Rumput merupakan komunitas kreatif yang didirikan pada 28 Agustus 2008 dengan tujuan untuk menampung kreativitas, menyalurkan minat dan bakat orang-orang di bidang Cinematography dan Kepenulisan. Sedikitnya sudah ada enam karya film pendek yang dibuat oleh Komunitas Rumput ini, masing-masing film berjudul Aku Kehilangan Jiwa, Korek Kuping VS Korek Api, Pahlawan Tanpa Tanda Kutip, The Simplicity of Love dan Cinta Dalam Ember. Adapun dari bidang Kepenulisan, mereka membuat buletin online yang beralamat di sebuah blog di sini.
Buletin Ilalang merupakan media sebagai tempat untuk mengakomodir apresiasi menulis anggota Komunitas Rumput. Kegiatan rutin yang dilakukan Komunitas Rumput setiap minggunya yaitu mengadakan nonton bareng sekaligus membahas film yang telah ditonton, diskusi, bedah buku atau bahas karya.
Diwawancara Plimbi belum lama ini, Nurhadi Miharja selaku mantan Ketua Komunitas Rumput yang juga salah satu pendirinya bercerita mengenai awal mula berdiri komunitas Rumput. Berawal dari tujuh orang mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang senang nongkrong-nongkrong sambil ngopi bareng di kantin Kampus yang kemudian berlanjut pada obrolan-obrolan berupa diskusi lepas. Dalam acara nongkrongnya, Irvan Nugraha berinisiatif untuk membuat sebuah perkumpulan dengan tujuan untuk menampung kreativitas dan menyalurkan minat dan bakat masing-masing yang disambut baik oleh yang lainnya,"termasuk bakat nongkrong, ngopi, dan ngeceng,"canda Nurhadi Miharja.
Mulanya tujuan didirikan Rumput hanya untuk melahirkan komunitas baru, namun karena desakan dari beberapa anggota akhirnya Rumput menjadikan dirinya sebagai komunitas kreatif.
Mengenai penamaan komunitas ini, Rumput dipilih karena filosofi dari Rumput itu adalah tanaman kecil yang selalu diabaikan dan diinjak-injak, bahkan dianggap hama. Namun Rumput selalu tumbuh di mana pun, dalam kondisi apa pun, selalu melawan dan terus berjuang untuk hidup meramaikan dunia. "Idealnya, meski rumput ada di bawah, namun rumput itu kuat dan selalu ada di mana saja. Kalau rumput di UIN sudah habis dibabat, nanti akan muncul lagi rumput di rumah tetangga," ungkap Nurhadi lagi-lagi dengan nada bercanda. Meski Rumput identik dengan warna hijau, namun di dalamnya hadir orang-orang yang tumbuh dengan kreativitas, memiliki potensi dan karakter yang berbeda tapi tetap saling mendukung. Dengan demikian, rumput tidak harus hijau maksudnya setiap orang tidak harus sama, maka lahirlah Komunitas Rumput - Tak Harus Hijau. Sejak saat itu, komunitas Rumput memfokuskan diri pada tiga bidang yang terdiri dari penulisan, filmmaker dan kajian ilmiah dengan Nurhadi Miharja dipilih sebagai ketua komunitas periode pertama.
Sesuai dengan namanya Rumput - Tak Harus Hijau, maka Rumput memiliki harapan menumbuhkan anak muda yang dinamis dan berkembang dengan potensi dasarnya masing-masing. Melihat dalam dua tahun mayoritas anggota Rumput lebih menyukai Film dan Menulis, maka komunitas ini memfokuskan diri menjadi dua bidang, yaitu pada Divisi Film dan Divisi Penulisan.
Setiap satu tahun sekali, Komunitas Rumput melakukan pemilihan ketua baru dan mengadakan Perekrutan Anggota Baru (PAB). "Untuk anggotanya sendiri, saat ini berjumlah 35 orang, tapi ada beberapa orang yang nggak aktif," ujar Rani Dwi Utami yang kini menjabat sebagai Ketua Komunitas Rumput periode ke tiga. Selain membuat Film dan menghasilkan karya tulis, tidak jarang anggota Komunitas Rumput mengadakan acara kemping, naik gunung dan touring.
Saat mendengar ada ruang bagi komunitas dilengkapi dengan fitur-fitur menarik yang disediakan Plimbi, seperti Free SMS, Rani cukup antusias dan tertarik mendengarnya. Ia berharap Plimbi akan memberikan kemudahan berkomunikasi antar komunitas, khususnya komunitas-komunitas yang ada di Bandung. Jika Anda tertarik bergabung dnegan komunitas ini, Anda bisa menemukannya komunitas Rumput ini di Plimbi Community. [RF]