Si Hebring, merupakan proyek animasi perdana Main Motion Studio yang berkonsep 3D. Idenya berlatar dari belum adanya tokoh animasi seperti pahlawan super atau Super hero di Indonesia yang bisa terkenal seperti pahlawan super dari negara lain. Dulunya memang ada super hero seperti Gundala maupun Godam yang sempat booming, namun redup. "Kami banyak melakukan riset informal dan survey sampai akhirnya bisa dihasilkan Hebring. Super hero ini cukup universal.
Kalau tokoh wayang dan pahlawan anak-anak sudah banyak yang bikin, makanya kita maunya yang unik dan lahirlah Si Hebring. Selain konsepnya universal juga bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat,†kata Marlin Sugama, sang pembuat karakter Hebring. Dia pun bercerita, Hebring yang dalam bahasa gaul ala Sunda artinya Hebat adalah super hero yang baru memiliki kekuatan dari luar dan tidak tahu cara yang efektif menggunakannya. Heru, sang tokoh utama dilukiskan suka menolong dan peduli terhadap sesama.
Makna atau filosofi positif yang bisa diambil dari Si Hebring adalah Moral of the story; Pertolongan selalu tersedia bagi orang yang tidak ragu untuk berbuat baik, bahkan dari pihak yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. " Jadi, begitu orang dengar Hebring, wah ini pasti sunda banget. Kalau nggak pakai kostum, namanya Heru,†katanya.
Sebagai developer games, Marlin tentunya berharap kedepan proyek ini bisa sukses besar sehingga menjadikan industry animasi tuan rumah negeri sendiri. Visi kedepan, lanjut Martin adalah membuat Si Hebring menjadi ikon kepahlawanan lokal yang bisa menginspirasikan generasi muda untuk membuat karya-karya yang lebih kreatif.
Namun untuk jangka pendek, mereka akan lebih banyak mem-produksi episode si Hebring dan membuat sebuah komik. Namun semua itu, tergantung pendanaan. Sebab, harga produk animasi sangat mahal.
Meski ada beberapa pihak yang menawari kerjasama untuk mengembangkan Si Hebring dalam bentuk karya yang lebih besar, namun semua itu baru sebatas pembicaraan dan rencana-rencana. Karena itu diperlukan insentif dari pemerintah untuk animator lokal supaya tumbuh pesat. Nah, karena keterbatasan dana dan sumber daya serta masih kecilnya kapasitas per studio, Main Studio hanya membuat film atau serial animasi yang durasinya pendek.
Bandingkan dengan studio luar seperti Warner Bros Animation, Pixar dan Marvel Studio (Walt Disney), biasanya membaut satu film dikerjakan oleh 260 orang, dengan berbiaya tinggi, kisaran 175-250 juta dolar AS. Seeperti industry music dan film, diharapkan animasi Indonesia, bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dari sisi kualitas, perkembangan animasi masih cukup bagus terutama dilihat dari TV komersial. Beberapa iklan, sudah banyak menggunakan produk animasi dari animator lokal.
"Tapi, yang ingin kita capai bukan untuk iklan semata, tetapi bikin sesuatu yang berbeda,†imbuh Marlin. Hingga kini, Hebring yang pernah menyabet penghargaan untuk Karya kategori Digital Animation pada Indonesian Information and Communication Technology Award (INAICTA), sudah dibuat sekuelnya hingga Hebring 3. Sejak awal mereka memang ingin membuat Hebring tidak hanya sebagai film animasi tapi juga merambah produk-produk lainnya, ada dua merchandise yang dilempar ke pasar yaitu kaos dan stiker.
Seiring dengan berjalannya waktu, Marlin bersama tiga rekannya, Andi Martin dan M. Fardiansyah mendapat tawaran untuk membuat animasi. Untuk nilai pengerjaanya, Marlin mematoknya setiap detik yang tampil di layar atau disebut dengan finished second. "Harga per bervariasi tergantung kompleksitas pekerjaan yakni di kisaran Rp 15-150 juta,’ ujarnya. [*dju]
