Korea Selatan dan Jepang mencapai kesepakatan penting, Senin, atas masalah pelik wanita penghibur masa Perang Dunia II, yang memperburuk hubungan kedua negara itu, dengan Tokyo menawarkan pembayaran satu miliar yen kepada wanita penghibur yang masih hidup.
Kesepakatan tersebut akan bersifat yang terakhir dan tidak dapat diubah jika Jepang memenuhi tanggung jawabnya, kata Menteri Luar Negeri Korea Selatan Yun Byung-Se setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Jepang Fumio Kishida.
Kishida mengatakan Jepang setuju menawarkan dana satu miliar yen (lebih dari 83 miliar rupiah) sebagai pembayaran wanita penghibur Korea Selatan, yang diperbudak secara seksual oleh tentara Jepang selama Perang Dunia II.
"Itu bukan ganti rugi. Itu upaya memulihkan kehormatan dan martabat semua wanita penghibur dan untuk menyembuhkan luka batin mereka," katanya. "Masalah wanita penghibur terjadi atas keterlibatan militer Jepang dan pemerintah Jepang merasa bertanggung jawab."
Kishida mengatakan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyampaikan permintaan maaf dan penyesalannya dari lubuk hati terdalam kepada para korban. "Saya pikir kesepakatan yang kami capai merupakan prestasi bersejarah dan sebuah terobosan," kata Kishida.
Amerika Serikat telah lama mendesak dua sekutu utama Asia-nya untuk menyelesaikan sengketa mereka. Atas perjanjian pada Senin ini, Seoul akan mencoba memindahkan patung simbolis wanita penghibur yang saat ini berdiri di depan Kedutaan Besar Jepang melalui konsultasi dengan LSM terkait, kata Yun.
Tokyo telah memberikan prioritas untuk relokasi patung tersebut karena dipandang sebagai pemandangan yang memalukan sekaligus penghinaan terhadap Jepang. Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan sebelumnya pada halaman Facebook bahwa patung tersebut didirikan oleh warga sipil dan pemerintah tidak berwenang terhadap penunjukan lokasi.
Yun mengatakan Seoul akan menahan diri dalam memunculkan kembali isu wanita penghibur di forum internasional, seperti PBB. Lebih dari 200.000 wanita yang kebanyakan warga Korea, diperkirakan telah diperbudak secara seksual oleh Jepang selama Perang Dunia II. Mereka secara halus dikenal sebagai wanita penghibur. Seoul menuntut permintaan maaf resmi dan kompensasi kepada para wanita yang masih hidup.