Mengenal Lebih Dekat Sosok Hasnul Suhaimi, Sang Pemimpin XL

31 Mar 2011 11:43 7259 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Ramah, rendah hati, dan terbuka. Itulah sosok Hasnul Suhaimi, sang pemimpin XL. Keterlibatannya di dunia telekomunikasi Indonesia pun menjadi pilihan hidup Hasnul. Walau mengaku tidak ada sesuatu yang dikejar dalam hidupnya, tapi Hasnul ingin melihat XL maju. Bagi Hasnul, tantangan yang dihadapinya adalah kompetisi dan bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Ramah, rendah hati, dan terbuka. Itulah sosok Hasnul Suhaimi, sang pemimpin XL. Keterlibatannya di dunia telekomunikasi Indonesia pun menjadi pilihan hidup Hasnul. Walau mengaku tidak ada sesuatu yang dikejar dalam hidupnya, tapi Hasnul ingin melihat XL maju. Bagi Hasnul, tantangan yang dihadapinya adalah kompetisi dan bagaimana memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

September 2006 menjadi hari yang istimewa bagi Hasnul Suhaimi. Secara resmi, dirinya diangkat menjadi Presiden Direktur PT Excelcomindo Pratama Tbk. atau XL yang baru. "Saya berkomitmen untuk memimpin XL menuju visinya menjadi penyedia jasa teknologi informasi dan komunikasi terpilih di seluruh Indonesia, baik bagi pelanggan individu maupun kalangan bisnis," ungkap Hasnul - panggilan akrab Hasnul Suhaimi - kala itu.

Kini, setelah sepuluh bulan memimpin XL, Hasnul tetap memegang komitmen tersebut. Karena baginya jabatan merupakan amanah yang harus dilaksanakan dengan sepenuh hati dan penuh tanggung jawab.
Mendarat di Dunia Telekomunikasi

Pria kelahiran Bukittinggi, 23 April 1957 ini bukan pemain baru di dunia telekomunikasi Indonesia. Namun karir Hasnul sendiri diawali dari sebuah perusahaan perminyakan dan gas sebagai instrument engineer. Tapi itu tidak berlangsung lama.

Lalu mengapa akhirnya Hasnul terjun ke dunia telekomunikasi? "Saya bukan terjun, tapi memang mendaratnya di situ, hahaha," jawab Hasnul. Kepada TEKNOPRENEUR, bapak dua orang putra ini pun mengenang kembali masa ketika dirinya memutuskan untuk menggeluti dunia telekomunikasi.

Saat itu (tahun 1981-1982.red) Hasnul bekerja di perusahaan Schlumberger. Dunia telekomunikasi Indonesia sendiri belum berkembang seperti sekarang. Operator komunikasi yang muncul pun masih sedikit. Namun Hasnul justru melihat peluang besar di dunia telekomunikasi Indonesia.

Tahun 1983 akhirnya Hasnul memutuskan pindah ke PT Indosat. Ia mengawali karirnya sebagai staf perencanaan. Setelah itu, perjalanan karir lulusan MBA dari Universitas Hawaii, Manoa, Amerika Serikat ini semakin meningkat. Jabatan puncak yang diraihnya yaitu menjadi Direktur Utama PT Indosat pada tahun 2005 hingga 2006.

"Bagi saya, setiap pekerjaan ada tantangannya. Kalau saya melihat, semakin banyak pemain di telekomunikasi, semakin menantang dan menarik," ujar Hasnul.
Setelah sekian lama tergabung di PT Indosat, Hasnul membuat kejutan dengan kepindahannya ke XL. Sekarang, Hasnul berada di perahu lain namun masih dalam samudera yang sama. Ia mengakui kalau dirinya menikmati berkecimpung di dunia telekomunikasi, dengan segala suka duka dan tantangan yang dihadapinya. Ia pun melihat tantangan yang berbeda di XL.

"Bagi saya, setiap pekerjaan ada tantangannya. Kalau saya melihat, semakin banyak pemain di telekomunikasi, semakin menantang dan menarik," ujar Hasnul. "Seperti golf saja. Untuk memasukkan ke hole, bagaimana agar bola tidak masuk ke pasir atau air. Seperti itu tantangannya. Semakin lama, dunia ini semakin menarik," lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Direktur Pengembangan Program Indonesia Marketing Association tersebut.

Peluang dan Tantangan

Semakin banyaknya operator di Indonesia dipandang Hasnul sebagai peluang sekaligus tantangan. Peluangnya, bertambahnya jumlah operator menunjukkan bertambah pula pasar pengguna alat komunikasi di Indonesia. Pertumbuhan pasar pun menyimpan banyak peluang baik bagi operator ataupun pengusaha content provider.

Tantangannya adalah bagaimana kemudian XL dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya di tengah-tengah kompetisi dunia telekomunikasi Indonesia. Untuk menghadapi tantangan tersebut, Hasnul mencoba memberikan gambaran menarik mengenai langkah apa yang bisa dilakukan XL selanjutnya.

"Kalau saya lihat, ke depannya bisnis ini semakin kompetitif. Semakin banyak pemain, semakin sempit lahan bermainnya. Sekarang sudah 30% masyarakat kita yang menggunakan handphone. Mungkin ada peluang ke depan, tapi pasti akan mengalami masa jenuh. Saya pribadi, begitu suatu perusahaan mencapai titik itu (jenuh), itu yang paling berbahaya. Kita harus mencari lagi sumber kedua," jelas Hasnul.

Misi Hasnul memang tidak hanya membawa XL sukses di pasar komunikasi Indonesia saat ini, tapi bagaimana mempersiapkan XL menghadapi tantangan ke depan nanti. Ia menekankan agar perusahaan XL bisa berkembang dan tumbuh lebih cepat dari pasar. Dan fundamental yang kuat dari perusahaan pun sedang dipersiapkan, terutama untuk mendapatkan sumber pendapatan baru bagi XL.
"Konsep perusahaan itu kan going concern, harus ada continuity-nya. Jadi bagaimana agar bisa mendapatkan sumber kedua," terangnya lebih lanjut.

Petinggi XL yang ramah dan terbuka ini pun mejelaskan sumber pendapatan kedua tersebut. Ia melihat peluang XL salah satunya di internet. Sejak internet masuk ke Indonesia sekitar tahun 1994, pertumbuhannya (hingga memasuki tahun ke-13.red) memang pesat. Namun Hasnul menilai pertumbuhan itu tidak secepat pertumbuhan internet di negara lain, bahkan Indonesia mengalami keterlambatan booming internet.

Besarnya peluang di internet ini tidak terlepas dari penggunaan telepon seluler (ponsel) sendiri, khususnya yang menggunakan teknologi 3G. Saat ini masyarakat memang lebih banyak yang menggunakan ponsel dibandingkan mengakses internet. Namun Hasnul melihat, sebelum orang bisa menikmati internet di ponsel, internet harus banyak diakses oleh mayarakat terlebih dahulu.

Walaupun pada kenyataannya internet tidak hanya ada di perkantoran tapi mulai banyak diakses di perumahan juga, namun belum mengalami pertumbuhan yang signifikan. Hasnul mengungkapkan data bahwa pengguna internet baru sekitar 12 juta orang, sedangkan pengguna ponsel mencapai 70 juta orang. Data ini menunjukkan kalau penggunaan internet belum mapan. Ini terbukti dari masih minimnya akses internet melalui ponsel.

"Misalnya sekarang kita sudah punya 3G, GPRS, dan internet. Tapi ternyata internet digunakan biasa saja. Tidak terlalu banyak penggunaan internet misalnya untuk menonton di hape atau untuk aktivitas interaktif," terang penyuka olahraga golf ini.
Hasnul sendiri tidak sepakat jika ponsel dikatakan menggeser posisi internet saat ini. Karena munurutnya, jika internet sudah mapan, maka ponsel pun akan mengikutinya. Ia mempertegas pentingnya pembangunan dunia maya (internet) bagi setiap orang, baru kemudian dunia maya di ponsel.

"Nah, ini prediksi saya, mungkin saja salah. Perkiraan saya, sebelum orang menghadirkan internet di ponsel, harus mengerti dulu internet itu apa, baru masuk ke ponsel, bukan sebaliknya," kata Hasnul.

Mengharapkan Akses Komunikasi yang Lebih Baik

Hal menarik lainnya yang kemudian Hasnul utarakan adalah mengenai 3G. Pengguna 3G XL hingga saat ini mencapai 170 ribu orang. Namun hanya setengahnya saja yang aktif setiap harinya. Untuk pengguna dot.com (internet) di ponsel 3G XL sendiri, Hasnul mengungkapkan hanya ada sekitar 50 ribu. Walau jumlahnya masih minim, namun pengguna 3G XL mengalami peningkatan. Peningkatan ini berimbas pada meningkatnya pendapatan XL dari sisi content. "Memang mengalami peningkatan, tapi tidak segampang itu. Butuh waktu," tutur Hasnul.

Lebih lanjut Hasnul menunjukkan ketertarikan dalam dunia 3G di Indonesia. Ia melihat kalau 3G masih sulit di akses hingga ke rumah-rumah. Mobilitas lah yang menjadi kendalanya. Maka ia berharap akses internet dapat menjangkau ke perumahan. Karena dengan adanya akses, 3G pun mudah untuk digunakan.
Upaya XL sendiri untuk mengembangkan fix internet access yang akan berkembang menjadi mobile adalah dengan membangun jaringan (backbone) di seluruh Indonesia.

"XL sekarang termasuk yang paling siap. Untuk backbone kita siap. Kita sudah punya kabel optik di dasar laut yang menghubungkan Jawa dengan Bali. Itu backbone yang bisa digunakan untuk menyambungkan pelanggan kalau sudah ada akes internet ke rumah-rumah," papar Hasnul lebih jauh.

Tidak hanya itu, XL juga siap menambah jumlah BTS untuk 3G. Diperkirakan akan ada penambahan sekitar 500 menara di daerah-daerah seluruh Indonesia. Hasnul mengungkapkan rencana ini sebagai bentuk pelayanan bagi pelanggan XL.
Lalu kapan Indonesia siap memiliki akses yang lebih luas lagi?  "Tidak lama lagi," jawab anggota Persatuan Insinyur Indonesia tersebut.

Hasnul mengukurnya berdasarkan niat pemerintah. Selain itu, ia juga melihat kalau sekarang para operator sendang membangun fiber optik, mengatur masalah harga, hingga memperkuat backbone. "Jangan sampai akses dari rumah ke rumah sudah ada tapi dari rumah ke mana gitu tidak cukup," sarannya.

Maka ketika Indonesia sudah memiliki akses internet yang baik, dengan bandwith yang besar, Hasnul berharap masyarakat bisa menggunakan akses ini sepuasnya. Menurut pemilik prinsip "hidup mengalir seperti air" itu, kalau orang sudah puas menggunakan, akses tidak akan disalahgunakan. Ibarat makan, orang akan makan seperlunya. Hasnul pun berpesan, selain niat yang baik, pemerintah juga harus mempersiapkan pembangunan akses tersebut.

Sisi lain 3G yang menarik perhatian mantan Komisaris Utama PT Satelindo itu adalah industri content-nya. Menurut Hasnul, 3G tidak hanya sekadar teknologi atau akses. Jika 3G tidak ada isinya (content.red), maka tidak akan menarik bagi pengguna. Di sinilah pentingnya industri content provider di Indonesia. Hasnul melihat bahwa belum banyak yang mengembangkan content.

"Itulah yang kita undang, mari kita sama-sama kreatif. Lapangan bermain sudah ada, siapa saja yang yang bermain dan bagaimana agar membuat permainan-permainan yang menarik," jelasnya.

Mengenai aturan bermain, bagi Hasnul aturan untuk content tidak terlalu banyak. Ia pun tidak segan-segan mengajak kerjasama perusahaan content provider yang bisa membuat isi ponsel yang menarik. "Kita bisa bagi hasil," tawar Hasnul.
Kepedulian XL terhadap kemajuan komunikasi di Indonesia pun ditunjukkan dengan kesiapan XL membantu pemerintah untuk mengembangkan telepon pedesaan.
Terkait dengan program Universal Service Obligation (USO), pemerintah memang berencana membangun jaringan komunikasi ke seluruh desa di Indonesia. Dari segi jaringanlah XL menyatakan kesiapannya.

Biodata
Nama : Hasnul Suhaimi
TTL : Bukit Tinggi, 23 April 1957
Pendidikan :
Universitas of Hawaii di Manoa, USA (MBA) - 1992
Teknik Elektro ITB, Bandung (S1) - Lulusan 1981
Aktivitas :
Business Adviser Telekom Malaysia International (2006)
Anggota Persatuan Insinyur Indonesia

[Esty - teknopreneur.com]

About The Author

Plimbi Editor 999
Administrator

Plimbi Editor

Plimbi Chief Editor
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel