Adalah Belanda dan Jepang juga beberapa negara lain seperti Inggris pernah menjajah Bangsa Indonesia selama bertahun-tahun yang dimulai pada tahun 1685 dan berakhir pada tahun 1945. Selama menguasai Indonesia tentulah ada peninggalan-peninggalan masa penjajahan mereka salah satunya adalah peninggalan Bangsa Inggris yang masih ada dan terawat dengan rapi hingga saat ini. Di bawah ini beberapa diantaranya .
1/ Benteng Malborough
Benteng pertahanan peninggalan Inggris ini berlokasi di daerah Bengkulu. Tepatnya adalah di tepian pantai yang dibangun pada tahun 1714 hingga 1719 oleh Kerajaan Inggris Raya yang pada saat itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Joseph Collet. Benteng ini berdiri dengan gagah di atas bukit yang secara langsung menghadap ke Kota Bengkulu. Hingga saat ini kondisi benteng masih berdiri kokoh dan dirawat oleh pemerintah setempat. Ciri khas yang disuguhkan dari keberadaan benteng ini adalah terdapat parit dalam buatan yang mengelilingi bangunan benteng yang sangat luas. Pada masanya Inggris atau Britania Raya ini sedang melakukan ekspansi atau memperluas wilayahnya di daerah Sumatera khususnya di Bengkulu sehingga pemerintah Inggris mendeirikan benteng ini. Benteng ini selanjutnya difungsikan sebagai markas besar oleh East Indian Company yaitu sebuah perusahaan dagang milik Inggris. Perusahaan dagang ini menguasai komoditi lada hitam yang dibawa ke Inggris. Benteng ini sempat menjadi tempat tinggal beberapa pejabat dan petinggi Inggris.
2/ Rumah Thomas Stamford Raffles
Thomas Stamford Raffles adalah seorang Gubernur Jenderal Inggris terakhir di Indonesia sebelum kekuasaannya jatuh ke tangan Belanda. Namanya sempat disematkan pada tanaman endemic Indonesia yaitu Rafflesia Arnoldii. Raffles memiliki sebuah rumah yang sangat megah di pusat Kota Bengkulu dimana rumah ini hingga saat ini masih berdiri kokoh dan terawat dengan apik oleh pemerintah setempat. Selama masa ini sudah banyak dilakukan renovasi oleh pemerintah setempat. Rumah yang pernah ditinggali oleh Raffles ini dijadikan kantor Gubernur Bengkulu yang diberi nama gedung Deara Balai Raya Semarak. Bangunan ini berlokasi di sekitar pasar tradisional Jitra. Konon menurut cerita nenek moyang, di dalam rumah ini terdapat terowongan yang bisa menghubungkan ke salah satu ruangan di Benteng Malborough. Rumah gubernur Inggris yang juga terkenal karena menulis sebuah buku berjudul ‘The History of Java’ ini mengaplikasikan gaya arsitektur Eropa klasik kuno dengan tiang-tiang besar yang berjejer rapi pada bagian depan bangunan. Seperti ciri khas rumah Eropa lainnya pada umumnya, rumah ini memiliki dinding tebal dan bingkai jendela yang lebar. Halaman depan yang luas menyerupai alun-alun dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bermain-main bersama dengan keluarga terutama anak-anak, bersepeda atau olahraga ringan lainnya. Rumah ini juga memelihar rusa jenis totol axis yang jinak dan mampu menarik minat banyak pengunjung untuk berlibur ke dalamnya.
3/ Tugu Thomas Parr
Ini adalah sebuah moumen yang lokasinya tidak jauh dari Benteng Malborough yaitu hanya berjarak 170 m ke arah tenggara. Tugu ini memiliki luas sekitar 70 M2 dan tinggi mencapai 13,5 m. Dibangun pada tahun 1808 sebagai peringatan atas terbunuhnya Thomas Parr di tangan rakyat Bengkulu. Thomas Parr merupakan seorang pemimpin Inggris yang menggantikan Walter Ewer di Kota Bengkulu. Sejarah mencatat bahwa Parr sangat senang menyiksa rakyat Bengkulu dimana jika ditemukan rakyat yang tidak patuh maka akan diberi hukuman yaitu harus menanam kopi atau diseret ke tengah kerumunan rakyat lainnya untuk disiksa. Ialah yang memulai sistem tanam paksa. Banyak peraturan yang berubah tanpa melalui persetujuan terlebih dahulu. Bahkan ia sangat sering melanggar dan mengacuhkan penasehatnya.
4/ Makam Inggris (British Cemetery)
Lokasi makam Inggris ini tidak jauh dari Benteng Malborough yang hanya berjarak sekitar 800 m menuju ke arah timur, tepatnya berada di Kelurahan Jitra di Bengkulu. Makam ini menjadi salah satu makam terbesar di wilayah Asia Tenggara dengan luas sekitar 5,5 hektar. Beberapa sumber mengatakan bahwa makam ini sudah digunakan sejak tahun 1714. Pada saat itu penduduk Inggris banyak yang meninggal karena terserang wabah penyakit mematikan atau sebagian lagi karena kalah dalam pertempuran. Dahulu, setidaknya ada 1000 makam di kompleks pemakaman ini. Namun kini hanya terdapat 53 nisan yang berada di belakang gereja. Penyempitan wilayah pemakaman ini berguna untuk membangun berbagai fasilitas umum seperti puskesmas, koperasi, kantor lurah, rumah camat, kantor KUA, lapangan volley, gereja, rumah penjaga gereja, sekolah dasar dan yang lainnya.
Semoga bermanfaat.