Tujuan Uji Peledakan Bom Nuklir Di Korea Utara

15 Mar 2013 20:20 5726 Hits 0 Comments Approved by Plimbi
Untuk segala bencana diplomasi yang diciptakan dari aktivitas nuklir sangat susah diprediksi apa yang membuat Korea Utara melakukan tes bom nuklir. Untuk sebuah negara yang memiliki energi nuklir, apa manfaat dari satu ledakan ini?

Beberapa hari yang lalu, kita telah menyaksikan berita adanya tes nuklir terbaru yang dilakukan Korea Utara setelah tes nuklir terakhir yang terjadi pada tahun 2009. Lebih dari enam kilo ton energi diluapkan dari instalasi nuklir bawah tanah, 32 kilometer dari kota Hoemun. Kekuatan ledakan tersebut mengingatkan kita bahwa negara tersebut adalah negara nuklir dan masih berbahaya. Namun untuk segala bencana diplomasi yang diciptakan dari aktivitas nuklir ini, sangat susah diprediksi apa yang membuat Korea Utara melakukan tes bom nuklir. Untuk sebuah negara yang memiliki energi nuklir, apa manfaat dari satu ledakan ini? Pertama-tama, kerugiannya adalah ledakan bom nuklir ini berbahaya. Tidak seperti proses nuklir, ledakan nuklir sangat susah untuk dijaga kerahasiannya.

Negara yang sedang melakukan pengembangan energi nuklir sering menyembunyikan program nuklirnya, sering juga bahan-bahannya yang tersedia berasal dari espionase dan pasar gelap. Tes bom ini membuat segala kerahasiaan tersebut terbongkar. Dalam kasus Korea Utara, kita sudah mengetahui gambaran kasar besar ledakan dan para ilmuwan sedang mencari partikel yang tersebar di udara yang bisa dideteksi apakah itu bom uranium atau plutonium. Detail ini sangat memiliki beban yang berat dari segi politik dan diplomatik, dan Kim Jong Un akan memilih untuk menjaga informasi yang belum bocor, namum selepas tes bom tersebut, aktivitas menutup-nutupi lagi bukan pilihan yang bijak. Ada beberapa hal penjelasan dari fenomena ini.

Setiap produk industri harus diuji dulu sebelum anda yakin bahwa produk itu bekerja, namun banyak metode yang tidak membutuhkan ledakan skala aslinya. Negara-negara nuklir dapat menguji komponen individu di dalam lab, atau versi skala kecilnya dengan bagian-bagian komponen utama bom untuk memberikan daya ledak yang cukup memberikan efek kerusakan yang tidak besar. Tes bom nuklir skala kecil ini dapat memverifikasi reaksi nuklir tanpa adanya efek yang terjadi di skala sebenarnya seperti gelombang kejut. Namun hal tersebut belum dapat menghentikan siapapun dari meledakkan bom jenis nuklir ini. Lebih dari 2000 tes peledakan bom dilakukan antara awal-awalnya era nuklir yaitu proyek Manhattan di Amerika tahun 1944 hingga Perundingan Pelarangan Test Nuklir tahun 1992. Sebenarnya Amerika bertanggung jawab dari setangah 2000 tes peledakan yang terjadi.

Pada awalnya, terdapat hipotesis yang valid mengenai tes peledakan bom jenis nuklir: Apa yang terjadi pada sebuah rumah yang berjarak 3 kilometer dari pusat ledakan? Bagaimana jika bom tersebut diledakan di atas atmosfer? Bagaimana jika diledakkan di bawah air? Peneliti telah meneliti semua ini namun tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan, termasuk merusak armada kapal selam dengan efek ledakan bawah air. Satu-satunya cara adalah mencoba dengan skala sebenarnya. Namun hingga tahun 80an, jawaban yang paling dicari telah dijadwab dan Amerika masih melakukan tes peledakan bom hampir setiap bulan di Nevada, Missisipi, dan Kepulauan Marshall. Efek ledakan dibatasi untuk pulau-pulau terpencil, padang pasir, dan yang paling sering area tambang yang ditinggalkan, jadi radiasi nuklir dapat dicegah untuk kontak dengan rakyat sipil. Bahkan, pengamat tes ini bukan hanya ilmuwan Amerika namun juga Kremlin.

Yang ingin dibuktikan oleh Amerika adalah apakah bom-bom tersebut masih bekerja dan Pentagon dapat menggunakan bom tersebut kapan pun mereka bisa. Perundingan Pelarangan Tes Nuklir hanya berumur hingga Perang Dingin selesai, dan negara-negara adikuasa tidak ada sesuatu lagi yang ingin dibuktikan setelah itu. Tujuan tes nuklir Selasa, 12 Februari lalu adalah sama, lebih ke faktor politik daripada teknologi. Bahkan jika Korea Utara mempunyai pertanyaan sekitar efek dari bom jenis nuklir, masih terdapat cara yang lebih tersembunyi daripada mendapatkan informasi dengan cara mengetes bom dengan skala sebenarnya. Hal ini lebih kepada mengirim pesan dan menyegarkan kekuatan nuklir. The Economist mengatakan bahwa masih tidak dapat ditebak seberapa besar kekuatan nuklir Korea Utara, dan apakah mereka dapat meluncurkan misil-misil nuklir hingga menyentuh tanah Amerika bahkan Jepang, secara politik hal ini tidak menjadi masalah. Selama Korea Utara masih menggetarkan sensor seismograf, aktivitas mereka akan diawasi seluruh dunia.

Tags

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel