Beberapa waktu lalu, masyarakat Indonesia terus saja dikejutkan dengan penenggelaman kapal pencuri ikan di perairan Indonesia. Sebagai salah satu komitmen pemerintah yang katanya untuk memberantas penangkapan ikan ilegal.
Tentu saja, dorongan pelaku ilegal tidak serta merta datang begitu saja. Ketertarikan mereka terhadap sumber daya yang dimiliki ibu pertiwi tidak membuat mereka ragu lagi, bahkan harus sampai melakukan penangkapan ikan ilegal dan bertaruh pada resiko yang tinggi. Tak dapat dipungkiri perairan Indonesia lah sebagai pemicunya.Â
Citra sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, membuat Indonesia sangat diperhitungkan dalam kancah internasional. Sudah seharusnya pula, sebagai penghuni perairan negara ini dapat memanfaatkannya dengan maksimal dengan berbagai macam cara.Â
Ada pihak yang mengembangkan pangan ikan yang bisa meningkatkan produksi biak ikan. Hadir pula yang membuat rumah apung, kapal tangkap dan alat modern untuk mendukung penangkapan ikan yang lebih maksimal. Tak hanya itu, kemajuan teknologi kimia maupun biota pun dikembangkan.Â
Tak tertinggal, teknologi digital pun telah menggaung di sektor perikanan. Sebut saja, Startup istilah yang kini telah memikat penduduk Indonesia dengan segala macam kecanggihan yang ditawarkannya. Termasuk, pada sektor perikanan baik di Indonesia maupun di bagian dunia lainnya.Â
Di Indonesia sendiri, terdapat sejumlah startup perikanan yang dikembangkan. Salah satunya, eFishery yang memiliki IoT smart feeder dan Jala dengan teknologi IoT device monitor 24 jam.Â
Meskipun startup perikanan masih jarang terdengar, tetapi fasilitas yang ditawarkan startup itu pun tidak kalah bermanfaatnya dengan startup di sektor lainnya. Melihat, fokus utama bagi para pelaku adalah memberikan solusi terhadap masalah-maslah pada sektor tersebut.Â
Disamping, e-Fishery dan Jala, hadir FisTX yang turut meraimakan startup sektor perikanan. Sebuah aplikasi yang bergerak pada pembudiayaan, pengelolaan hasil perikanan, dan penyedia informasi tebaru sektor perikanan. Tak kalah dengan startup lainnya, FisTX pun dilengkapi dengan IoT untuk Prawn Counter, auto Fishing Cumi, RSW, dan LED Artificial Bait.Â
Prawn counter merupakan alat untuk menghitung jumlah udang yang ada di tambak secara real time. Sehingga, investor dapat mengetahui jumlah udang secara real time dan kemungkinan jumlah panen dapat diprediksi.
Auto fishing cumi merupakan diversifikasi alat tangkap ikan yang dapat digunakan oleh nelayan sebagai pembantu alat tangkap utama. Ketika nelayan menjalankan alat tangkap utama, auto fishing tetap dapat dioperasikan tanpa mengganggu aktivitas nelayan.Â
LED artificial akan menggantikan umpan hidup yang digunakan untuk menangkap cumi. Sehingga, nelayan tidak perlu lagi membeli umpan setiap kali akan melaut.Â
Sedangkan, RSW merupakan salah satu terobosan dalam rangka menggantikan es balok untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan. Mengingat, nelayan mengharuskan es balok setiap kali akan melaut.Â
Sistem kerja RSW adalah menyedot air laut ke dalam palka sebanyak 30% dari volume palka dan air yang tersedot akan didinginkan dengan kisaran suhu -1 - 1 derajat celcius. Ikan yang ditampung dalam RSW mampu bertahan hingga 10 hari. Demikian pula dengan suhu RSW yang dapat diturunkan hingga ikan tangkapan membeku dan dapat mengawetkan ikan tangkapan lebih lama.
Dalam tahap pengembangannya, RSW akan diintegrasikan dengan sistem IoT sehingga pemilik kapal atau juragan dapat mengetahui kondisi ikan, jumlah ikan hasil tangkapan dan posisi kapal secara real time.
Teknologi yang diinisiai oleh UMG Idealab ini, menghadirkan pula sistem crowdfunding pada teknologi yang dikembangkannya. Sehingga, dapat membantu nelayan maupun petani pangan ikan untuk mencari investasi dan mengembangkan usahanya.Â