ikan, lampu tenaga surya untuk penerangan, uang donasi, dan makan siang untuk Nenek Kerta. Meski sudah uzur, Nenek Kerta dapat berinteraksi dengan anggota Komunitas KNB dengan bahasa Balinya yang begitu kental meski terbata-bata. Raut wajah Nenek Kerta tergambar bahwa dahulu ia merupakan sosok wanita pekerja keras.
Â
Â
Made Mustika, anak kandung Nenek Kerta sangat bersyukur dan bahagia Komunitas KNBÂ memperhatikan nasib ibunya.
“Matur suksma (red : ucapan terimakasih dalam bahasa Bali) ibu saya diperhatikan, semoga kebaikan adek-adek dibalas Ida Sang Hyang Widhi Wasa†ucapnya lirih.
Salah seorang Anggota Komunitas KNB, Ganang Heruanto saat kegiatan kunjugan dan santunan untuk Nenek Kerta mengatakan bahwa sangat bersyukur bisa diberikan kesempatan untuk melakukan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh komunitasnya. Ia bersama dengan tim KNB lainnya akan kembali bersama para relawan lainnya berjanji akan kembali lagi menyambangi Nenek Kerta tidak hanya hari ini saja.
“Sangat bersyukur bisa berkunjung ke kediaman Nenek Kerta, kunjungan ini tidak hanya berakhir hari ini saja, karena kedepannya Komunitas KNB akan memberikan bantuan lainnya, ini merupakan pertama sekaligus survey saja†pungkas lelaki asal Semarang ini.
Koordinator Lapangan Komunitas KNB, Muhammad Imran Syaban mengetahui kisah Nenek Kerta awalnya berawal dari sebuah postingan di social media. Akhirnya ia dan relawan KNB tergerak untuk datang ke rumah Nenek Kerta.
“Awalnya saya mengetahui kisah Nenek Kerta dari postingan Bli (red : panggilan kakak laki-laki di Bali) Andi, Komunitas Relawan Bali di Instagram. Bli Andy sudah kesana untuk datang dan memberikan bantuan. Akhirnya Komunitas KNB pun bergerak memberikan bantuan serupa. Semoga bantuan kecil ini bisa meringankan Nenek Kerta yang saat dikunjungi sedang sakit demam†jelasnya.