JAKARTA, Plimbi - Baru-baru ini, perusahaan riset pasar teknologi Counterpoint menampilkan sebuah laporan mengenai pangsa pasar ponsel di Indonesia pada kuartal pertama (Q1) tahun 2015. Produsen Smartphone asal Korea Selatan massih menjadi yang terdepan dalam penjualan smartphone di Indonesia.
Pasar ponsel (feature phone dan smartphone) di Indonesia hanya meningkat 2 persen per tahun dan turun 8 persen per kuartal. Sementara itu, meski mengalami kenaikan sebesar 55 persen per tahun, pasar smartphone juga turun 11 persen per kuartalnya.
Menurut laporan tersebut, Penyebab penurunan pada kuartal ini disinyalir karena sedikitnya smartphone pada kisaran harga terjangkau yang diluncurkan di Indonesia. Research Senior Consultant Counterpoint, Tina Lu mengatakan, Sebagian besar permintaan smartphone masih berada pada kisaran harga $50 (sekitar Rp665.000) hingga $100 (sekitar Rp1,33 juta), yang kini terhitung hampir setengah dari total penjualan smartphone di negara ini.tuturnya dalam keterangan tertulis.
Saat ini banyak vendor lokal yang menjual harga smartphone pada kisaran low end. Hadirnya smartphone dengan harga yang terjangkau namun memiliki spesifikasi lumayan ini berhasil mendapatkan banyak pengguna di Indonesia.
Hal tersebut data terlihat dari peringkat dua yang di duduki oleh Evercoss. Merek lokal yang berhasil mendapatkan 13.1% shipments di kuartal pertama ini. Sementara untuk Samsung, Vendor asal negeri Ginseng ini berhasil medapatkan peringkat pertama dengan angka shipment smartphone sebanyak 32.9 % pada kuartal pertama di tahun ini.
Untuk peringkat ketiga di duduki oleh Smartfren. Vendor yang masih setia pada jaringan CDMA ini harus puas berada di peringkat ketiga karena pengapalan produk mereka di awal tahun ini menurun drastis. Smartfren mendapatkan total shipments sebesar 12.9 % atau hanya selisih 0.2% dari vendor lokal lain yaitu Evercoss.
Angka tersebut turun dari kuartal sebelumnya yang mencapai 15,4 persen. Pangsa pasar ponsel Smartfren juga mengalami penurunan, setelah menduduki peringkat empat pada kuartal sebelumnya, vendor lokal ini harus rela disalip oleh Mito dan turun diposisi kelima dengan menguasai 6,7 persen pangsa pasar. Meskipun masih ada banyak ruang untuk vendor smartphone tumbuh di negara ini, perusahaan yang ingin menjadi pemimpin [pasar] perlu mempertimbangkan rencana mereka melakukan manufaktur secara lokal.
Pemerintah Indonesia mengeluarkan rancangan peraturan TKDN untuk pembuatan ponsel 4G di negara ini. Meskipun menjadi kabar gembira bagi pemain lokal, hal ini rasanya akan menjadi tantangan untuk merek global seperti Apple dan pemain China seperti Xiaomi karena belum matangnya ekosistem komponen perangkat di tanah air.(rie)