Bulan lalu BlackBerry mengumumkan perubahan besar dalam strategi hardware dengan menerapkan kerjasama dengan Foxconn, raksasa Taiwan dari industri manufaktur elektronik. John Chen mengungkapkan bahwa kedua perusahaan berencana untuk membangun handset pertama mereka bersama-sama untuk pasar Indonesia, dan juga akan membangun pabrik baru di Indonesia dan tidak disebutkan bahwa handset ini hanya akan dijual di tanah air saja, karena banyak yang mengharapkan handset ini akan masuk ke pasar global. Apakah yang dimaksud mereka itu BlackBerry Jakarta yang saat ini ramai dibicarakan?
Satu tahun yang lalu, smartphone murah sulit didapat di negara maju. Dan di pasar negara berkembang ada banyak ponsel Android murah, tapi mereka sebagian besar berasal dari merek yang asing di telinga kita, terutama ponsel Android murah yang berasal dari China. Kita cenderung untuk mengetahui nama-nama seperti BlackBerry, Samsung, Apple, HTC, LG, Motorola, dan Nokia. Tak sedikit para pengguna ponsel di tanah air yang ragu untuk membeli ponsel dari merek yang tidak dikenal.
Pada Februari 2013 Nokia mengumumkan Lumia 520. Dan bahkan hari ini, awal tahun 2014, ponsel tersebut masih menjadi ponsel pilihan terbaik untuk kelas smartphone di kelas low-end. Ponsel ini habis di banyak tempat di seluruh dunia, dan permintaan akan ponsel ini benar-benar solid. Ini adalah ponsel pendongkrak penjualan Windows Phone di dunia, dan memang ponsel Windows Phone yang menarik. Ini adalah contoh pertama di mana kita melihat nama merek sebagai patokan utama dalam memilih ponsel dengan harga di bawah rata-rata.
BlackBerry Merajai Pasar Indonesia
Beberapa tahun yang lalu, pada saat diselenggarakannya konferensi BlackBerry Wireless Enterprise Symposium (WES), di mana pada masa itu harga BlackBerry cukup tinggi dan mendominasi di pasar Indonesia, Chief Marketing Officer dari Indosat mengatakan bahwa volume smartphone dengan harga di bawah $100 akan tumbuh sepuluh kali lipat.
Pasar Android, terutama di Cina, telah menguasai perangkat dengan harga di bawah $100 untuk sementara ini. Namun, Nokia telah membuktikan bahwa perangkat murahnya berhasil menarik perhatian pasar smartphone low-end di seluruh dunia dengan Lumia 520. Tentu saja, spesifikasi yang dibawanya tidak terlalu mengesankan, seperti, layar yang dibawa oleh ponsel ini hanya memiliki resolusi sebesar 480 x 800. Namun harga dari ponsel ini berbeda-beda antara pasar satu dengan pasar yang lain. Hingga saat ini, satu-satunya pilihan murah untuk ponsel kelas smartphone adalah Android.
BlackBerry Jakarta Digadang-gadang dengan Harga Murah
Ini membawa kita ke BlackBerry "Jakarta". BlackBerry mengatakan bahwa handset BlackBerry Jakarta yang diproduksi oleh Foxconn jauh lebih murah nantinya. Dapat diasumsikan bahwa perangkat ini akan memiliki desain yang hampir sama dengan Q5. Plus, BlackBerry tidak harus mengambil risiko untuk menggandakan persediaan atau melakukan pekerjaan desain hardware. Foxconn adalah melakukan semua ini. Pertanyaannya adalah, bagaimana dengan harganya? Dapatkan BlackBerry menempatkan perangkat ini dengan harga di bawah $100? Hal ini tentu tergantung pada spesifikasi yang perangkat ini bawa, dan kemungkinan ponsel ini akan dilepas dengan harga di bawah $150 di pasar negara berkembang. Untuk pembeli smartphone entry-level ada terlalu banyak pilihan yang layak di bawah $150 di pasar negara berkembang.
Salah satu analis Wall Street mengatakan BlackBerry harus sepenuhnya berhenti membuat ponsel high end. Bisa dibilang itu merupakan ide yang konyol dan tidak masuk akal. Tentu saja mereka membutuhkan perangkat high end untuk masuk ke pasar Enterprises. Eksekutif tidak akan menggunakan perangkat selekas Q5. Tapi selama mereka memiliki OS kompetitif (BlackBerry 10) dan audiens yang besar dari pengguna di pasar negara berkembang, mereka benar-benar harus mencicipi pasar low end yang ramai di cari di pasar negara berkembang.
Jika BlackBerry gagal untuk bersaing secara efektif pada pasar low end, maka para pelanggan akan 100% datang pada perangkat dari Google dan Microsoft. BlackBerry akan ditinggalkan dengan tidak layak. Mereka tidak akan memiliki pangsa pasar yang cukup untuk mendukung ekosistem aplikasi yang layak. Tanpa jumlah yang cukup besar, dan kemungkinan yang terburuk adalah bisnis hardware mereka benar-benar akan tutup secara keseluruhan, menyingkirkan App World, pengembangan SDK, rekayasa perangkat lunak pada BB10, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hardware BlackBerry. Mereka akan menjadi murni terfokus pada manajemen mobilitas enterprise dan mobile messaging (BBM).
BlackBerry Jakarta harus membuktikan bahwa BlackBerry masih bisa diperhitungkan untuk pasar negara berkembang, seperti Indonesia. Setidaknya kerja sama antara BlackBerry dan Foxconn harus membuktikannya sendiri dengan cepat.
Dengan pindah ke Foxconn, BlackBerry setidaknya memiliki kesempatan berjuang di pasar negara berkembang dengan cepat. [PY]