True Story dari Mbah Marmi yang terkuak lewat media sosial baik facebook maupun twitter, menjadi perhatian tersendiri bagi Kodim 0809/Kediri untuk mengulurkan bantuan sosial kepada warga yang tinggal di RT 03 RW 01 Desa Susuhbango Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Berdasarkan data valid yang diperoleh, ternyata Mbah Marmi sudah berumur 100 tahun lebih dan kehidupan yang dijalaninya cukup membuat siapapun terketuk hatinya untuk peduli kepada warga yang sehari-hari tinggal sendirian, senin (04/09/2017)
Â
Dandim Kediri ,Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) bersama Danramil Kandat, Kapten Czi Martono dan Kepala Desa Susuhbango, Budiono menyempatkan untuk melihat langsung kondisi rumah hunian dari Mbah Marmi yang viral diberbagai medsos. Sesuai apa yang dikatakan di medsos, memang benar adanya, kondisi rumah kediaman Mbah Marmi dalam keadaan sangat memprihatinkan, kondisi bangunan banyak yang rusak ,bahkan relatif bisa dikatakan tidak layak huni.
Â
Kapten Czi Martono mengkonfirmasikan, keberadaan Mbah Marmi saat ini masih terbaring di RSUD Pelem Pare, karena masih sakit, dan menurut keterangan, nantinya Mbah Marmi akan dirawat di Panti Wredha Kabupaten Kediri yang langsung dibawah pengawasan Dinas Sosial Kabupaten Kediri. Kondisi kejiwaan Mbah Marmi sendiri tergolong kurang labil, kendati demikian sisi kemanusiaan lebih dikedepankan ketimbang sisi kejiwaan seseorang.
Â
Kodim Kediri berniat membantu Mbah Marmi dengan mengupayakan perbaikan rumahnya, dan sesuai hasil diskusi malam ini bersama keluarga terdekat serta perangkat desa setempat, Kodim Kediri bersama komunitas vespa ROTY Kediri ,bersama-sama melakukan renovasi tanpa harus mengubah kondisi ukuran bangunan lama. Bentuk kepedulian sosial ini dicetuskan Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han) dengan disaksikan langsung perangkat desa Susuhbango. Bentuk kepedulian lainnya, juga datang dari warga sekitar yang turut berpartisipasi membantu proses renovasi yang juga didorong langsung sang Kepala Desa.
Â
Uniknya, Mbah Marmi tidak menginginkan tembok rumahnya tidak mau dibuat secara permanen (berbahan dasar bata merah dan semen), karena takut keruntuhan tembok, sedangkan konstruksi lama tidak mau dirubah secara keseluruhan. Yang menarik ialah, dulunya Mbah Marmi juga pernah diajukan Babinsa setempat untuk didaftarkan program RTLH, tetapi oleh Mbah Marmi justru si Babinsa diusir dari rumahnya, sambil memarahinya. Bahkan kepedulian warga setempat yang juga ingin membantu berupa sembako, juga ditolak mentah-mentah oleh Mbah Marmi. Dugaan sementara, hal tersebut dikarenakan kejiwaan Mbah Marmi saat itu sedang kurang labil.
Â