Arbain Rambey: Fotografi Ibarat Sebuah Karya Sastra

21 Jun 2012 07:30 19053 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Bagi pecinta fotografi, nama Arbain Rambey sudah tidak asing lagi. Pria kelahiran Semarang, 2 Juli 1961 ini telah lama eksis di jagat fotografi. Sosok Arbain merupakan salah satu contoh jurnalis yang menguasai penulisan dan fotografi sekaligus.

Bagi pecinta fotografi, nama Arbain Rambey sudah tidak asing lagi. Pria kelahiran Semarang, 2 Juli 1961 ini telah lama eksis di jagat fotografi. Sosok Arbain merupakan salah satu contoh jurnalis yang menguasai penulisan dan fotografi sekaligus. Berkat talentanya ia didapuk menjadi redaktur foto di koran Kompas. Berbagai lomba fotografi telah dimenangkannya baik dalam negri maupun luar negri, yaitu juara satu lomba fashion nasional 1993, juara tunggal lomba foto internasional Art Summit 1999 dan juara satu lomba foto MURI 2008.

Pria lulusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung (ITB) ini dari kecil telah tertarik dengan fotografi.”Masa kecil saya di Semarang, dan saya dibesarkan bibi, karena ibu bekerja dan ayah bekerja. Saya anak tunggal yang tidak pernah kekurangan apa pun, bahkan cenderung mempunyai banyak barang mainan. Sejak usia sekitar 5 tahun, saya sudah sangat tertarik dengan fotografi, dalam arti paling senang membolak balik album foto apa pun. Usia 13 tahun sudah menguasai cuci dan cetak foto hitam dan putih. Punya kamera pertama pada tahun 1977. Ricoh 500 GX yang saat ini masih disimpan. Pada saat itu harganya Rp 37.500,” ujarnya mengenang masa lalu.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, itu yang menggambarkan perjalanan karier fotografi Arbain. Lulus kuliah dari teknik sipil ITB, Arbain bekerja sebagai reporter dan sekaligus memotret ketika acara peliputan. Tidak disangka, semangatnya dalam memotret yang begitu tinggi dianggap layak untuk menggantikan fotografer kawakan Kartono Riyadi sebagai redaktur foto pada tahun 1996,yaitu tahun kelima bekerja di harian itu.

Arbain mengibaratkan fotografi adalah memotong adegan dari realitas 360 derajat yang tiga dimensi ke dalam sepotong foto. Sebuah foto menjadi menarik karena terbatas alias cuma sebagian dari realitas. Yang terpenting dalam fotografi adalah kemampuan melihat. " Maka latihlah kemampuan dan kreativitas fotografi sebenarnya bisa dilakukan dengan cara sederhana. Untuk mengasah kemampuan fotografi, kita bisa melakukan perjalanan keliling kota sambil memotret. Namun, kita hanya bisa memotret hal yang lazim atau yang bukan hal yang biasa kita lihat di berbagai foto. Dengan cara ini, kita mencoba meluaskan apa yang selama ini kita jalani,” ujarnya mengakhiri pembicaraan. [*Dona]

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel