Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Begitulah bunyi pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Pemerintah memang bertanggung jawab atas setiap warga negaranya. Tidak hanya mereka yang memiliki harta dan kekuasaan saja, tapi juga mereka kaum papa. Tapi rupanya, kebijakan pemerintah selama ini masih saja tidak cukup menyelesaikan masalah kemiskinan di Indonesia. Yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin merana. Jurang kesenjangan sosial pun makin menganga.
Pada dasarnya, masalah kemiskinan, anak-anak terlantar menjadi tanggungjawab kita bersama. Tidak hanya pemerintah, tidak hanya pemuka agama, tidak hanya lembaga-lembaga sosial. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi berdirinya Marcilea Foundation. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) ini resmi berdiri pada tanggal 25 Februari 2010 dengan Marcilea St Krenata sebagai perintisnya.
Marcilea sebenarnya bukan orang baru dalam masalah sosial. Selama 5 tahun, Marcilea bergerak sendiri membantu mereka yang membutuhkan. Membantu para kaum dhuafa dalam mendapatkan hak-haknya di bidang pelayanan kesehatan. Namun 2 tahun terakhir, banyak mantan-mantan pasien yang pernah dibantu Marcilea yang akhirnya ikut membantunya dalam menjalankan aktivitas ini. Perjalanan Marcilea akhirnya membawanya bertemu dengan seorang mahasiswa UIN Jakarta, Ririn Restu Utami. Bersama Ririn, Marcilea pun terus melangsungkan kegiatan LSM ini yang meliputi penanganan masalah kesehatan, pendidikan, dan persoalan sosial lainnya, khususnya bagi warga miskin dan terlantar.
Banyak cerita yang dibawa para jelata. Banyak kisah yang mengalir bersama Marcilea Foundation. Dengan sumber daya manusia dan bermodal niat tulus, Marcilea Foundation yang berkantor di Jl. Eboni Blok E I/3 Komplek Taman Mangu Indah, Pondok Aren, Tangerang Selatan, ini telah banyak mengembalikan senyum mereka, kaum dhuafa. Puluhan warga miskin dapat mereguk hak-hak pelayanan kesehatan mereka. Orang-orang terlantar pun diupayakan mendapatkan tempat yang layak.
Tidak hanya itu, Marcilea Foundation berusaha menjalankan fungsinya sebagai kontrol sosial dengan meningkatkan sumber daya masyarakat melalui berbagai penyuluhan dan pelatihan. Marcilea Foundation pernah menyelenggarakan pelatihan dan memberikan modal beberapa kepala keluarga di bilangan Pondok Aren dan Bintaro, Jakarta Selatan, untuk mendirikan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Berbagai program dijalankan Marcilea Foundation demi membantu mereka yang membutuhkan. Beberapa program Marcilea Foundation antara lain; Sumringah, Gerrak, dan juga Jenaka. Sumringah atau Senyum Riang Hari Raya merupakan program Marcilea Foundation saat hari Raya Idul Fitri. Anak-anak yatim diberi kesempatan berbelanja kebutuhan mereka sendiri dan berbuka puasa bersama. Program ini dijalankan tahun 2011 lalu di Bintaro Plaza, Jakarta Selatan, dan berencana menjadi program tahunan Idul Fitri.
Gerrak merupakan Gerakan Seragam dan Alat Tulis Sekolah. Program ini bertujuan membantu anak-anak kurang mampu dalam melanjutkan pendidikan-nya. Program Gerrak 2011 lalu berhasil mengumpulkan donasi dari sejumlah Rp 5.302.000,00 yang disalurkan kepada 65 anak di daerah Tangerang Selatan, Banten. Program terbaru dari Marcilea Foundation adalah Jenaka, Jambore Anak Yatim Ceria, Sabtu 14 Januari 2012 lalu. Program ini membawa 50 anak yatim berjambore di kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Semua program yang dijalankan Marcilea Foundation memiliki laporan pertanggungjawaban yang transparan dan jelas.
Marcilea Foundation didirikan tidak hanya untuk membantu mereka kaum dhuafa, tapi juga membantu semua orang. Menjadi alarm pengingat bahwa orang-orang tak mampu itu juga menjadi kewajiban kita sebagai manusia. Membantu mewadahi kita yang ingin mengulurkan bantuan. Membantu memberikan kita ruang untuk sama-sama berbagi kebahagiaan dan kesulitan. Kita bisa ikut berpartisipasi bersama Marcilea Foundation dalam bentuk apa pun. Donasi, tenaga, pikiran, semangat, dan do'a dapat kita sumbangkan bersama di Communty Page Marcilea Foundation http://www.plimbi.com/ririnurman di Plimbi. Salam Kepedulian. [ZH]