Apa bahasa Inggrisnyasaya bisa gigi, sapi merah muda matahari
I can tooth, cow pink sun.
Alias saya kentut, kau pingsan.
Masih ingat tidak dengan lelucon semacam itu di masa sekolah dasar? Apakah kala itu kalian (pernah) terjebak menerjemahkan kalimat tersebut?
Benar, lelucon tersebut adalah contoh terjemahan yang buruk dalam konteks formal karena tidak berstruktur dan tidak masuk akal. Sayangnya, terjemahan seperti ini bisa kalian temukan di mesin penerjemahan seperti Google Translate.
Contoh Terjemahan Google Translate
Berikut adalah salah satu contoh dari kesalahan Google Translate akibat kesalahan struktur kalimat dari si penulis.
Google Translate sebenarnya tidak salah-salah amat karena mbak sehat adalah sebuah pernyataan sehingga dapat diterjemahkan menjadi healthy lady' Kesalahannya adalah si penulis tidak menggunakan tanda baca yang tepat. Andai saja si penulis menuliskan, Mbak, sehat? Google Translate dapat menerjemahkan dengan cukup baik meskipun kalimat tersebut adalah kalimat informal. Dengan struktur yang tepat, maksud dari penulis dapat tersampaikan.
Sering juga ditemukan terjemahan Google Translate kurang cocok karena perbedaan tata bahasa antardua bahasa, khususnya dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bahasa Inggris mengenal bentuk waktu, sedangkan bahasa Indonesia tidak. Hal ini membuat penulis harus lebih berhati-hati dalam mengambil terjemahan dari mesin penerjemah.
Contohnya ada pada gambar berikut.
'Aku sudah minum obat' menandakan bahwa seseorang telah mengonsumsi obat beberapa waktu yang lalu. Karena bahasa Inggris memiliki bentuk waktu, maka terjemahan yang tepat yaitu menggunakan present perfect tense untuk menghubungkan kegiatan di masa lampau dan sekarang. Waktu yang disebutkan tidak spesifik dan tidak terlalu penting, tetapi bentuk aktivitasnya lebih ditekankan. Oleh karena itu, kalimat tersebut jika diterjemahkan akan menjadi 'I have taken the medicine'.
Yang ditampilkan oleh Google Translate adalah terjemahan yang kurang tepat karena menggunakan present perfect continous tense yang berfungsi untuk menyatakan kegiatan yang dimulai di masa lampau dan masih berlangsung hingga sekarang. Sayangnya, struktur yang ditampilkan oleh Google Translate masih kurang tepat karena present perfect continous harus diikuti oleh keterangan waktu atau penanda waktu seperti for atau since. Oleh karena itu, kalimat yang benar adalah 'I have been taking medicine since 2 years ago atau I have been taking medicine for 2 years. Jika kembali diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kalimat tersebut berarti 'aku sudah minum obat sejak 2 tahun yang lalu' atau 'aku sudah minum obat selama 2 tahun'. Terasa kan bedanya?
Selain itu, setiap bahasa memiliki frasa khusus seperti idiom atau slang untuk menyiratkan makna tertentu yang tidak dapat diartikan secara harfiah. Jika suatu kalimat memiliki frasa ini, harap berhati-hati ketika menggunakan mesin penerjemah karena besar kemungkinan diterjemahkan secara harfiah dan tentu saja kalimatnya akan menjadi tidak masuk akal.
Contohnya seperti ini.
Kalimat your bike is in rough shape mengandung sebuah noun phraserough shape yang biasa disebut sebagai idiom. Rough shape memiliki arti dalam keadaan buruk atau poor condition sehingga seharusnya diterjemahkan menjadi Sepeda Anda dalam keadaan buruk'. Namun, dalam menerjemahkan sebuah kalimat yang memiliki sebuah idiom akan lebih baik jika terjemahannya juga memakai idiom. Pada kasus ini,rough shape bisa diterjemahkan dengan kata jelek agar lebih natural. Oleh karena itu, terjemahannya menjadi sepeda Anda jelek.
Contoh lain dapat dilihat pada terjemahan peribahasa berikut ini.
Mesin penerjemah Google Translate tidak mengenali kalimat nasi sudah menjadi bubur sebagai peribahasa sehingga diterjemahkan secara literal menjadi rice has become porridge Padahal, terdapat padanan yang lebih tepat untuk peribahasa tersebut dalam bahasa Inggris, yaitu dont cry over spilled milk
Lantas Mengapa Hasil Terjemahan Google Translate Sering Tidak Sesuai?
Google Translate merupakan layanan penerjemahan berbasis mesin, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan machine translation tools. Pada awal dirilis, Google Translate menggunakan sistem terjemahan mesin statistik (statistical machine translation). Beberapa tahun kemudian beralih ke sistem terjemahan mesin saraf (neural machine translation).
Terjemahan oleh mesin sangat bergantung pada source language yang dimasukkan. Ketika tanda baca tidak dimasukkan atau diletakkan pada posisi yang salah, hasil terjemahan menjadi kacau. Begitu juga dengan kata-kata khusus yang merujuk pada keterangan waktu yang jika tidak dimasukkan akan memengaruhi hasil terjemahan karena, pada konteks ini, bahasa Inggris mengenal bentuk waktu, sedangkan bahasa Indonesia tidak. Lalu, frasa-frasa khusus juga seperti idiom dan slang dapat memengaruhi hasil terjemahan karena frasa tersebut tidak dapat diartikan secara harfiah. Jadi pertanyaan kenapa sih terjemahan Google Translate kok aneh? sudah menemukan titik terang.