Aktivitas atau kegiatan hacking di mata sebagian besar orang dianggap sebagai aktivitas yang merugikan dan merusak.
Namun, jika ditelusuri lebih lanjut lagi, hacker itu ternyata dibagi menjadi tiga yaitu, whitehat hackers, blackhat hackers dan grayhat hackers. Yang merugikan dan merusak itu adalah blackhat hackers, sedangkan whitehat hackers merupakan kebalikannya.
Kemudian ada juga grayhat yang melakukan keduanya.
Contoh dari whitehat hacker adalah seorang anak-anak berumur 10 tahun bernama Jani yang berdomisili di Helsinki, Finlandia.
Ia saat ini dikenal sebagai peretas whitehat termuda di dunia karena telah berhasil menemukan sebuah exploit atau celah pada media sosial Instagram yang memungkinkannya untuk menghapus setiap komen yang ia ingin hapus di platform sosial untuk berbagi gambar ini.
Dengan tujuan untuk melakukan konfirmasi kepada Facebook selaku pemilik Instagram saat ini, Jani kemudian menghapus sebuah komen yang dibuat oleh perusahaan tersebut menggunakan dummy account atau test account.
Dan memang benar, Jani ternyata berhasil menghapus komen yang dibuat oleh pihak perusahaan.
Sebagai respon dan rasa terima kasih atas apa yang dilakukan Jani tersebut, pihak Facebook kemudian memberikan hadiah sebesar 10,000 USD atau sekitar 130 juta rupiah sebagai bagian dari program âbug bountyâ yang mereka selenggarakan.
Dilansir oleh media lokal Finlandia, Jani menyatakan bahwa ia bisa menghapus komentar dari akun siapapun, bahkan Justin Bieber sekalipun.
Setelah beberapa waktu melakukan penyelidikan, pihak Facebook akhirnya menemukan bahwa celah yang dapat dimanfaatkan tersebut berada pada sebuah bagian di tampilan antarmuka yang mengurus privasi dimana seorang pengguna luar seperti Jani dianggap sebagai pengguna yang memposting sebuah komentar.
Singkatnya, bug pada Instagram ini merupakan sebuah kegagalan sistem yang gagal mengidentifikasi mana pengguna yang membuat sebuah postingan dan mana pengguna yang bukan.
Sedangkan untuk Jani sendiri, uang yang ia dapatkan dari Facebook tersebut akan ia gunakan untuk membeli perlengkapan sepakbola serta sepeda baru.
Dan berawal dari sini, ia pun kemudian bercita-cita menjadi seorang expert di bidang security ketika ia besar kelak.
Lalu bagaimana ia bisa melakukan sesuatu seperti hacking?
Menurut orang tuanya, Jani mendapatkan keahlian untuk hacking tersebut dari video-video yang ia saksikan di YouTube.
Hingga saat ini, program âbug bountyâ dari Facebook ini masih terus berlangsung. Dengan kata lain, siapapun yang dapat menemukan celah ataupun bug serta dapat memverifikasikan celah atau bug tersebut, maka bersiaplah untuk mendapatkan uang ratusan juta rupiah.
ÂÂ
ÂÂ
ÂÂ
sumber: Forbes