Pendidikan merupakan hak semua orang, termasuk teman-teman difabel. Namun sayangnya masih terjadi diskriminasi pada teman-teman difabel. Oleh karena itu, Millatul Hanifiyyah dan Lynglie Astrid yang merupakan mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)Â menginisiasi sebuah kampanye untuk membantu mewujudkan pendidikan inklusif serta untuk mengurangi diskriminasi terhadap difabel terutama Teman Tuli. Kampanye yang diberi nama Samarata Campaign ini diinisiasi sejak Bulan September dan telah melakukan serangkaian program kegiatan.
           Kegiatan kampanye dilakukan melalui akun instagram Samarata Campaign dengan menggunakan hastag #kitasamarata  dan on ground campaign yang berkolaborasi dengan berbagai pihak. Pada awal Oktober lalu, Samarata Campaign telah berkolaborasi dengan Komunitas Akar Tuli untuk menyuarakan kesetaraan antara Teman Tuli dan Teman Dengar pada Kegiatan Komunikasi UMM Beraksi (Kommaksi). Pada kegiatan tersebut, Teman Dengar bisa memiliki kesempatan untuk belajar Bahasa Isyarat dari Teman Tuli sehingga mereka dapat saling berinteraksi. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan mendapatkan sambutan baik dari mahasiswa maupun dosen UMM. Selain itu, Samarata Campaign juga membuat sebuah video sosial eksperimen, untuk mempertemukan Teman Tuli dan Teman Dengar agar mereka dapat saling berinteraksi tanpa perantara interpreter. Tujuan dari sosial eksperimen ini adalah untuk melihat reaksi Teman Dengar ketika pertama kali berinteraksi dengan Teman Tuli serta dengan harapan mereka bisa saling menyesuaikan dalam berkomunikasi.
Tidak hanya itu, baru-baru ini Samarata Campaign juga berkolaborasi dengan Ngalup Co Working space pada Hari Minggu (21/10) dengan mengadakan Talkshow bertajuk disABILITY “Menembus Batas†yang sekaligus menjadi acara donasi untuk Palu. Kegiatan ini mengundang lima pemateri difabel yang sangat inspiratif. Diantaranya adalah : Sumartini yang merupakan orangtua dari Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Sumiati yang merupakan seorang Tuli dan saat ini menjadi ketua GERKATIN Malang serta membina Lingkar Sosial Malang, Paulus Putra Setiawan seorang Tuna Daksa yang juga merupakan musisi multitalenta sekaligus menjadi gitaris Band Pagi Tadi, Arif Setyo Budi seorang Tuna Daksa yang juga merupakan Dancer serta Pengusaha café dan Yohana Febianti Hera seorang penyanyi Tuna Netra yang pernah menjadi finalis ajang pencarian bakat X-Factor 2012.
Para pemateri menceritakan pengalaman hidupnya bagaimana mereka ketika mengalami diskriminasi serta bagaimana proses untuk tetap terus berkarya walaupun dalam keterbatasan. Peserta dari Talkshow ini terdiri dari teman-teman difabel dan non difabel, serta juga terdapat seorang interpreter agar Teman Tuli juga bisa memahami materi yang disampaikan. Fani, yang merupakan Teman Tuli mengatakan bahwa, sangat senang dengan adanya kegiatan ini. Karena bisa memotivasi teman-teman difabel untuk terus berkarya walaupun memiliki keterbatasan. Sedangkan Ilham yang merupakan non difabel berkata, “Melalui kegiatan ini saya jadi bisa tahu bahwa sebenernya tidak ada batasan antara difabel dan non difabel. Semua sama rata.â€
Melalui kegiatan yang dilakukan Samarata Campaign, diharapkan dapat mendukung terwujudnya kehidupan dan pendidikan yang inklusif bagi teman teman difabel serta memberikan pemahaman bahwa difabel ataupun non difabel adalah sama rata. (Her/red)