Sosok Dhany Irfan, memang belum populer di mata masyarakat Indonesia, ya karna Dhany bukan seorang politikus, artis bahkan pejabat negara. Dhany Irfan adalah seorang app developer yang melebarkan sayapnya di dunia aplikasi ponsel. Pria kelahiran Bandung ini selain sebagai seorang app developer di App Store, juga bekerja sebagai seorang guru biologi di Sekolah RI di Tokyo, Jepang.
Semua aplikasi yang dibuatnya, bernuansa budaya khas Indonesia, salah satunya yang pernah Paseban review, yaitu Aplikasi Kendang, iAngklung dan masih banyak aplikasi-aplikasi budaya lainnya yang telah dibuat Dhany Irfan ataupun yang masih dalam proses pembuatan.
Sejak duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar, Dhany Irfan telah mengenal alat musik Kendang dan Gamelan khususnya Gamelan Sunda. Awalnya, ia hanya melihat Ayah dan kawan-kawannya berlatih di ruangan kelas, hingga akhirnya ditunjuk sebagai pemain Kendang di grup seni tersebut. Sejak saat itu, Dhany selalu memiliki keinginan untuk memiliki Kendang sendiri, tetapi baru terwujud pada tahun 2005. " Tahun 1989 - 2005 adalah waktu yang sangat lama bagi saya untuk menunggu", akunya kepada Plimbi.
Hobi yang masih ditekuninya dari kecil hingga sekarang adalah menggambar dan aktif di dunia seni. Pria yang juga lulusan sarjana Pendidikan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia ini mengaku bahwa hobi yang ditekuninya sekarang sangat berbeda jauh dengan background pendidikannya. Darah seni sudah sudah menempel sejak ia masih kecil, Ayahnya adalah guru SD sekaligus pemain kecapi, sementara Ibunya aktif dalam kegiatan pencak silat.
Tahun 1998, tepatnya setahun setelah masuk kuliah, Dhany Irfan mulai bergabung dengan grup kesenian Angklung dan tari KABUMI (Keluarga Besar Bumisiliwangi). Tak urung, event-event kenegaraan baik dalam maupun luar negeri pernah diikutinya. Di antaranya mengisi acara rutin jamuan kenegaraan di Istana Negara, Jakarta, serta menjadi duta budaya ke Afrika Selatan pada tahun 2000 silam. Gayung pun bersambut, tahun 2004 dirinya memperoleh kesempatan untuk bekerja di Jepang sebagai salah satu guru bidang studi Biologi (SMP dan SMA), sekaligus merangkap sebagai guru bidang studi Kesenian (SD, SMP dan SMA) di Sekolah RI di Tokyo, Jepang.
Kiprahnya di dunia seni memang tidak berhenti sampai di situ, sebuah mimpi dan kenyataan mengantarkan dirinya kepada dunia teknologi. Bermula dari seorang konsumen produk Apple, Dhany mulai berambisi untuk membuat aplikasi budaya melalui media. Alasannya sederhana, "pertama sebagai bentuk keprihatinan terhadap alat-alat seni tradisi Indonesia yang sungguh sangat berharga di mata dunia. Kedua, susahnya mendapatkan media pembelajaran di sekolah, karena untuk praktek kesenian membutuhkan alat-alat berat /perangkat seni sehingga ke depan mungkin aplikasi bisa menjadi solusi. Ketiga, sebagai media promosi interaktif mengenai budaya Indonesia yang tersebar dan bisa diperoleh dengan mudah di belahan negara manapun", ungkap Dhany kepada team Paseban.
Selama ini kita tahu bahwa aplikasi-aplikasi yang terdapat di media adalah buatan orang luar, dengan tekunnya mereka mengaplikasikan alat-alat musik modern pada sebuah ponsel sehingga bisa dimainkan dengan mudah. "Dari merekalah saya memiliki ambisi, kenapa alat-alat musik tradisonal Indonesia tidak dijadikan sebuah aplikasi yang sama?" Sejak ambisinya bertengger, dengan hanya bermodalkan tutorial-tutorial dari internet, jadilah sebuah aplikasi perdananya yaitu Kendang application pada tahun 2009.
Pembuatan aplikasi ini pada awalnya ia lakukan sendiri di sela jam mengajar yang memang sangat padat untuk ukuran di luar negeri. Pada tahun 2010 ia mulai dibantu seorang temannya Yulius Wibowo (developer Biminasoft) untuk mengembangkan aplikasi alat musik tradisional Indonesia lainnya. Ia juga mengaku bahwa untuk pembuatan aplikasi yang membutuhkan banyak orang, seperti iAngklung dan iSaron ia dibantu rekan khususnya untuk perekaman suara.
Visi dan Misi
Pembuatan aplikasi budaya ini bukan tanpa alasan, ia berharap dengan dibuatnya beberapa aplikasi budaya Indonesia akan menjadi sebuah alat/media/sumber informasi, baik untuk sarana pendidikan maupun untuk sarana promosi budaya Indonesia.
Misi jangka panjangnya :
-
Mengembangkan aplikasi-aplikasi yang sudah jadi menjadi lebih sempurna, dengan pengolahan, penyempurnaan, dan sentuhan-sentuhan baru seiring dengan perangkat yang digunakan masyarakat di dunia,
-
Mengajak programmer-programmer Indonesia yang lebih berkompeten di bidangnya untuk sama-sama mengembangkan aplikasi budaya,
-
Mengajak kepada semua pihak untuk sama-sama mendukung kegiatan dan ide-ide kreatif anak-anak negeri.
Tantangan dan Harapan
Bagi Dhany, tantangan terbesar dalam membuat aplikasi alat-alat musik tradisional Indonesia adalah bagaimana agar suara yang dihasilkan pada aplikasinya sesuai dengan perangkat aslinya. Jadi suara /sound bank untuk aplikasi yang dibuatnya adalah asli hasil record dari alat-alat yang sebenarnya, bukan manipulasi frekuensi. Seperti aplikasi gamelan, setiap wilahan dan cemplon gamelan harus di-record satu persatu. "Iya kalau alat-alatnya ada semua, di Jepang hanya beberapa saja yang masih bagus suaranya, sekian persennya sudah fals dan pecah-pecah", keluhnya.
Saat ini, Dhany baru menyediakan aplikasi-aplikasi budaya Indonesia di App Store, ke depannya ia juga sedang mempersiapkan dan mempelajari pengembangan aplikasinya untuk di simpan di Android Market. Harapan Dhany mengenai aplikasi-aplikasinya terhadap budaya Indonesia sederhana saja, "Kelak, setiap orang bisa dengan mudah mencari, mencoba, mendapatkan informasi mengenai budaya-budaya Indonesia khususnya alat-alat musik yang akan menjadi kebanggaan kita semua melalui sebuah gadget dengan kualitas suara asli yang mewakili masing-masing alat musik tersebut." Ia juga menambahkan, "semoga ada pihak yang mau membimbing dan sama-sama memiliki kemauan untuk mengembangkan visi dan misi pembuatan aplikasi ini. Untuk generasi Indonesia sekarang dan dimasa yang akan datang, serta untuk dunia nantinya."Â MG