Assassin’s Creed III merupakan seri game petualangan yang mengusung tema historis dan visualisasi yang klasik. Game ini menampilkan tempat-tempat bersejarah pada zamannya. Nuansa kota Istanbul pada zaman Ottoman membuat pemain game serasa terlibat dalam sejarah. Suasana dan kondisi kota Roma di masa Renaissance juga menarik untuk dijelajahi dengan game ini. Tidak ketinggalan, Amerika Serikat juga dikenal di game ini dengan perang saudaranya. Item-item lingkungan yang detail dan arsitektur yang akurat, membuat tampilan game ini semakin nyata.
Game terbaik tentu saja lahir dari kerja keras, ide brilian, dan tangan yang terampil. Cerita dan peristiwa dalam game ini diperoleh dari penelusuran dokumen-dokumen sejarah, riset, dan kunjungan ke situs sejarah. Setelah data sejarah diperoleh, proses dilanjutkan dengan penambahan item, pelengkap, dan efek pada game Assassin's creed ini. Peran terebut dipercayakan pada Richard Wych Bharata Setiawan. Richard adalah orang asli indonesia. Ia lulus dari Universitas Trisakti untuk jurusan Desain Komunikasi Visual. Saat ini, Richard adalah Level Artist di Ubisoft, Kanada.
Richard bertugas merancang lingkungan game. Ia juga pernah terjun dalam seri-seri Assassin sebelumnya termasuk Revelations dan Brotherhood. Perancang ini juga berkontribusi dalam game ubisoft yang lain yaitu Prince of Persia.
Berawal dari Lokal hingga ke Mancanegara
Karir yang gemilang itu tidak diperoleh Richard secara instan. Tahun 2005, ia pernah menjadi desainer grafis di Forhet. Richard memutuskan untuk bergabung dengan Matahari Studios setahun berikutnya. Matahari Studios adalah perusahaan di bidang pengembangan game lokal. Di perusahaan ini, dia mendapat posisi sebagai spesial effect artist. Richard kemudian berkesempatan mendaftar di studio Ubisoft Singapura dan akhirnya menjadi salah satu dari 2 orang indonesia yang diterima. Ia pun kemudian pindah ke studio Ubisoft, Montreal, Kanada dan bermukim disana hingga sekarang.
Pekerjaan Kolosal
Kerja keras tim sangat terlihat pada seri game Assassin's Creed yang luas dan detail. Lingkungan game yang begitu nyata (real) juga membuat penggemar game kagum. Game ini dirancang dalam beberapa sub-bagian termasuk level designer dan character design.
Richard adalah bagian dari level artist yang saling berkoordinasi untuk menentukan arsitektur yang paling sesuai dengan setting game. Pekerjaan dilanjutkan dengan membuat berbagai objek dan lingkungan. Tim level artist juga bertugas menyesuaikan game dengan pembatasan-pembatasan (limitasi) yang dibuat oleh programer. Contoh penggarapan yang sulit adalah saat membuat tampilan Colosseum Roma pada abad ke-15 dengan ruang bawah tanah. Hal tersebut sulit dilakukan mengingat foto Colosseum Roma yang tersedia adalah saat tahun 2000.
Pembuatan Game menerapkan sistem milestone. Berdasarkan sistem ini, target pengerjaan game atau bagian-bagiannya harus selesai dalam kurun waktu tertentu. Tidak jarang, Richard harus lembur untuk menuntaskan tugasnya. Rancangan character artist dan desain fashion serta rancangan dari tim yang lain kemudian disatukan atau dikombinasikan berdasarkan referensi faktual.
Hasil karya desainer game indonesia ini bisa anda temui di judul-judul dan seri game Assassin’s Creed. Assassin's Creed II, Revelations, dan Brotherhood adalah seri lama game ini yang memuat hasil karya putra bangsa. Bahkan, kontribusi Richard juga tampak pada Assassin's Creed III yang merupakan seri terbaru. Assassin’s Creed 3 tersedia untuk PC, Xbox 360, dan PlayStation 3.
Gerilya
Suasana bekerja di Ubisoft sangat kekeluargaan dan saling memiliki rasa kebersamaan. Aktivitas makan siang dilaksanakan bersama-sama tanpa membedakan jabatan atau posisi. Inilah yang membuat Richard semakin menikmati pekerjaannya.
Richard berkesempatan untuk menyambangi Tanah Air saat ada jeda waktu antarpembuatan game. Pria yang rencananya akan menikah ini juga aktif mangamati lingkungan sekitar untuk mendapat inspirasi dalam pembuatan game.
Richard berpendapat bahwa Tanah Air ini memiliki banyak potensi dan orang-orang berbakat untuk pengembangan game di Indonesia. Sayangnya, Investor yang bersedia mendanai masih sangat sedikit. Misalnya untuk pembuatan game besar seperti Assassin’s Creed, investor besar sangat diperlukan. Hal itulah yang menghambat kamajuan game di Indonesia terutama game skala besar. Peristiwa dan sejarah dalam perang kemerdekaan sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk membuat game gerilya. Pembuatan game tersebut juga sekaligus memperkenalkan sejarah Bangsa Indonesia dan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air.
Hal lain yang membuat Richard memilih berkarir di luar negeri adalah adanya penghargaan dari negara pengembang. Richard juga prihatin jika ada pembuat game profesional di Indonesia yang gajinya masih sedikit.[MER]