1

"Hacker" Sekarang Sudah Berubah Haluan

27 Nov 2015 15:13 3397 Hits 0 Comments
Target dan metode peretasan para hacker-lah yang berubah.

Seiring berkembangnya zaman, sebuah tindakan kriminal di dunia internet yang kita kenal dengan nama “hacking” ternyata juga ikut berkembang dan berubah.

Jika sebelumnya para peretas menjadikan bank sebagai target untuk mencuri data finansial orang-orang. Sekarang mereka lebih berfokus ke toko-toko online besar yang saat ini memang sedang menjadi tren di berbagai belahan dunia.

Sebuah laporan baru yang telah dipublikasikan sebuah perusahaan keamanan dunia cyber mengatakan bahwa penipuan-penipuan traditional yang dikenal dengan phising dimana penipuan tersebut melibatkan akun bank dan nomor PIN sudah menjadi cara lama bagi para peretas untuk mencuri data seseorang.

Sekarang, dibandingkan melakukan pencurian menggunakan cara lama tersebut, para peretas lebih memilih untuk mencuri informasi pribadi dari para pembeli yang biasanya tersimpan di toko-toko online yang sampai saat ini jumlahnya terus bertambah secara pesat.

Menurut apa yang dinyatakan pada Norton Cybersecurity Insights Report, pada tahun 2014 lalu lebih dari 1.4 milyar data telah dicuri.

Dan menurut Mark Gorrie yang juga menjabat sebagai direktur dari Norton by Symantec di area Pasifik, saat ini, ia dapat melihat bahwa pada kejahatan dunia cyber terdapat perubahan yang signifikan dimana kejahatan ransomware sekarang menjadi lebih umum.

Ransomware yang juga dapat dikatakan sebagai pemerasan secara online adalah sebuah sebuah kejahatan dimana seorang peretas melakukan peretasan ke sebuah komputer milik seseorang lalu kemudian menguncinya sampai orang yang menjadi korban peretasan itu membayarkan sejumlah uang agar laptopnya dapat berjalan kembali.

Ransomware umumnya memiliki tarif hingga jutaan rupiah – dan walaupun uang jutaan tersebut sudah dibayarkan untuk membebaskan komputer yang terkena hack, tidak ada jaminan bahwa komputer tersebut akan dibebaskan.

Menurut Nigel Phair, salah seorang tokoh dari pusat keamanan dunia cyber dari Universitas Canberra, menyatakan bahwa orang-orang di era sekarang ini haruslah menganggap keamanan dunia online itu sama seriusnya dengan keamanan yang biasa dilihat di bandara-bandara.

Ia juga menambahkan, mungkin banyak orang benci harus melakukan rutinitas keamanan di bandara ketika ingin bepergian ke tempat lain menggunakan pesawat terbang. Tapi, menurutnya itu adalah sebuah rutinitas yang menjadi bagian dari hidup di masyarakat modern dan kita sebagai salah satu masyarakatnya haruslah terbiasa dengan hidup seperti itu.

Seiring berkembangnya zaman, sebuah tindakan kriminal di dunia internet yang kita kenal dengan nama “hacking” ternyata juga ikut berkembang dan berubah.

Jika sebelumnya para peretas menjadikan bank sebagai target untuk mencuri data finansial orang-orang. Sekarang mereka lebih berfokus ke toko-toko online besar yang saat ini memang sedang menjadi tren di berbagai belahan dunia.

Sebuah laporan baru yang telah dipublikasikan sebuah perusahaan keamanan dunia cyber mengatakan bahwa penipuan-penipuan traditional yang dikenal dengan phising dimana penipuan tersebut melibatkan akun bank dan nomor PIN sudah menjadi cara lama bagi para peretas untuk mencuri data seseorang.

Sekarang, dibandingkan melakukan pencurian menggunakan cara lama tersebut, para peretas lebih memilih untuk mencuri informasi pribadi dari para pembeli yang biasanya tersimpan di toko-toko online yang sampai saat ini jumlahnya terus bertambah secara pesat.

Menurut apa yang dinyatakan pada Norton Cybersecurity Insights Report, pada tahun 2014 lalu lebih dari 1.4 milyar data telah dicuri.

Dan menurut Mark Gorrie yang juga menjabat sebagai direktur dari Norton by Symantec di area Pasifik, saat ini, ia dapat melihat bahwa pada kejahatan dunia cyber terdapat perubahan yang signifikan dimana kejahatan ransomware sekarang menjadi lebih umum.

Ransomware yang juga dapat dikatakan sebagai pemerasan secara online adalah sebuah sebuah kejahatan dimana seorang peretas melakukan peretasan ke sebuah komputer milik seseorang lalu kemudian menguncinya sampai orang yang menjadi korban peretasan itu membayarkan sejumlah uang agar laptopnya dapat berjalan kembali.

Ransomware umumnya memiliki tarif hingga jutaan rupiah – dan walaupun uang jutaan tersebut sudah dibayarkan untuk membebaskan komputer yang terkena hack, tidak ada jaminan bahwa komputer tersebut akan dibebaskan.

Menurut Nigel Phair, salah seorang tokoh dari pusat keamanan dunia cyber dari Universitas Canberra, menyatakan bahwa orang-orang di era sekarang ini haruslah menganggap keamanan dunia online itu sama seriusnya dengan keamanan yang biasa dilihat di bandara-bandara.

Ia juga menambahkan, mungkin banyak orang benci harus melakukan rutinitas keamanan di bandara ketika ingin bepergian ke tempat lain menggunakan pesawat terbang. Tapi, menurutnya itu adalah sebuah rutinitas yang menjadi bagian dari hidup di masyarakat modern dan kita sebagai salah satu masyarakatnya haruslah terbiasa dengan hidup seperti itu.

 

 

 

sumber: The Sydney Morning Herald

About The Author

Buricak Burinyai 68
Expert

Buricak Burinyai

Seorang warga Bandung yang cinta Bandung, teknologi dan mantannya
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel