Kopi Gunung Wilis Paling Kesohor Di Nusantara Hingga Eropa dengan Cita Rasa Tajam

2 Sep 2024 15:50 275 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Kopi Gunung Wilis Paling Kesohor Di Nusantara Hingga Eropa Dengan Cita Rasa Tajam

Ada banyak potensi yang tersimpan di Pegunungan Wilis. Salah satunya adalah kopi yang tumbuh subur di lereng gunung yang dulunya bernama Pawinihan tersebut. Kopi yang dihasilkan di lereng Gunung Wilis, dikenal cukup kesohor karena memiliki kelebihan pada citra rasanya yang kuat dan tajam. Beberapa tahun terakhir, kopi jenis robusta maupun arabika khas lereng Wilis mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal tersebut terlihat dari munculnya beberapa produk baru yang diorbitkan oleh masyarakat secara mandiri ataupun berkelompok dalam sebuah organisasi.

Sesuai dengan cakupan wilayah kopi di lereng Gunung Wilis tersebar di enam kabupaten yaitu Kediri, Nganjuk, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung dan Madiun. Uniknya kenikmatan kopi yang ada di setiap daerah selalu memiliki ciri khas dan karakter rasa tersendiri. Ini terjadi kemungkinan karena masing-masing daerah memiliki karakter kultur tanah, kecukupan sinar matahari atau metode tanaman yang tidak sama. Sebab jika dikur dari suhu udara hampir semua daerah di enam wilayah lereng Gunung Wilis mempunyai suhu yang hampir sama. Sementara dari enam daerah tersebut kopi yang paling menonjol dalam orbitnya adalah dari dua daerah yakni wilayah Kediri dan Madiun.  

Melansir dari berbagai sumber kopi di Gunung Wilis, konon diawali pada sekitar abad ke-19 hingga awal abad ke-20 yang dibawa oleh kolonial Belanda dari negara Afrika dan merupakan salah satu kopi tertua di Tanah Air. Selanjutnya kopi dibudidayakan dalam perkebunan Satak di Desa Satak Kecamatan Pancu, Kabupaten Kediri yang sekarang menjadi wilayah PTPN XII Mangrangkan Sepawon. Sementara untuk wilayah lereng bagian barat Gunung Wilis ditanam di daerah Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun yang kini dikenal sebagai daerah Perkebunan Kopi Kandangan. Awalnya varietas yang ditanam adalah jenis arabika dan robusta kemudian dikembangkan ke beberapa wilayah yang ada di sekitar Gunung Wilis.  

Diketahui di wilayah lereng Wilis Kediri Kecamatan Mojo, varietas arabika dan robusta ditanam pada ketinggian sekitar 500 hingga 1300 mdpl (meter dari permukaan laut). Data terkini mencatat luas arabika sekitar 15,5 ha dan luas robusta sekitar 287 ha. Robusta di Kecamatan Mojo tumbuh lebih mendominasi dan arabika mulai meningkat dimana selain tumbuh di lahan milik petani, kedua jenis ini juga tumbuh di kawasan hutan segitiga Besuki, Irenggolo dan Dolo. Sedangkan di Kecamatan Kangangan lereng Gunung Anjasmoro tumbuh jenis arabika, robusta dan excelsa pada ketinggian 600 hingga 1100 mdpl dengan luas arabika sekitar 3 ha, robusta 51 ha dan excelsa sekitar 94,8 ha. Di Kecamatan Kandang perkebunan kopi menjadi mata pencaharian utama sebagian besar penduduknya dimana jenis kopi yang dikembangkan pada umumnya adalah robusta dan menyimpan potensi arabika. Sedangkan di Kecamatan Ngancar, Pancu dan Kepung varietas robusta dan excelsa ditanam di ketinggian 450 hingga 650 mdpl hingga 650 mdpl. Luas robusta 138 ha dan luas excelsa sekitar 8,7 ha. Kopi dari wilayah Satak Pancu kualitasnya sudah sangat kesohor sejak zaman kolonial Belanda.  Robusta dari wilayah tersebut bahkan sudah mampu menembus pasar ekspor Eropa seperti Belanda. Sementara untuk wilayah Gunung Wilis pada lereng bagain barat di Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, kopi banyak tumbuh jenis arabika dan robusta.

Kopi-kopi dari Kecamatan Kare lebih unik dari sisi rasa yaitu lebih tajam dengan aroma wangi yang menusuk hidung dimana sejak zaman kolonial Belanda masyarakat yang tinggal di lereng Wilis bagian barat memang mayoritas berprofesi sebagai petani kopi. Sehingga potensi kopi di daerah Kecamatan Kare cukup melimpah dan kini banyak dikemas secara mandiri dengan berbagai merk khas nama-nama daerah yang menghasilkan kopi dari Gunung Wilis. Kopi dari Kecamatan Kare juga dikenal dengan kandungan kafeinnya yang tinggi sehingga memiliki rasa unik, khas dan tak bisa ditiru. Di wilayah Kecamatan Kare, kopi paling dikenal dikembangkan oleh Kelompok Tanu Mugi Lestari di lahan lebih dari 55 hektar, Wono Lestari 40 hektar dan Tani Makmur sekitar 35 hektar yang kesemuanya diketinggian 700 hingga 1000 mdpl. Bahkan pada tahun 2022 kopi di lereng Wilis Kecamatan Kare masuk communal branding hasil kopi petani dari tiga daerah lainnya di Jawa Timur.

Demikian kami menjelaskan.

 

Tags Keluarga

About The Author

Utamii 68
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel