Kelatahan Mengekor Sebuah Film
Filosofi Kopi dan Sederet Keganjilan Tak Filosofis
Di Indonesia, setidaknya ada dua hal yang segera terasa tak menyenangkan dari sebuah film yang sukses secara komersial. Pertama, film itu tak selalu baik secara kualitas. Kedua, film itu selalu mudah menjadi “negatif trendâ€â€”dalam artian; memicu ramainya “kreatifitas-duplikatif†atau “kelatahan-kelatahan tak perlu†pada produksi film-film setelahnya.Tetapi apakah film yang mengikuti trend otomatis buruk? Tentu tidak. Salah satu yang menurut saya berhasil: Filosofi Kopi (2015). Film ini, mampu menampilkan kekuatannya tersendiri. Filosofi Kopi hadir dengan literasi tentang kopi yang ditampilkan dengan mencukupi. Film besutan Angga Dwimas Sasongko ini juga mampu menghadirkan kopi bukan sebagai produk dan “ngopi†bukan sebagai “kesibukan konsumtifâ€. Pendeknya: menghadirkan sebentuk filosofi.
Bangkitnya Film Dengan Genre Komedi di Indonesia
Layakkah tersenyum, ketika harus bersedih ?
Setiap karya yang muncul, pasti ada makna tertentu menyertainya. Baik itu sastra, music maupun perfilm-an. Dalam sebuah peran oleh seorang tokoh dalam perfilm-an, telah diatur sedemikian rupa, agar makna ataupun pesan film tersebut dapat tersampaikan dengan baik dan mudah diterima oleh para penikmatnya.
Get Up!Stand Up! : Filmnya Para Komika
Flashback ke Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Melalui Film Tjokroaminoto: Guru Bangsa
Salah satu sutradara terbaik Indonesia, Garin Nugroho telah mengangkat sejarah hidup Tjokroaminoto ke dalam film layar lebar berjudul Tjokroaminoto: Guru Bangsa yang tayang di bioskop-bioskop Indonesia pada tahun 2015 lalu. Film ini diproduseri oleh Christine Hakim, Dewi Umaya Rachman, Sabrang Mowo Damar Panuluh, Didi Petet, Nayaka Untara, dan Ari Syar serta didukung oleh beberapa aktor dan aktris terkenal Indonesia. Film yang dibintangi oleh Reza Rahadian sebagai aktor utama ini bercerita tentang kehidupan Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto alias Tjokroaminoto yang berotak encer, religis, dan memiliki cita-cita mulia dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari pendudukan Hindia Belanda. Film ini cocok ditonton untuk semua umur dan akan membuat kita mengenal tokoh Pahlawan Nasional Tjokroaminoto secara lebih dalam sekaligus meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air dalam diri kita.
Â
Mengulas Teguhnya Hati Wanita Dalam “Surga Yang Tak Dirindukan” Dan “Ayat Ayat Cinta”
tak ada wanita yang rela cintanya dimadu, namun Aisyah dan Arini menjawab lain. bagaimanakah sikap mereka? akankah mereka rela dengan poligami?
sumber foto: republika.com dan sidomi.com
Review Film 3 (Alif, Lam & Mim), Film Berkualitas Yang Terjegal
Menonton film 3 (Alif, Lam & Mim) bagi saya seperti bukan menonton film Indonesia kebanyakan. Ide cerita yang berani (agama dan politik), materi cerita yang berlapis (kisah cinta, persahabatan, dendam, kehilangan, konspirasi, pengkhianatan), tema cerita yang futuristik (masa depan tahun 2036), akting para pemain yang juara, visual effect yang canggih didukung adegan silat slow-motion yang super keren, eksekusi akhir cerita yang menggantung, dan masih banyak lagi kelebihan lain menjadikan film 3 (Alif, Lam & Mim) sebagai salah satu film berkualitas Indonesia di tahun 2015 yang layak mendapat acungan jempol.
So, kenapa ya film yang begitu berbobot ini justru jeblok di pasaran?