Persaingan para vendor pembesut perangkat smartphone memang sangat tinggi, vendor yang lebih dulu masuk ke bisnis smartphone tidak menjadi garansi menjadi yang terdepan dalam industri ini.
HTC yang merupakan pembesut pertama smartphone dengan sistem operasi Android, harus menjadi korban kerasnya persaingan pasar smartphone.
"Ponsel flagship kami menghadapi kompetisi direct dengan yang lain lain, kami memang memiliki beberapa masalah dalam dua tahun belakangan," ujar Chen Wang, CEO HTC melalui Telegraph via Detik.
"Saya pikir masalahnya adalah kompetisi, Apple, Xiaomi, perusahaan tersebut menghabiskan berton-ton uang untuk komunikasi dan marketing, mereka mengucurkan investasi besar ke pasar. Ada juga banyak kompetitor asal China, " tambah Wang.
"Sekarang kami lebih realistis. Kami merasa harus mengaplikasikan desain terbaik kami di beberapa sektor. Ya, smartphone memang penting, namun menciptakan eksistensi natural pada perangkat lain seperti wearable dan virtual reality itu lebih penting," Wang menegaskan.
HTC memang sempat merengkuh kejayaan di bisnis smartphone ditahun 2012. Kala itu, HTC berhasil merengkuh pangsa pasar sebesar 10%, kontras dengan raihan kali ini yang hanya sebesar 1%.
Jika dilihat dari produk-produk smartphonenya, HTC sebenarnya memiliki smartphone dengan kualitas mumpuni. Sebut saja lini HTC One yang menjadi andalannya di level premium, Desire, hingga seri Butterfly yang masing-masing memiliki segmen pasar sendiri-sendiri. Portofolio smartphone yang lengkap masih belum cukup bagi HTC untuk lebih sukses dalam penetrasi pasar.
HTC tampaknya tidak ingin hanya mengandalkan smartphone sebagai satu-satunya lini produk yang menjadi pundi-pundi uangnya, HTC mulai memasuki bisnis Virtual Reality dengan produknya Vive.
(foto: Thrustreview.com)
Pasar smartphone memang cukup besar dan sudah matang dibanding perangkat virtual reality, namun banyaknya pemain yang sudah memasuki bisnis ini dan resiko jika pasar jenuh memang perlu antisipasi dari para produsen elektronik. HTC tampaknya melihat situasi ini, memulai dengan perangkat Virtual Reality.
Jalan panjang industri virtual reality memang masih panjang, namun prediksi analis dan para ahli, virtual reality bisa menjadi ajang inovasi besar di industri entertainment.
Seperti apa inovasi yang bisa dilakukan di virtual reality di industri entertainment? Ketika kita menonton konser musik di ruang TV atau keluarga, dan mengenakan perangkat virtual reality, ini tentunya akan membuat anda serasa di lokasi konser sesungguhnya. Pengalaman melihat konser di dekat panggung dan back stage, adalah hal yang sangat membanggakan, dan tentunya kita hanya perlu menontonnya dari ruang keluarga kita.
Untuk industri olahraga misalnya, pengalaman seolah kita berada didalam arena olahraga tentunya adalah sesuatu yang sangat mengasikkan. Menonton balapan mobil atau motor, namun seolah-olah kita hadir di arena balap. Ini mungkin adalah sesuatu yang besar di masa depan.
Jalan panjang menuju era virtual reality masih panjang, namun tidak ada salahnya HTC mulai melirik peluang besar disana.