Sampah plastik merupakan salah satu jenis sampah anorganik yang sulit terurai. Hal ini menyebabkan sampah plastik menjadi masalah lingkungan yang serius. Sampah plastik yang langsung dibuang tanpa didaur ulang dapat menyebabkan beragam permasalahan lingkungan seperti menyababkan kerusakan tanah karena sampah tidak terurai dan menutupi permukaan tanah, menyebabkan pendangkalan dan menyumbat aliran air sungai, serta mencemari perairan laut. Adanya daur ulang maupun pemanfaatan sampah plastik menjadi produk yang dapat dimanfaatkan kembali sangat penting dilakukan. Adalah mahasiswa Tim II KKN Undip Desa Tragung yang mencoba memanfaatkan potensi sampah plastik di Desa Tragung, Kecamatan Kandeman, Batang ini menjadi produk yang bernilai ekonomis berupa paving. Di Desa Tragung sendiri terdapat pondok pesantren yang cukup besar dan setiap harinya mengahasilkan sampah plastik dalam jumlah banyak. Pada hari Selasa (7-8-2018) Tim II KKN Undip desa Tragung berkesempatan mendemonstrasikan pembuatan paving dari sampah plastik di pondok pesantren Darul Ulum Desa Tragung. Kegiatan ini disambut baik oleh pengurus pondok pesantren dan para santri. Para santri terlihat antusias melihat tahapan pembuatan paving.
Bahan yang diperlukan dalam pembuatan paving limbah plastik ini diantaranya adalah sampah plastik, diutamakan plastik kresek karena waktu yang dibutuhkan untuk melelehkannya lebih singkat dibanding sampah plastik lain, abu sekam, serta oli bekas. Oli bekas dididihkan dalam suatu wadah, setelah itu sampah plastik dimasukkan ke dalam wadah yang berisi oli sambil diaduk perlahan supaya semua sampah meleleh. Setelah plastik meleleh sempurna diberi abu sekam supaya memadat, dan dicetak. Paving yang dihasilkan berwarna hitam. Untuk membuat satu buah paving membutuhkan sampah plastik dan abu sekam 1:1. Banyaknya sampah plastik yang dibutuhkan bergantung pada besar kecilnya cetakan yang digunakan. “Selain memanfaatkan sampah plastik, keunikan dari paving limbah plastik dibanding paving pada umumnya adalah lebih tahan banting dan kuatâ€, ujar Faiz, salah satu mahasiswa Tim II KKN Undip Desa Tragung.
Meski paving yang dihasilkan lebih kuat dibanding dengan paving yang terbuat dari pasir dan semen, namun waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu buah paving relatif lebih lama. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat yang dimiliki. Namun demikian, melihat potensinya yang besar di masa yang akan datang tidak menutup kemungkinan jika suatu saat paving plastik ini dibuat dalam jumlah yang besar dengan peralatan yang lebih memadai.
Â
Â