1

Tak Mampu Bayar Makan, Pria ini Melaporkan Diri ke Polisi

5 Feb 2016 16:50 1576 Hits 0 Comments
Dan pria itu pun kini tinggal di balik jeruji besi.

Faktor ekonomi terkadang membuat seseorang menjadi seorang kriminal dan kita anggap itu sebagai kebodohan.

Namun, tidak semua yang bertindak kriminal itu adalah orang-orang yang bodoh.

Contohnya, saja sebuah kasus yang terjadi d Kota Mobara yang berlokasi di Prefektur Chiba, Jepang baru-baru ini.

Seorang pria, sebut saja ia JK, yang sudah berusia 22 tahun adalah seorang pengangguran.

Pada suatu hari, JK yang sudah bosan dengan kehidupan sehari-harinya yang tidak punya uang, tidak punya pacar dan susah mendapatkan pekerjaan, memutuskan untuk sekali-kali makan di restoran (walaupun tidak punya uang).

Ia kemudian masuk ke sebuah restoran yang kebetulan sering ia lewati ketika ia keluyuran setiap hari. Di restoran tersebut Ia pun memesan sebuah menu kare (curry) dan kemudian makan dengan lahap tanpa rasa khawatir soal bayar makanan yang sedang ia makan tersebut.

Tidak lama setelah JK menyantap makanannya, ia pun kemudian memanggil pelayan restoran yang tujuannya ternyata bukan untuk membayar makanan tersebut melainkan untuk mengatakan bahwa ia tidak punya uang dan ingin makan gratis.

Serentak, pelayan tersebut pun agak sedikit kaget dan bingung ingin berkata apa. Tak sabar untuk melanjutkan rencana yang sudah ia susun semalaman suntuk, JK kemudian meminjam telepon milik restoran tersebut.

Di luar dugaan, bukannya menelepon kerabat atau temannya, JK ternyata menelepon pihak kepolisian dan melaporkan dirinya sendiri yang telah melakukan tindakan kriminal yaitu makan tanpa bayar.

Polisi yang kemudian datang ke restoran tersebut untuk “menjemputnya” mengakhiri kasus tersebut dengan cepat tanpa adanya perlawanan (toh yang melaporkan kriminalnya sendiri adalah si kriminal sendiri).

Di hari berikutnya setelah JK ditangkap pihak kepolisian, salah satu perwakilan dari kepolisian tempat JK ditahan mengatakan bahwa menurut pengakuan JK kepada pihak polisi, alasan ia makan tanpa bayar tersebut karena ia sudah satu minggu tidak makan karena uang yang tersisa di dompetnya hanyalah 79 yen saja atau sekitar 8 ribu rupiah.

Sebenarnya, pemerintah Jepang juga telah menyediakan program kesejahteraan bagi para penduduknya yang memang tidak sejahtera, dimana perbulannya seorang individu yang tergolong warga kurang mampu akan mendapatkan tunjangan hingga 130 ribu yen per bulannya atau sekitar 13 juta rupiah.

Tapi bagi JK, uang sejumlah itu tidaklah cukup untuk menunjang kehidupannya sehari-hari.

Oleh karena itu, ia kemudian memilih kehidupan sebagai narapidana.

Di Jepang, narapidana memiliki penghasilan yang katanya lebih besar dibandingkan dengan penghasilan rata-rata seorang karyawan swasta disana.

Tidak hanya itu jam kerja dari seorang kriminal yang memang diharuskan bekerja ketika mereka ditahan pun hanyalah 8 jam per harinya. Kemudian jika seorang karyawan swasta umumnya harus menggunakan kereta api berjam-jam sebelum sampai ke kantor, seorang kriminal hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja untuk sampai ke “kantornya.”

Untuk lebih lengkapnya, bisa lihat di tabel di bawah ini tentang perbandingan kehidupan di Jepang antara kriminal, karyawan swasta dan rakyat miskin yang diurus oleh negara.

Walaupun pilihan hidup JK sebagai kriminal itu membuatnya dapat memiliki penghasilan yang cukup untuk kebutuhan hidupnya sehari-hari; di Jepang, seorang kriminal itu memiliki sangsi sosial yang cukup serius.

Oleh karena itu, walaupun pilihan hidupnya dengan menjadi kriminal secara materi menguntungkan baginya, masa depannya sebagai seorang penduduk Jepang sudah tidak terjamin lagi.

 

 

 

sumber: Yahoo News!JP, Hamusoku

 

 

 

 

 

 

Tags

About The Author

Buricak Burinyai 68
Expert

Buricak Burinyai

Seorang warga Bandung yang cinta Bandung, teknologi dan mantannya
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel