Salah satu hotel tertua di Kota Bandung yang menjadi saksi sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955 yaitu Hotel Savoy Homann. Dinamakan seperti ini karena pemiliknya bernama Mister Homann, seorang warga negara Jerman. Sejak didirikan oleh Adolf Homann pada tahun 1871, Hotel ini terus tumbuh dan berkembang.
Namun dengan linimasa perjalanannya, Hotel Savoy Homann yang menjadi hotel tertua di Kota Bandung dan merupakan hotel legendaris Kota Bandung tetap mempertahankan eksistensinya dan mampu bersaing dengan hotel-hotel lainnya.
Menjadi hotel terbesar di Asia Tenggara pada waktu itu, hotel tersebut menjadi tempat menginap para delegasi dan pemimpin negara peserta KAA. Kamar bernomor 244 menjadi kamar pilihan keluarga presiden pertama Indonesia, Bung Karno. Sedangkan Perdana Menteri RRC Zhou Enlai menempati kamar 344 di lantai 3. Delegasi dari India, Jawaharlal Nehru di kamar 144.
Fasilitas hotel yang mewah, dengan makanan yang enak, menjadi salah satu tujuan utamanya para wisatawan maupun ketika delegasi KAA menginap di Hotel tersebut. Namun tak lepas dari itu, terdapat beberapa peninggalan sejarah seperti Memorabilia, Golden Book, furniture dan yang menarik yaitu peralatan makanan yang sampai saat ini masih terpampang mewah masih sama seperti dulu.Â
Sendok, garpu maupun piring yang mengkilap itu terkesan mewah, hanya bisa digunakan oleh tamu tamu VIP ketika KAA tahun 1955 berlangsung. Kemewahannya masih terlihat hingga saat ini.
Public Relations Bidakara Grand Savoy Homann, Revinna Tova Nugraha mengungkapkan, peralatan makanan yang dulu digunakan ketika KAA itu terbuat dari stainless dan perak. Peralatan mewah tersebut digunakan hanya untuk para pejabat utama peserta KAA.
Menurutnya, dahulu dengan peralatan mewah tersebut sangat terbatas, sehingga dipersipakan untuk tamu VIP saja. “Jadi dulu itu peralatan ini dipersiapkan hanya untuk tamu tamu dari delegasi maupun Ring 1 saja, seperti presiden, wakil presiden, atau perdana menteri,†kata Revinna, Rabu (18/4/2018).
Revinna mengatakan, peralatan makanan yang mewah tersebut diproduksi sebelum KAA berlangsung atau sekitar awal 1950-an. Peninggalan antik itu menjadi daya tarik tersendiri kepada para wisatawan yang menginap maupun berkunjung di sana.
Untuk menjaga kualitas barang tersebut, manajemen hotel membersihkannya setiap satu bulan sekali. Itu dilakukan agar terlihat lebih apik dan menjadikan barang antik peninggalan sejarah kala.
“Kita merawatnya setiap satu bulan sekali, agar terlihat bersih dan pengunjung hotel pun bisa melihatnya dengan nyaman,†ucapnya.
Hingga kini peninggalan beberapa barang peninggalan ketika KAA tersebut tersimpan rapih dan bersih. Sehingga untuk warga Bandung atau wisatawan bisa melihat barang bersejarah tersebut di hotel yang berada di Jalan Asia-Afrika tersebut.