Lekat - Letak (Attach - Put)

25 Jan 2022 10:20 1131 Hits 2 Comments Approved by Plimbi

Mari kita meletakkan beban-beban pikiran yang kurang mendukung kesehatan mental kita yang secara sengaja ataupun tak sengaja melekat di diri kita. Semoga kedamaian dan ketenangan hidup senantiasa beserta kita.

 

“Be at peace then and *put aside* all anxious thoughts and imaginings.” (Francis de Sales)

 

Pagi tadi ketika sedang menunggu lift, perhatian saya tertuju di papan petunjuk pembuangan sampah dan terfokus ke kata “meletakkan”, lalu pikiran saya langsung berkelana ke emosi-emosi negative yang biasa menyertai diri saya, antara lain kekhawatiran kecemasan ketakutan akan hari esok dan selama pandemic ini tentu kekhawatiran ketakutan akan Covid-19, yang secara langsung atau tidak langsung, sedikit atau banyak tentu mempengaruhi kenyamanan kedamaian hidup saya.

Emosi-emosi kurang mendukung kesehatan mental itu terus melekat di pikiran saya, begitu mata melek bangun tidur sampai akhirnya tertidur lagi, atau mungkin ketika tidurpun tetap melekat, apakah perlu saya letakkan?

 

Maka begitu saya melihat kata “meletakkan” itu muncul permainan kata yang saya bandingkan dengan kata “melekat”

 

Aha menarik ini pikir saya tadi, LEKAT vs LETAK jumlah huruf sama-sama ada 5, terdiri dari huruf yang sama juga secara urutan alfabetikal adalah A,E,K,L,T tapi bila susunanya diganti sedikit, tukar antara urutan huruf K & T maka artinya bisa berbeda sekali, satunya tetap membuat beban berat di pikiran, satunya bisa membuat kenyamanan & kedamaian hati.

Dan ini tadi iseng melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti dari kedua kata tersebut

 

Letak artinya  letak/le·tak/ n 1 tempat beradanya sesuatu, meletak /me·le·tak/ Mk v menaruh; menempatkan; meletakkan /me·le·tak·kan/ v 1 menempatkan; menaruh 2 melepaskan ; tidak melaksanakan lagi_

 

Lekat artinya /le·kat/ a sangat erat menempel jika diraba; melekat /me·le·kat/ 1 v menempel benar-benar (sehingga tidak mudah lepas); melekatkan /me·le·kat·kan/ v 1 menempelkan supaya melekat

 

Dari arti di KBBI di atas jelas makna kedua kata yang mirip tersebut cukup berlawanan, letak : melepas vs lekat : menempel

 

Dari situ saya mendapatkan sedikit titik terang sebenarnya untuk lepas dari beban pikiran kecemasan, kegelisahan, kekhawatiran ini sebenarnya mudah, mengubah mindset dari ‘lekat’ ke ‘letak’ , saya harus mau mengubah pola pikir dan membuat aksi nyata untuk bisa meletakkan beban pikiran yang tidak sehat oleh kesehatan mental, karena hal hal yang dipikirkan itu juga belum terjadi, bukan di saat ini dan bukan di sini, tetap nanti, yang akan datang dan dari luar diri.

 

Memang banyak hal yang menggangu kedamaian bathin kita disebabkan oleh pikiran kita sendiri. Banyak memikiran hal di luar diri saat ini dan di sini, terlalu melekat memikirkan masa lalu tanpa rasa syukur terima kasih sehingga timbulkan kekecewaan, kesedihan, kemarahan dst. Bila terlalu melekat memikirkan masa depan secara terlalu negative tanpa pengharapan bisa menyebabkan kekhawatiran, kecemasan, ketakutan, pesimis putus asa dst.

Kemudian bisa saja terlalu memikirkan sekitar, membandingkan diri dengan orang lain secara berlebih bisa membuat iri hati, dengki, kecewa, rendah diri, dst atau bisa saja terlalu memikirkan dengan keraguan kondisi sekitar, beban di tempat kerja seperti saya, masyarakat, negara atau dunia tentu juga akan membuat kecemasan, putus asa juga, pesimis, menyerah, dst.

 

Itulah hal-hal yang sering dihasilkan oleh pikiran kita, bila ada sumber yang mengatakan sehari orang dewasa bisa memikirkan 70.000 pemikiran bayangkan bila itu diisi dengan pikiran-pikiran yang kurang sehat, berapa beban berat yang dihasilkan pikiran manusia dan itu terus bertumpuk terus bila tidak bisa kita selesaikan.

Mencari kesibukan kadang positif bisa menjadi jalan keluar untuk mengurangi semua itu, bisa dengan olahraga, memasak, ibadah, baca buku, mengkonsumsi hiburan sehat, bekerja, berkarya, berkreasi dsb akan tetapi ternyata pikiran kita juga pintar, alam bawah sadar kita juga terus turut berpikir maka perlu melatihnya untuk memikirkan hal-hal yang bagus untuk kesehatan mental juga. Dan efek lain menjadi terlalu sibuk sehingga timbulkan ketidaselarasan baru.

 

Untuk itu, kembali ke inspirasi awal tulisan ini, buat saya yang masih proses belajar untuk memiliki pikiran yang lebih mendukung kesehatan mental ini adalah belajar juga ‘meletakkan’ pikiran-pikiran yang kurang bagus itu bisa berlebihan, menggantinya dengan pola pikir lebih kondusif dengan salah satunya praktek hidup berkesadaran, mindfulness, berada di saat ini dan di sini, dimana pikiran dibawa focus dan sadar terhadap apa yang dilakukan saat ini. Dan itu perlu terus dilatih dan dipraktekkan untuk terus bisa membantu mengurangi pikiran-pikiran yang kurang bagus.

 

Mewujudkan ketenangan dan kedamaian bathin adalah pilihan dan keputusan kita, karena itu bisa dimulai dari diri kita sendiri, kita tidak perlu menunggu sekitar kita semua mendukung baru kita bisa tenang dan damai, tapi kedamaian itu ada di pusat diri kita, di pusat jiwa, dan aksi nyata pilihan dan keputusan serta mau komitmen mempraktekkannya lah kunci selanjutnya dengan focus berada di sini dan di saat ini, menyelaraskan antara tubuh pikiran jiwa & roh  dan senantiasa percaya, berpengharapan, bersyukur dan memelihara semangat cinta kasih.

 

Mari kita meletakkan beban-beban pikiran yang kurang mendukung kesehatan mental kita yang secara sengaja ataupun tak sengaja melekat di diri kita. Semoga kedamaian dan ketenangan hidup senantiasa beserta kita.

 

Peace & Love  

 

“Never be in a hurry; do everything quietly and in a calm spirit.Do not lose your inner peace for anything whatsoever, even if your whole world seems upset. What is anything in life compared to peace of soul?”(Francis de Sales)

 

 

#everydaismiracle

#innerpeace

#detach

#keeploving

#keeppraying

 

AP-20220124

 

 

 

 

 

 

Tags

About The Author

Airin Pangastuti 16
Novice

Airin Pangastuti

seorang manusia bumi pecinta kehidupan yang selalu rindu bersama Sang Pencipta, berniat menjalani mindfulness, heartfulness, Godfulness & contemplative life
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel