Monash Vision Direct to Brain Bionic Eye - Perkembangan Teknologi Terbaru Berbentuk Kacamata Bagi Para Tunanetra

28 May 2012 13:00 6137 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Ada banyak penyandang disabilitas yang masuk ke dalam klasifikasi tunarungu di dunia. Penyandang disabilitas merupakan istilah yang digunakan bagi mereka yang memiliki beberapa ganggunan baik bersifat fisik atau mental. Penyandang disabilitas ...

Ada banyak penyandang disabilitas yang masuk ke dalam klasifikasi tunarungu di dunia. Penyandang disabilitas merupakan istilah yang digunakan bagi mereka yang memiliki beberapa ganggunan baik bersifat fisik atau mental. Penyandang disabilitas merupakan orang yang memiliki beberapa fungsi bagian tubuh atau mental yang tidak lengkap. Tunarungu atau orang dengan memiliki hambatan dalam hal penglihatan merupakan salah satu klasifikasi disabilitas fisik. Karena berkurangnya fungsi penglihatan, maka sebagian besar tunanetra memiliki fungsi indra lainnya seperti pendengaran dan lainnya untuk dimaksimalkan. Ada dua klasifikasi tunanetra atau buta, yakni buta total ataupun mereka yang masih memiliki sedikit penglihatan atau kerap disebut low vision. Ada banyak penyandang tunanetra yang tidak menyerah begitu saja dengan kekurangan fisiknya tersebut.

Selain itu, perkembangan teknologi pun dapat membantu mereka menyerap berbagai akses yang sebelumnya tidak dapat mereka akses. Perkembangan teknologi terbaru saat ini menunjukkan bahwa semakin banyak hal yang dapat para tunanetra akses. Bahkan saat ini para peneliti dari Universitas Monash, Australia, tengah mengembangkan teknologi kacamata agar dapat membantu penglihatan para tunanetra. Grup yang terdiri dari para ahli elektronik dan doktor dari universitas tersebut akan melakukan percobaan terhadap ciptaanya tersebut.

Lalu bagaimana bagaimana perkembangan teknologi terbaru saat ini dapat memfasilitasi hal tersebut? Kacamata yang dinamai Monash Vision ini akan mengarahkan ke dalam sistem bionik mata yang digabungkan dalam bentuk digital dan teknologi biomedikal. Kacamata ini dipasangi kamera digital kecil diluar dan juga didukung dengan sensor pergerakan mata yang akan mengarahkan kamera di dalam kacamata. Sedangkan untuk bagian luar terdapat prosesor digital dan juga transmitter nirkabel.

Namun, para penyandang tunanetra yang hendak menggunakan kacamata ini harus melakukan proses implantasi pada bagian dekat otak terlebih dahulu. Pasalnya implan kecil tersebut akan digunakan untuk menerima sinyal wireless dan langsung merangsang visualisasi pada otak. Kamera digital yang terpasang pada kacamata ini akan mengambil gambar-gambar kemanapun Anda menggerakkannya. Selain itu, prosesor yang terdapat di bagian samping perangkat ini berguna agar dapat memodifikasi gambar yang dihasilkan kamera dan kemudian transmitter nirkabel akan menghadirkan visualisasi melalui chip yang telah diimplantasi pada bagian otak. Chip tersebutlah yang mampu merangsang otak menggunakan sinyal elektrik agar dapat mengintepretasikan dalam bentuk visual. Lalu bagaimana memasukkan implan dalam bentuk chip tersebut dimasukkan? Perkembangan teknologi terbaru ini tentunya telah diteliti terlebih dahulu.

Grup dari salah satu universitas ternama di negeri Kanguru ini akan menggunakan teknik pembedahan standar. Sebagian area dari tengkoran kepala para calon pengguna kacamata ini akan hilang. Chip yang digunakan akan ditempatkan pada bagian permukaan kortek otak. Sedangkan area kecil yang telah hilang tersebut sejatinya dapat disembuhkan secara alami dan tetap dilakukan perawatan untuk menghindari infeksi. Perkembangan teknologi terbaru dari Universitas Monash ini sedang dikembangkan bagi para penyandang disabilitas penglihatan dari segala umur. Dengan proses digitalisasi tentunya teknologi ini tengah dikembangkan menggunakan bantuan teknologi modern. Kacamata ini menggunakan alogaritma yang akan mentransformasikan data gambar yang diambil menggunakan kamera menjadi pola-pola yang ditransmisikan oleh hasil implantasi otak agar mendapatkan visualisasi yang nyata. Monash Vision Group sebagai pengembang teknologi penglihatan terbaru ini merupakan gabungan para ahli di bidangnya dari Universitas Monash, dan juga lembaga seperti Alfred Health, MiniFAB dan Grey Innovation. Grup tersebut memiliki dua misi diciptakannya alat ini, yakni mengembangkan penelitian mengenai teknologi bionik penglihatan dan juga memproduksi prototipe yang akan didemonstrasikan sekitar pada tahun 2014.

Sementara, proyek ini telah berjalan dari tahun 2010 yang lalu hingga kini. Para penyandang disabilitas penglihatan saat ini memang telah dapat memanfaatkan teknologi mata bionik. Melalui teknologi tersebut, sedikitnya mereka dapat melihat pergerakan, cahaya, bentuk serta ukuran walau dalam visi yang terbatas. Teknologi bionik merupakan perkembangan teknologi terbaru yang mampu menggantikan sebagian bagian tubuh yang telah rusak. Hal ini tentunya menjadi berita yang menyenangkan bagi para tunanetra. Tujuan utama para peneliti grup ini adalah mampu menanggulangi sekitar 85 % kendala para penyandang disabilitas penglihatan. Hal ini sudah termasuk mengembalikan kemampuan indra penglihatan mereka secara bertahap tanpa mengacaukan visi penglihatan yang telah mereka miliki sebelumnya.

Rencananya mereka akan melakukan percobaan pertama pada manusia pada tahun 2014 mendatang. Rencananya sistem kacamata ini akan didesain agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Sistem tersebut akan terus memperbaharui penglihatan tanpa memerlukan proses operasi pembedahan. Walaupun kelak penggunanya sudah, kemampuan prosesor dan kamera digital kamera ini akan menyesuaikan diri. [MS]

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel