Kondisi ekonomi global memasuki tahun 2023 ini bisa saja mengancam kinerja ekspor beberapa negara, seperti yang menjadi sorotan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, menjelaskan bahwa tidak semua negara bisa terganggu perekonomian di dalamnya. Beberapa negara bahkan memiliki indeks manufaktur masih berada di level ekspansif seperti meninjau beberapa negara yang mempunyai manufaktur masih berada di level ekspansif tersebut yaitu Jepang, Prancis, Meksiko, Indonesia, Brasil, India dan Arab Saudi sehingga memperlihatkan sektor yang berpondasi sangat kuat.
Negara-negara tersebut di atas hingga saat ini masih diperkirakan mampu menikmati pertumbuhan ekonomi dengan memiliki resiliensi yang tinggi karena mendapat dukungan dari pasar domestik yang kuat. Sementara beberapa negara besar ternyata memiliki tingkat ekspansif manufaktur berada di bawah 50% seperti Italia, Jerman dan Korea. Kondisi ini menunjukkan bahwa dunia masih dalam keadaan labil (ketidakpastian). Ini bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang berhubungan dengan perdagangan dimana tahun lalu ekspansinya mencapai angka 3,5% maka di tahun ini diperkirakan hanya 1% saja.
Pak menteri juga menyinggung arahan dari Presiden Joko Widodo tentang bagaimana cara untuk memperbaiki kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan devisa hasil ekspor (DHE). Ada beberapa jenis sektor yang diwajibkan untuk dilakukan yang bisa mereview terhadap jumlah devisa dalam jangka waktu penyimpanan DHE di dalam negeri. Sehingga diharapkan adanya peningkatan ekspor dan surplus neraca perdagangan akan sejalan dengan adanya peningkatan cadangan devisa. Indonesia menjadi salah satu negara yang berada pada level ekspansif yaitu 50,3%. Kondisi ini didukung oleh harga komoditas yang tinggi di pasar dunia dalam beberapa tahun terakhir telah mendorong peningkatan nilai-nilai ekspor Indonesia.
Kondisi tersebut di atas sejak pertengahan tahun 2022 telah mengalami pelambatan kemudian menunjukkan penurunan di akhir tahun 2022 termasuk 3 komoditas utama ekspor Indonesia yaitu logam, CPO dan batu bara. Sedangkan beberapa komoditas utama perdagangan global lainnya seperti gas alam, minyak brent dan gandum juga memperlihatkan tren penurunan dimana hingga akhir tahun 2022 nilai ekspor Indonesia mencapai USD 299,57 miliar atau tumbuh sekitar 29,40 persen. Sisi impor juga mengalami pertumbuhan yang hampir setara yakni 25,37% atau sebesar USD 245,98 miliar. Kinerja ekspor dalam dunia perdagangan internasional Indonesia pada tahun 2023 diproyeksikan akan tumbuh sebesar 12,8% dan impor akan tumbuh menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 14,9%.
Semoga bermanfaat.