Sedih, itulah ekspresi saya pribadi jika ditanya komentar tentang Gerhana Matahari Total 2016. Pasalnya, meskipun langit Muara Teweh pada Rabu pagi, 9 Maret 2016, terlihat cerah, namun matahari pagi itu tertutup mendung tebal. Lagipula Muara Teweh hanya mengalami Gerhana Matahari Sebagian (sekitar 90%) saja.
Dibangunkan JL pada pukul 6.15 AM adalah bangun "terpagi" bagi pengangguran seperti saya. Setelah cuci muka, saya langsung mencari tempat terbuka, melihat langit. Sedikit berawan. Sayapun bergegas mandi dan sarapan.
Hingga pukul 7.00 AM, langit sebelah timur Muara Teweh masih tertutup mendung, malah saya pikir semakin tebal saja. Menyusul kemudian himbauan dari beberapa masjid untuk melaksanakan Salat Gerhana.
Setelah melaksanakan Salat Gerhana yang diadakan pada pukul 7.10 AM di Masjid Mujahidin, saya kira kami akan berbondong-bondong ke suatu tempat untuk mencari spot terbaik, eh, ternyata sebagian jama'ah langsung pulang ke rumah masing-masing dan sebagian lagi memilih "nongkrong" di halaman masjid untuk sekedar berbagi cerita.
Akhirnya saya hanya bisa menatap layar kaca, menyaksikan laporan "live" dari berbagai daerah di Indonesia.
Pukul 7.30, suasana mulai gelap, keluarga besar kami yang sebagian besarnya masih "nyepi" di dalam kamar, mulai berkumpul di teras, kami mulai menceritakan pengalaman masing-masing saat terjadi gerhana matahari di tahun 60-an, 80-an, hingga tahun 90-an.
Mendung tebal yang sebelumnya sudah menutupi daerah timur horizon Muara Teweh tidak kunjung bergeser dari sana. Padahal keinginan kami tidak terlalu muluk, sih, melihat "langsung" aja, hehehe, untuk mengabadikannya kami belum punya fasilitas yang mendukung.
Saya menelepon Ibu saya di Kotabaru, Kalsel, beliau terdengar antusias di seberang sana menceritakan Gerhana Matahari. Saya hanya bisa mengatakan agar beliau tidak melihatnya dengan mata telanjang kecuali memakai pelindung, atau ketika Matahari sudah tertutup sepenuhnya.
Kemudian menyusul telepon masuk dari kerabat di Palangka Raya dan Sampit. Saya hanya bisa menelan ludah, menatap bias sinar matahari yang mulai meredup dari sela-sela awan.
Iseng-iseng buka Google, Gerhana Matahari Total hari ini ternyata tidak dilewatkan begitu saja oleh Google. Google Doodle ikut merayakan Gerhana Matahari Total 2016 yang terjadi di Indonesia.
Melalui Google, saya mencari liputan peristiwa Gerhana Matahari Total, dan mengarahkan saya ke situs bbc.com.
Berikut hasil foto pra-Gerhana di daerah Singapura dilansir dari reuters dan video Gerhana Matahari Total yang diunggah oleh BBC ke Youtube:
Penelusuran berlanjut ke Plimbi, belum ada posting baru... eh, beberapa menit kemudian ada Jomblo nongol, hahaha. Mengingatkan saya pada matahari dan bulan yang disebut sebagai pasangan abadi, ternyata mereka hanya berjumpa selama beberapa menit, kemudian berpisah lagi dan menelusuri jalan mereka masing-masing. Romantis, kan?
Ternyata, bertemu dan berpisah adalah perbedaan sudut pandang saja... Mereka bertemu selama beberapa menit hanya dari sudut pandang bumi... Kalau melihat cinta mereka berdua yang terjalin selama milyaran tahun dan hanya bertemu beberapa menit, tidak akan sebanding dengan "percintaan" manusia yang hanya sekejap tapi bapernya berkepanjangan. So, don't worry and be happy, Mblo, masih banyak ikan di laut... Hahahaha...
Harusnya artikel ini masuk kategori opini ya? Salah masuk kamar donk?
Kalau begitu permisi, mau cabut dulu, bruakakak.
Oh iya, Selamat Hari Raya Nyepi bagi yang merayakan, antuk ngelaksanayang catur brata penyepian dumogi ngemolihang kerahajengan lan kerahayuan.
Â