1

Garda Bambu - Pagelaran Musik Bambu yang Diapresiasi Tua dan Muda

21 Nov 2013 14:00 4047 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Hari Minggu kemarin, tepatnya 17 November 2013 telah diadakan sebuah acara yang bernama “GARDA BAMBU” di bilangan Bojongloa, Rancaekek. Acara berupa pagelaran musik bambu ini digagas oleh sekumpulan pemuda-pemudi Rancaekek yang menamakan dirinya ‘Sadarajat Crew’. Garda Bambu ini merupakan acara pagelaran musik bambu pertama (salah satunya adalah alat musik karinding) yang diadakan di daerah Rancaekek.

Hari Minggu kemarin, tepatnya 17 November 2013 telah diadakan sebuah acara yang bernama "Garda Bambu" di bilangan Bojongloa, Rancaekek. Acara berupa pagelaran musik bambu ini digagas oleh sekumpulan pemuda-pemudi Rancaekek yang menamakan dirinya ‘Sadarajat Crew’. Garda Bambu ini merupakan acara pagelaran musik bambu pertama (salah satunya adalah alat musik karinding) yang diadakan di daerah Rancaekek.

Awalnya acara ini lahir dari sebuah obrolan ringan antara Handriansyah (Bombom) selaku ketua pelaksana bersama Haiqal selaku Humas dari Garda Bambu tersebut. “Obrolan iseng ini ternyata mendapat reaksi positif dari beberapa grup karinding. Acara ini pun menjadi event Karinding yang pertama di Rancaekek karena sebelumnya baru terdapat di beberapa daerah lain”, tutur Bombom. Ditanya lebih lanjut mengenai acara ini, Bombom memaparkan bahwa acara ini bertujuan agar kawan-kawan muda di Rancaekek lebih mengetahui seni alat musik karinding dan seni tradisi buhun, yaitu tradisi berupa alat musik yang terbuat dari bambu.

Garda Bambu

Sekitar pukul 10.20 acara dibuka oleh Ami dan Chacha sebagai MC dan dilanjutkan oleh pembukaan dari Ketua Pelaksana serta perwakilan dari warga Bojongloa. Lalu penampilan Grup Karinding ‘Raraga Sunda’ yang berasal dari sekitar Bojongloa menjadi grup pertama yang tampil pada acara Garda Bambu ini. Salah satu hal yang menarik adalah keterlibatan seorang anak kecil, kira-kira seusia anak Sekolah Dasar, yang memainkan alat musik karinding pada grup Raraga Sunda tersebut. Disusul penampilan oleh Karinding Bakti Nusantara 666, Karinding Kasunda, Karinding Medal Jaya, dan Karinding Awi Sasakala.

Ada lagi hal menarik dari acara ini yaitu keterlibatan dua grup karinding yang anggota kesemuanya adalah para mojang alias perempuan. Kedua grup tersebut adalah Karinding Motekar dan Karinding Alamanda. Anda bisa bayangkan para perempuan memainkan alat musik celempung, karinding, bahkan gong tiup bernama ‘ridu-ridu’. Hal ini membuktikan bahwa kesenian musik etnik ini dapat dimainkan oleh segala usia dan tidak mengenal gender. Bahkan ada penonton yang merupakan seorang ibu dan bapak, mereka memang sengaja ingin menyaksikan acara yang dihadiri oleh kurang lebih 300 orang ini.

Karinding Attack & Paperback

Mengenai penonton yang merupakan seorang ibu-ibu tadi, hal ini menjadi inspirasi Man Jasad sebagai vokalis Karinding Attack untuk menyuguhkan sebuah lagu berjudul ‘Hampura Emak’. Selain membawakan lagu-lagu andalannya seperti ‘Gerbang Kerajaan Serigala’, ‘Nu Ngora’, dan sebagainya, Karinding Attack pun mengajak para penonton untuk bernyanyi bersama dalam lagunya yang berbicara tentang kudapan (jajanan) khas Priangan seperti Cimol, Cireng, Misro, dan lainnya.

Grup Karinding yang sudah dikenal luas ini menjadi salah satu daya tarik dari acara garda bambu tersebut. Terbukti dari antusiasme penonton yang kerap request beberapa judul lagu untuk dinyanyikan oleh grup tersebut. Kimung, dari Karinding Attack dan Paperback menyatakan bahwa acara Garda Bambu ini sangat juara dalam hal menyatukan komunitas karinding di wilayah Rancaekek khususnya. Dalam wawancaranya dengan Paseban, Kimung menyatakan kekagumannya akan kinerja Sadarajat Crew yang dinilainya sangat maksimal dan dengan optimis memberikan semangat agar Garda Bambu ke-2 nanti lebih ditingkatkan lagi kualitasnya dari segi teknis. “Setau saya komunitas di Rancaekek ini sudah mulai mengadakan merchandise, oleh karena itu pada gigs selanjutnya agar terdapat pengayaan dari merchandise tersebut”, ujar Kimung menambahkan.

Sebelumnya tampil pula grup ‘Paperback’ yang beberapa anggotanya merupakan anggota Karinding Attack. Menurut Paseban, grup ini memiliki ciri khas sendiri yaitu menyanyikan beberapa lagu The Beatles dengan musik iringan Karinding dan musik bambu lainnya. Pantas saja nama grup-nya ‘Paperback’ mungkin terinspirasi dari salah satu lagu besutan The Four Fab tersebut yang berjudul ‘Paperback Writer’. Jika John Lennon masih hidup mungkin beliau akan senang akan adanya kolaborasi seperti ini.

Atas: Karinding Attack Live Perform. Bawah: Kimung sedang diwawancara MC

Performance Kejutan

Banyak sekali grup karinding yang menjadi pengisi acara di Garda Bambu ini di antaranya adalah Karinding Awi Buhun, Karinding Sora Hinis, Karinding Riot yang beraliran punk, dan Karinding Layung Hideung dengan lagu andalannya berjudul ‘Oray Beusi’. Selepas maghrib, Garda Bambu menampilkan grup calung satu-satunya pada acara ini yaitu Amarta Calung. Anggota calung ini rata-rata sudah sepuh dan sekali lagi ini membuktikan bahwa kesenian sunda diapresiasi oleh beragam usia.

Selanjutnya ada grup Karinding Sada Awi yang menurut Paseban saat itu memiliki penampilan sangat bagus. Dengan lighting ruangan yang dipadamkan, hanya ada cahaya lilin serta wewangian aromaterapi. Suasana terasa syahdu apalagi ketika dari belakang kerumunan penonton muncul seorang pria yang menampilkan sebuah tarian dengan menggunakan topeng. Tiap grup karinding memiliki ciri khasnya masing-masing dan inilah yang memperkaya kesenian sunda khususnya dalam alat musik karinding. Sebelumnya pun ada Karinding Sora Hinis yang dalam penampilannya memasukkan unsur pencak silat.

Atas: Karinding Kasunda. Bawah: Karinding Alamanda

Harapan Kedepan

Bombom mengutarakan harapannya agar makin banyak event serupa dan para pemuda-pemudi khususnya yang berdomisili di Rancaekek dapat membentuk sebuah grup untuk memainkan alat musik karinding serta diharapkan acara ini dapat menjadi sebuah pendidikan bagi anak-anak di usia sekolah karena masih banyak pula masyarakat sekitar sini yang belum mengetahui apa itu alat musik karinding.

Zahra dari grup Karinding Alamanda menyatakan bahwa ia tidak menyangka para penonton akan  sangat excited terhadap kesenian sunda ini dan ia mengharapkan agar acara selanjutnya lebih ditingkatkan lagi misalnya dari segi kualitas tempat. Lain halnya dengan Asep Hendra Waliana, S.IP dari grup Karinding Kasunda menyatakan bahwa acara ini luar biasa dan menyarankan acara ini dapat diadakan 6 bulan sampai satu tahun sekali.

Paseban berhasil mewawancarai seorang anak SD kelas 4 bernama Rangga dari grup Karinding Raraga Sunda. Dengan sedikit malu-malu Rangga mengutarakan rasa senangnya bisa bermain di acara Garda Bambu ini. Personil lain dari grup ini berharap agar kedepannya bisa lebih tertib dan masalah kebersihan agar lebih diperhatikan lagi.

“Semoga acara ini dapat menjadi trigger dan motivasi bagi pemuda-pemudi yang lain. Ini adalah bukti nyata dari ngamumulé kesenian sunda dan dapat menjadi inspirasi bagi pemuda-pemudi di daerah lain”, jelas Man Jasad dari Karinding Attack dalam komentarnya mengenai acara Garda Bambu ini. Ia sangat salut karena Sadarajat Crew dapat mempertontonkan kesenian sunda yang terdapat dalam acara tersebut.

Bentuk kritik Sadarajat Crew terhadap perusahaan-perushaan besar yang tidak jadi mendukung Garda Bambu

Kiri: Paseban sedang melakukan wawancara. Kanan: Spotted Paseban.com as media partner.

Tanggapan Penonton

 Acara yang dibanjiri hadiah berupa stiker dari masing-masing grup karinding, CD, kaos, minuman, dan yang lainnya ini menuai banyak reaksi positif dari para penonton yang Paseban wawancarai. Seperti yang diungkapkan oleh Riandi Andriansyah yang awalnya menonton acara Garda Bambu karena temannya dari grup Karinding Babaung Maung menjadi pengisi acara, mengaku penasaran dengan keseluruhan dari pengisi acara ini. Perbedaan genre dari tiap grup menjadi daya tarik tersendiri bagi Riandi dan berharap agar kedepannya acara ini dapat dipromosikan lebih gencar.

Ada juga Deden dari Jatinangor yang menyempatkan datang ke acara Garda Bambu ini karena memang ingin menonton Karinding Attack, Karinding Militan yang kala itu membawakan pula cover lagu The Cure – Love Song dengan melodi dari seruling bambu, dan Karinding Giri Kerenceng pimpinan Abah Olot dari Cimanggung, Parakan Muncang sebagai penutup acara Garda Bambu tersebut. Kedepannya, Deden dan beberapa temannya mengharapkan agar Sadarajat Crew dapat lebih merangkul grup-grup Karinding dari daerah lain seperti Cicalengka dan Jatinangor. Kritiknya adalah agar sound system lebih diperhatikan kembali karena menunjang performa pemain khususnya yang memainkan karinding, butuh volume mic yang lebih tinggi.

Sebelum acara berakhir pada pukul 21.00 WIB, Paseban berhasil meminta tanggapan dari Fitri yang kebetulan merupakan warga Bojongloa. Fitri yang datang dengan saudara-saudaranya berjumlah belasan orang datang ke acara ini untuk menyaksikan Karinding Attack dan Kasunda. Ia pun menambahkan agar kedepannya acara ini dapat dilaksanakan di ruang publik berupa tempat outdoor agar acara ini dapat lebih dinikmati oleh orang banyak. Selebihnya Fitri sangat mengapresiasi acara Garda Bambu ini.  

Para penonton Garda Bambu

Kesimpulan

Mengingat antusiasme penonton yang cukup tinggi pada acara ini, Garda Bambu terbilang sukses dalam mencapai tujuan awalnya yaitu memperkenalkan alat musik karinding sekaligus menghimpun para komunitas karinding agar dapat mengapresiasi musik etnik ini bersama-sama. Bagi Pasebania yang tidak sempat menghadiri acara tersebut, datang saja ke acara Garda Bambu tahun depan karena sepertinya acara ini akan menjadi semacam annual event. Mengenai kendala teknis diharapkan dapat diperbaiki agar kedepannya acara ini semakin sukses. Untuk info lebih lanjut, sila buat tweet lalu mention ke [at]SadarajatCrew. Terakhir, Paseban mengucapkan “Selamat melestarikan sambil menikmati kesenian Sunda!” [QPE]

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel