Seperti diketahui bahwa dimana ada peternakan maka bisa dipastikan disitu ada limbah berupa kotoran (feses/urin) dari ternak itu sendiri. Dalam batas-batas konsentrasi tertentu, limbah ternak tergolong berbahaya, tidak saja pada ternak, tetapi juga bagi kesehatan manusia dan lingkungan karena menghasilkan hidrogen sulfida, gas metan, amonia yang merupakan gas berbau tajam. National Institute of Occupational Safety and Health (NIOSH) dari Amerika Serikat telah menetapkan level maksimum amonia (NH3) dalam kandang ungags yaitu 25 ppm. Pada kosentrasi yang tinggi, amonia dapat menyebabkan iritasi mata, gangguan saluran pernapasan, dan kerusakan pada paru-paru. Manusia hanya dapat mencium amonia pada kosentrasi 20-30 ppm. Untuk mengatasi masalah limbah kotoran, peternak perlu mengetahui bagaimana cara mengelola limbah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Limbah kotoran ternak akan bernilai ekonomi tinggi jika diolah dengan cara tepat. Salah satu cara untuk mengelola limbah adalah dengan membuatnya menjadi pupuk kandang namun cara seperti ini masih menimbulkan gas atau bau yang menyengat sehingga berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan.
Salah satu alternatif pengolahan limbah kotoran ternak adalah biogas. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses anaerob (kedap udara) yang terbuat dari bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran manusia dan limbah rumah tangga. Teknologi biogas telah banyak diaplikasikan sejak puluhan tahun yang lalu oleh para petani di Inggris, Rusia dan Amerika Serikat. Kotoran ternak ayam bisa diamnfaatkan menjadi biogas. Biogas merupakan hasil penguraian kotoran hewan oleh mikroorganisme dimana unsur-unsur gas yang terbentuk dari penguraian tersebut adalah karbondioksida (30-40%), hidrogen (1-5%), metana (50-70%), uap air (0,3%), nitrogen (1-2%), dan hidrogen sulfat (endapan). Gas metana sebagai unsur terbesar dapat dimanfaatkan untuk memasak dan pemanas (brooding).
Alat yang [enting wajib ada dari instalasi biogas adalah digester yang berfungsi untuk menampung gas metan hasil proses bahan-bahan organik oleh bakteri. Jenis disgester yang terbanyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya dilakukan secara berkelanjutan setiap hari. Luas / ukuran digester tergantung pada banyaknya kotoran ternak yang dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Dalam membuat digester, diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu koral, bata merah, besi konstruksi, cat, dan pipa prolon. Satu unit biodigester bervolume 13 M3 mampu mengolah kotoran yang berasal dari 1000 ekor ayam. Sebuah siklus biodigister biasanya memebutuhkan kurang lebih 100 KG kotoran ayam basah. Biodigister tersebut akan menghasilkan gas metana yang bisa menggantikan pemakaian 3-4 tabung gas rumah tangga berukuran 12 KG. Sedangkan pada ternak sapi rata-rata satu ekor sapi menghasilkan 20 KG kotoran setiap hari dan bisa menghasilkan 0,36 M3 biogas.
Proses pembuatan biogas adalah : yang pertama mencampur kotoran sapi dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 di bak penampungan sementara. Bentuk lumpur ini akan memudahkan anda ketika dimasukkan ke dalam digester. Kedua adalah memasukkan lumpur ke dalam digester melalui lubang masuk. Pada pengisian pertama, kran gas yang ada di atas digester dibuka supaya proses masuknya lebih mudah dan udara yang ada di dalam digester keluar. Pengisian lumpur pertama ini dibutuhkan kotoran sapi dalam jumlah banyak supaya digester penuh. Yang ketiga tambahkan starter (bakteri) sebanyak 1 liter da nisi rumen segar dari rumah potong hewan sebanyak 5 karung guna kapasitas digester 3,5-5,0 M2. Setelah digester dalam keadaan penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi. Selanjutnya adalah membuang gas yang pertam kali dihasilkan (termasuk gas CO2) pada hari ke-1 sampai ke-8, sedangkan hari ke-10 sampai ke-14 barulah terbentuk gas metan (CH4) dan CO2 mulai menurn. Pada komposisi CH4, 54% dan CO2 27% biogas akan menyala. Yang terakhir adalah pada hari ke-14 sudah bisa menghasilkan energi biogas yang selalu terbarukan dan untuk menyalakan api pada kompor gas atau kebutuhan lainnya. Perlu diketahui bahwa biogas ini tidak berbau kotoran sapi. Berikutnya, digester dapat diisi lumpur kotoran sapi secara berkelanjutan untuk menghasilkan biogas yang optimal.
Semoga bermanfaat.