1

Kelatahan Mengekor Sebuah Film

24 Apr 2016 17:56 4112 Hits 0 Comments
KELATAHAN mengekor ini seolah tak pernah ada ujungnya.
Foto: Ayat-Ayat Cinta (2008), youtube

 

KETIKA Film Ayat-Ayat Cinta (AAC/2008) mulai disukai orang hingga ketika itu membuat tidak saja Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) beserta istrinya yang tertarik untuk menyaksikannya di bioskop.

Tapi, juga mantan presiden BJ Habibie yang diam-diam sudah ‘mencuri’ start menyaksikannya terlebih dahulu ketimbang SBY.

Bisa jadi, Pak SBY waktu itu merasa ‘kecolongan’ telah didahului oleh pendahulunya tersebut. Makanya, ia tak mau ketinggalan nonton AAC. Mengekorlah ia, menonton AAC ke bioskop.

Untuk urusan dulu-duluan ini, rupanya merambah juga ke layar kaca. Setiap stasiun televisi ketika itu berlomba-lomba membuat AAC versi televisi.

Selain bertema religi, ya ada dakwah-dakwahannya sedikit. Ada cinta-cintaannya sedikit. Ada pegang-pegangannya sedikit. Ada peluk-pelukannya sedikit. Ada cium-ciumannya sedikit.

Biaya produksi sedikit juga karena dibikinnya cuma di dalam negeri tok. Begitu pula honor pemainnya sedikit karena alih-alih temanya religi. Jadi, dimohon keridloannya dari para pemain untuk tidak menaikan tarif.

Bahkan karena alasan ibadah juga, eh honornya sedikit dipotong untuk disalurkan ke panti-panti asuhan atau panti-panti lainnya. Sebagai penghibur hati, syuting itu pun akhirnya dianggap sebagai ibadah juga. Biar enggak ngedumel dibelakang hari.

Artisnya sih manut-manut aja. Entah ngerti atau malah enggak ngerti. Wallahu’alam bishawab! Bisa jadi dalam pikiran si artis cuma ada pikiran, “Ah yang penting sinetronnya tayang tiap hari dan wajah gue nongol terus jadi bisa cepat dikenal orang”.

Kelatahan para pekerja di bidang sinema di Indonesia untuk mengekor sesuatu yang telah berhasil dan memang sudah membudaya ini, tidak sampai hanya dari harapan termotivasi agar bisa berhasil seperti ekor yang kita ikuti.

Tapi, sampai kepada tema, karakter, tokoh, hingga judul yang memang sengaja dimirip-miripkan. Mungkin agar masyarakat sepintas bisa ‘tertipu’ dengan judul yang agak mirip atau dimirip-miripkan itu.

Kalau Film Ayat-Ayat Cinta versi televisinya judulnya tak akan jauh-jauh dari kata Ayat atau Cinta. Tapi, mungkin para pelaku sinetron lebih sreg pakai cinta saja ketimbang ayat.

Lebih komersil! Dan tinggal digabung dengan satu kata atau dua kata yang berbau Islami. Kalaupun judulnya tidak mirip ya karakter tokoh atau tema cerita secara keseluruhannya yang mirip.

Sebut saja sinetron yang mengadaptasi dari AAC itu, antara lain Assalamu’alaikum Cinta, Aqso dan Madina, Tasbih Cinta, Keajaiban Cinta, Menuju Rumah Cintamu, Menuju Surgamu, dan masih banyak lagi sinetron-sinetron yang kurang lebih mengekor cerita dari AAC.

Gawatnya lagi, kelatahan mengekor ini seolah tak pernah ada ujungnya ataupun berhenti. Biasanya di kita (Indonesia) itu ada tradisi bila film pertama sukses, terus tak jarang diembel-embeli sekuel berikutnya.

Ya seperti zaman-zamannya Warkop DKI atau era Kadir-Doyok ataunya lagi seperti Film Catatan Si Boy yang berentet hingga 4 seri.

Benar saja! Menyusul kesuksesan AAC, berikutnya sudah siap film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) dengan setting yang sama.

Terutama diangkat dari novel dari penulis yang sama dengan AAC, Habiburahman El-Shirazy. Lalu apa masalahnya? Waktu itu, film KCB belum dibikin, tapi promosi sudah demikian hebatnya dan bagi penulis itu yang jadi masalahnya.

Ketika film itu belum diproduksi, kehebohan KCB sudah terjadi dimana-mana sampai audisi di 9 kota segala untuk mencari pemeran utamanya. Bagaimana hasilnya dari film KCB setelah filmnya selesai di produksi? Tidak sedahsyat AAC, ternyata.

Kelatahan Mengekor Sebuah Film
foto: cuplikan AADC, miles films

 

Termasuk yang lagi seru-serunya dibahas meski filmnya belum kelar diproduksi adalah film Ada Apa Dengan Cinta (2002), yang ternyata dibikin sekuelnya. Kehebohan sudah dimulai, padahal film AADC 2 belum selesai dan baru tayang ke publik pada akhir April 2016. Tepatnya, 28 April 2016 di tiga Negara sekaligus yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darusalam.

Yang jadi pertanyaan berikutnya, apa filmnya itu sehebat sekuel pertama? (*)

 

 

About The Author

sri mulyani fadiar 43
Ordinary

sri mulyani fadiar

ibu rumah tangga
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel