Membesarkan dan mendidik anak-anak bukanlah sebuah tugas yang mudah bagi para orangtua. Karena di dalamnya akan ada berbagai hal yang harus dilakukan sebagai orangtua yang paling sering berhubungan secara langsung dengan anak-anaknya. Dalam hal ini orangtua bukan hanya bertugas menjaga agar hubungan yang terjadi dengan anak-anak berjalan mulus, mereka juga harus memperhatikan dan mengajarkan kepada anak-anak tentang bagaimana cara berhubungan dengan lingkungan sosial di luar rumah seperti memiliki hubungan dengan sesama terutama dengan saudara sendiri. Kadang-kadang terdapat beberapa ungkapan tanpa sangaja dari orangtua yang malah memiliki potensi menjadi penyebab munculnya kebingungan serta konflik. Karena mungkin saja ungkapan tersebut dikeluarkan tanpa disadari dan terucap begitu saja. Namun bagi anak, ungkapan tersebut justru bisa menimbulkan persaingan dengan saudaranya. Dikhawatirkan malah hubungan antar saudara malah renggang dan penuh dengan konflik yang terpendam dan suatu hari nanti bisa meledak.
Â
1/ “Contoh tuh kakakmu !†atau “contoh tuh adikmu !â€
Mungkin bagi beberapa orangtua, membuat perbandingan antara adik dengan kakak akan membuatnya termotivasi untuk menjadi anak-anak yang lebih baik. Padahal, ungkapan ini hanya akan memicu munculnya konflik antara anak dengan orangtua atau bisa juga antar saudara. Anak-anak akan mengira bahwa orangtuanya pilih kasih dengan mencintai salah satu dari mereka, inilah yang akan menimbulkan dampak terburuk baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Ungkapan-ungkapan seperti ini akan berhubungan secara langsung dengan harga diri sehingga persaingan pun tidak bisa dihindari. Maka dari itu mulai sekarang biasakan untuk tidak membandingkan antara kakak dengan adik maupun sebaliknya.
Â
2/ “Kamu harus lebih pintar dari adikmu karena kamu lebih tua !â€
Mungkin anda sebagai orangtua kerap mendengar bahwa yang lebih tua harus lebih pintar. Ada juga ungkapan lainnya yang mengarahkan bahwa yang lebih tua haruslah mengalah. Ungkapan-ungkapan seperti ini hanya akan memaksa sang kakak untuk terus mengalah dan bertahan terhadap suatu kondisi untuk adiknya. Sekilas terlihat kondisi ini menunjukkan keharmonisan bahwa sang kakak tidak mempunyai sifat-sifat yang egoisme. Namun kondisi ini malah akan menimbulkan adanya rasa iri dan hubungan antar anak bisa renggang. Bahkan bisa menyebabkan sang kakak akan meluapkan kekesalannya karena dia sudah terlalu sering mengalah untuk adiknya. Akhirnya adalah sang kakak akakn merasa kecewa karena orangtuanya seperti pilih kasih. Pada saat sang kakak terus-menerus mendapatkan beban serta tanggung jawab, membuat sang kakak gelisah. Hubungan yang terjalin pun akan menjadi sebuah hubungan yang penuh dengan persaingan. Maka dari itu segeralah introspeksi diri untuk menjadi orangtua yang lebih bijak dan jangan selalu meminta anak yang lebih tua untuk terus mengalah.
Â
3/ “Kamu tuh udah jadi kakak ! Harus menyanyangi adikmu.â€
Dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru tak jarang membuat stres anak-anak lainnya yang lebih besar. Ini terjadi karena para orangtua akan cenderung memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga baru tersebut sehingga mendorong munculnya kecemburuan pada diri anak-anak yang lebih tua. Juga didukung oleh perkataan orangtua yang meminta agar anak-anak yang lebih tua mencintai bayi atau adik barunya malah hanya akan memperburuk kondisi anak tertua anda. Kondisi ini justru akan meningkatkan kecemburuan anak-anak. Solusinya adalah sesekali orangtua haruslah merencanakan waktu untuk lebih fokus mengurusi kakaknya. Anak tertua juga harus diberikan pengertian bahwa kakak dan adik yang baru lahir mempunyai hak yang sama di dalam keluarga. Tidak ada pilih kasih karena keduanya merupakan kebanggaan orangtua. Pengertian yang diberikan secara lembut dan pelan-pelan ini diharapkan bisa dimengerti oleh kakak adik. Lama-kelamaan sang kakak akan menerima kehadiran adik-adiknya. Bahkan dia akan sukarela untuk membantu menjaga adiknya tanpa adanya rasa kecemburuan di hatinya.
Semoga bermanfaat.
Â