Lingkungan kampus selalu menjadi tempat yang identik dengan atribut murah meriah, harga murah dan akses meriah, itu artinya cocok di kantong mahasiswa tapi sesuai selera cipta mereka yang pada umumnya mahasiswa termasuk kalangan terpelajar yang setidaknya sudah mengerti barang berkualitas.
Fenomena tersebut menjadi paradigma unik yang harus dimiliki para pelaku usaha agar bisnisnya tetap manis. Alhasil, banyak sekali pelaku usaha yang berlomba-lomba dalam mengembangkan usahanya masing-masing, termasuk usaha pulsa. Betapa tidak setiap kali memasuki gang perumahan atau rumah kos-kosan kita akan melihat counter pulsa, masing-masing counter akan menghias counternya dengan segala sesuatu yang bisa mengumpan konsumen datang, paling tidak mereka membersihkan dan merapikan counternya agar konsumen leluasa dan betah membeli pulsa di tempat tersebut.
Masalah harga, sepertinya memang sudah paten dan umum bahwa siapapun tahu standar harga tiap-tiap operator, maka tidak ada alasan lagi bagi pelaku usaha pulsa untuk menaikkan harga di atas standar. Hal ini kembali kepada mahasiswa sebagai konsumen untuk memilih operator apa yang yang sesuai dengan kategori mereka.
Menariknya, selain bisnis pulsa telepon atau SMS menjadi laris manis, pulsa internet pun menjadi buruan, kebanyakan mahasiswa akan menimbang dan memilih-milih operator mana yang menyediakan harga murah dan akses meriah. Hal ini didorong oleh kebutuhan konsumen yang notabenenya mahasiswa membutuhkan internet untuk keperluan studi mereka.
Paseban mencoba mengitari wilayah kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di Ciputat Tangerang, bertanya dari satu counter ke counter yang lain tepat di Pisangan dan sekitar, kemudian memastikan operator apa yang sering dipilih oleh Mahasiswa UIN Jakarta untuk kebutuhan telepon dan internet.
Pada umumnya pengusaha pulsa di kawasan itu mengaku bahwa semua operator seperti Indosat, Telkomsel, XL dan Esia pada umumnya sama-sama dicari para pelanggan mahasiswanya. Termasuk Dedi (34) salah seorang pelaku usaha pulsa mengatakan, "Pada umumnya mereka memilih operator tergantung dari kebutuhannya, akan tetapi yang lebih banyak dicari sih XL dan Indosat Im3 untuk nelpon dan SMS, sedangkan untuk pulsa internet mereka rata-rata memilih 3, Smartfren," terangnya.
Penjelasan tersebut senada dikatakan oleh Hani (bukan nama sebenarnya) salah satu pengguna XL mengatakan, "XL dan IM3 memang murah, sesuai lah dengan kantong anak kos tapi XL sinyalnya lebih kuat daripada Indosat jadi saya nyaman dengan XL dari dulu," ungkapnya. Berbeda dengan pernyataan Susan Mahasiswi tingkat akhir asal Sumatera ini menerangkan bahwa dirinya memakai Telkomsel sejak lama, "Telkomsel memang operator buat orang borju dan bisnisman kali ya habis mahal bener sih dibandingkan operator lainnya tapi terpaksa saya pakai karena kebutuhan untuk berkomunikasi dengan keluarga di kampung halaman, cuma sinyal Telkomsel yang bagus untuk komunikasi antar provinsi," tukasnya.
Selain pulsa telpon dan SMS, beberapa mahasiswa mengandalkan Operator 3 dan Smartfren untuk memasok internet via modem mereka, seperti yang diterangkan Farid aktivis salah satu UKM kampus mengatakan, "Pake Smartfren atau 3 irit dan aksesnya bandel apalagi kalau malam hari," katanya. Farid tetap memilih internetan via modem meskipun di area kampusnya sudah dipasok dengan wireless. "Kampus hanya buka dari pagi sampai sore saja, malamnya saya bisa nge-net juga untuk menyelesaikan tugas kuliah," akunya kenapa Farid memilih memakai perangkat modem. Tinggal di kawasan kampus akan menjadi pengalaman tersendiri, fenomena khas di atas merupakan bagian dari gaya hidup para mahasiswa, berupaya eksis tapi tetap terjangkau kantong.
Gaya hidup ini akan mempengaruhi keputusan mereka untuk memilih operator untuk berkomunikasi. Terlebih kebutuhannya terhadap internet, kebutuhan ini akan membuat mahasiswa menjadikan internet sebagai kebutuhan yang sejajar dengan koleksi buku referensi. Jadi, harga murah dan akses meriah sudah menjadi atribut mahasiswa yang akan terjaga sepanjang masa. LN