Kata Exposure agaknya sangat erat berkaitan dengan dunia fotografi. Sering kali pada buku-buku maupun artikel di internet yang mengulas fotografi selalu menuliskan kata Exposure. Lalu apa itu Exposure? Mengapa kata ini begitu sering keluar dalam “pelajaran” fotografi? Dan apakah penting untuk mempelajarinya? Dalam artikel kali ini kami akan mengulas lebih dalam apa itu Exposure fotografi beserta perumusannya. Mengenai penting atau tidak pentingnya mengetahui Exposure fotografi, sekali lagi itu tergantung kebutuhan Anda. Jika memang Anda serius dalam dunia “melukis dengan cahaya”, pastikan Anda mempelajari lebih jauh tentang Exposure.
Exposure dalam bahasa Indonesia berarti Pajanan, istilah ini sering mengacu pada banyaknya cahaya yang masuk ke medium dalam proses pengambilan foto, baik itu dari jenis film maupun sensor gambar digital. Sederhananya, jika ada banyak cahaya yang masuk ke dalam medium alat fotografi maka citra yang dihasilkan menjadi over Exposure atau terang. Sedangkan jika sedikit cahaya yang masuk ke dalam medium alat fotografi maka citra yang dihasilkan menjadi under Exposure atau gelap. Kedua Exposure tersebut pastinya merupakan Exposure yang tidak normal atau tidak pas karena terlalu terang dan terlalu gelap. Meski demikian, sebenarnya sejak jaman dahulu tidak ada ukuran yang bisa mengukur Exposure normal. Semua Exposure ditentukan sendiri oleh fotografer selaku pengambil citra melalui pemanfaatan Exposure.
Penentuan Exposure
Exposure fotografi sendiri tentunya dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya adalah Jenis serta intensitas dari sumber cahaya, jarak peralatan fotografi dengan benda, respon dari benda terhadap cahaya, kecepatan rana yang diatur, bukaan atau diafragma yang diatur, nilai ISO yang ditentukan serta penggunaan filter tertentu pada komponen optik yang dalam hal ini adalah lensa. Untuk fotografi modern terutama jika Anda menggunakan kamera dengan fitur Manual, Exposure atau Pajanan dapat dikendalikan menggunakan 3 elemen dasar yakni Shutter Speed, Aperture dan ISO (segitiga Exposure).
Seperti yang sudah kita ketahui, Shutter Speed merupakan ukuran kecepatan rana dalam membuka sensor atau membakar medium penangkap cahaya. Semakin besar angka (detik) Shutter Speed yang digunakan maka semakin banyak cahaya yang masuk, dan sebaliknya semakin kecil angka (detik) Shutter Speed maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Sebagai contoh, pada situasi cahaya terang di siang hari (outdoor) penggunaan angka 1/30 detik tidak diperkanankan karena akan menjadi Over Exposure. Namun untuk situasi malam hari (outdoor) dengan sedikit penerangan, angka rana 1/5 detik atau bahkan diatas 10 detik dibutuhkan agar cahaya yang masuk lebih banyak. Dibutuhkan satu artikel penuh hanya untuk membahas Shutter Speed.
Selain Shutter Speed, ada diafragma (Aperture) dan ISO yang bisa membantu mengendalikan Exposure. Diafragma sejatinya merupakan lempengan dalam sebuah lensa yang bisa menentukan jumlah cahaya yang masuk, semakin besar tentunya semakin banyak dan sebaliknya. Elemen ini dilambangkan dengan huruf f. Sedangkan ISO adalah ukuran sensivitas dari dalam sensor kamera sendiri. Disinilah pentingnya fotografer mengkombinasikan angka-angka Shutter Speed, Aperture dan ISO agar mendapatkan Exposure yang diinginkan.
Mengetahui Exposure Baik atau Normal
Sudah lama produsen kamera menyematkan fitur Lightmeter pada produk kamera mereka. Hal ini karena sangat tidak gampang bagi manusia untuk mengetahui seperti apa kombinasi angka-angka segitiga Exposure agar memperoleh pencahayaan pas. Hampir sebagian besar fotografer jaman dahulu mengandalkan Lighmeter saat memotret, dan itu seperti “sahabat” baik para fotografer.
Beruntunglah saat ini sudah ada teknologi digital yang mampu secara cepat memperlihatkan citra gambar sesaat setelah memotret sehingga fotografer mengetahui apakah settingan segitiga Exposure yang digunakannya sudah tepat atau belum. Lightmeter bukannya menampilkan sebuah layar cahaya, melainkan hanya sebuah bilangan angka EV yakni -2, -1, 0, +1, +2 dan seterusnya. Bahkan dalam kamera digital tidak menampilkan angka, melainkan hanya titik-titik minus dan plus dari Exposure. Jika garis Lightmeter berada diposisi tengah atau nol, maka artinya Exposure dalam keadaan normal.
Exposure Valve
Nilai Exposure dalam beberapa puluh tahun terakhir ini dikonsepkan dengan istilah Exposure Value. Konsep ini dikembangkan oleh seorang ilmuwan Jerman pada tahun 1950 guna menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas focal plane namun dengan menghilangkan parameter lensa untuk mendefinisikan nilai pajanan absolut yang kemudian menjadi relatif. Dari Exposure Valve inilah kemudian dirumuskan menjadi EV = log2 N2/t dimana EV sama dengan Exposure Value, dan N2 adalah f number atau nilai Aperture serta t merupakan Shutter Speed (rentan waktu rana). Perumusan tersebut sama dengan EV = Av + Tv, dimana Av adalah Aperture (nilai f) dan Tv adalah Shutter Speed. Itulah mengapa pada mode Shutter Priority DSLR Canon ditulis Tv dan Aperture Priority ditulis Av, sesuai satuannya. [ALX]