PASANGAN Sidik dan Yunita Sabtu siang itu terlihat sedang duduk di warung bakso kawasan pertokoan Perumahan Bukit Dago Rawakalong Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Tangan Sidik memegang selembar brosur perumahan. Sambil menunggu pesanan bakso, pasangan suami-istri ini terlihat seperti sedang diskusi ringan sambil sesekali tangannya menunjuk brosur perumahan itu.Â
Saya yang kebetulan juga sedang ikut antri menunggu pesanan bakso menyapa keduanya. Rupanya, Sidik-Yunita sedang berburu properti. Menikah baru setahun yang lalu, kini mereka berdua masih tinggal di rumah orang tua Yunita di kawasan Cakung Jakarta Utara. Sidik memang bekerja di sebuah industri kawasan Cakung, sedangkan Yunita ibu rumah tangga biasa.Â
“Saya sedang off (libur). Makanya saya manfaatkan waktu bersama istri untuk melihat-lihat properti di sekitar Bogor,†ujar Sidik. Jarak tempuh Cakung-Bogor lumayan jauh juga. Bisa antara 2-3 jam berkendara motor jika kondisi jalanan macet. Tapi keduanya punya semangat menyala, sehingga perjalanan jauh di siang terik tak menghalangi mereka berburu properti. Targetnya; tahun ini harus tinggal di rumah sendiri, meski nyicil ke bank.Â
Mereka ini memang pasangan muda. Usia Sidik baru 32 tahun. Sedangkan istrinya Yunita 25 tahun. Secara hitung-hitungan jika mengambil KPR ke bank, mereka masih dapat kredit dalam jangka waktu 20-25 tahun. Dengan gaji Sidik yang Rp6 juta, cukup lah untuk mengangsur rumah per bulan antara Rp1,5 juta hingga Rp1,7 juta. Langkah Sidik-Yunita sudah tepat. Di usia muda, mereka sudah memikirkan hal yang pokok dalam sebuah perkawinan; rumah.Â
Tapi mengapa Bogor menjadi pilihan mereka? Apalagi, lokasi yang dipilih ini pun bukan di tengah kota Bogor atau di tengah kabupaten Bogor? Lebih tepatnya, kawasan Gunung Sindur-Parung ini ada di pinggiran Bogor. “Harga rumahnya masih terjangkau oleh kami, Mas,†ujar Sidik.Â
Bagi pekerja seperti Sidik yang rata-rata gajinya antara Rp5-7,5 juta, bisa membeli rumah secara kredit di Jakarta rasanya memang mustahil. Nyaris sudah tidak ada perumahan murah di Jakarta. Angsurannya saja rata-rata sudah Rp5-10 juta. Begitu juga jika mereka mengambil apartemen. Cicilannya pun sudah selangit.Â
Pilihan berikutnya memang jatuh di daerah Tangerang, baik Kota/Kabupaten Tangerang maupun Kota Tangerang Selatan, yang tak terlalu jauh dari Jakarta. Tapi lagi-lagi di ketiga daerah itu, mencari properti seharga Rp300 juta per unit sulitnya minta ampun. Sudah seperti mencari jarum di tumpukan jerami.Â
Rata-rata, properti di daerah-daerah ini sudah seharga Rp500 juta ke atas. Untuk harga Rp500 jutaan, tipe yang didapat pun paling besar 36/72. Bahkan di beberapa perumahan yang dekat BSD, kalau punya uang Rp500 juta cuma dapat tipe 32/60.Â
Maka sekarang, Bogor pun menjadi incaran. Kawasan sepert Parung, Gunung Sindur dan Ciseeng menjadi pilihan. Harga propertinya masih terjangkau. Mulai dari harga Rp210 juta untuk tipe 32/60 hingga yang paling mahal Rp500-jutaan per unit untuk tipe 45/102. Bahkan, masih ada pengembang yang membandrol harga Rp195 juta di ketiga wilayah ini.
Kalau mau agak jauh sedikit, tapi juga tidak jauh-jauh amat dari Jakarta, bisa berburu properti di kawasan Ciampea, Cigudeg, dan Leuwiliang. Di sni, rumah-rumah masih ada yang dibandrol Rp140 juta per unit. Cukup terjangkaunya harga properti di daerah inilah yang membuang pasangan muda seperti Sidik-Yunita berburu properti di kawasan ini. maka jangan heran jika pada hari Sabtu dan Minggu, lokasi-lokasi perumahan para pengembang ramai diserbu pasangan muda yang berburu properti. (bersambung)