Mengenal Fakta yang Berhubungan dengan Sasando dan Cara Memainkannya

2 Feb 2022 12:40 1395 Hits 1 Comments Approved by Plimbi

Mengenal Fakta Yang Berhubungan Dengan Sasando Dan Cara Memainkannya

Salah satu alat musik tradisional berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik ini dikenal dengan nama sasando. Memiliki bentuk yang mirip dengan kecapi dan harpa namun sasando mengeluarkan suara yang khas yaitu lebih mendayu-dayu. Sasando adalah alat musik khas Indonesia yang asal mulanya dari Kabupaten Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana keberadaan alat musik ini tak lepas dari kebudayaan yang dianut oleh warga masyarakat lokal yang membantu agar alat musik ini dikenal hingga ke mancanegara. Sasando tidak hanya dikenal sebagai alat musik tradisional melainkan bisa juga tergolong ke dalam alat musik melodis karena menghasilkan suara dengan nada yang berbeda-beda dan bisa juga digunakan sebagai instrumen musik genre lainnya.

Sejarah Sasando

Berhubungan dengan asal mula sasando tersebut di atas, terdapat 2 versi cerita rakyat yang mengisahkan dongeng berbeda antara satu dengan lainnya yakni kisah Lunggi Lain dan Balok Ama sina dan kisah Sangguana. Berikut perbedaan cerita kedua kisah tersebut.

Kisah Lunggi Lain dan Balok Ama Sina

Lunggi lain dan Balok Ama Sina adalah sepasang sahabat yang bekerja sebagai penggembal domba dan penyadap tuak. Tiba-tiba mereka memiliki sebuah ide ketika Balok Ama Sina sedang membuat sebuah wadah penampung air tuak (baik) yang berbahan dasar dari daun lontar. Di antara jari-jari daun lontar ditemukan benang yang selanjutnya menjadi ide untuk menciptakan sebuah alat musik tradisional bernama sasando. Dari jari-jari daun lontar yang menyerupai benang tersebut tidak sengaja dikencangkan dan dipentik yang menimbulkan bunyi yang berbeda-beda. Meskipun demikian, benang tersebut mudah putus. Pada akhirnya mereka berdua mengembangkan benda tersebut yang bertujuan untuk membuat alat musik yang mampu menirukan nada-nada seperti sebuah gong. Mereka berhasil menciptakan bunyi-bunyian atau seperti alunan nada yaitu dengan cara mencungkil tulang dari lembaran daun lontar kering tersebut. Setelah itu mereka ganjal tulang tersebut dengan batang kayu. Karena menghasilkan nada yang berubah-ubah dengan suara yang terdengar sangat kecil lalu mereka menggantinya dengan bambu. Hingga akhirnya dawai-dawainya diganti dari pelepah daun lontar dan ruang resonasinya dari haik.  

Kisah Sangguana

Cerita rakyat kedua yang mengisahkan tentang sasando ini pertama kali ditemukan oleh seorang anak muda yang bernama Sangguana. Ketika pada suatu hari ia terdampar di sebuah pulau yang bernama Pulau Ndana, ia ditemukan oleh seseorang yang membawanya ke hadapan Raja Takalaa yang menetap di dalam istana Nusaklain. Dimana ada yang aneh di dalam kerajaan ini yaitu memiliki adat-istiadat yang hanya bisa dilakukan pada malam hari yakni diadakannya permainan yang diberi nama kebak atau kebalai. Kebak adalah tarian masal yang dilakukan oleh pemuda-pemudi yang menari dengan cara bergandengan tangan membentuk sebuah lingkaran dimana seorang manahelo (pemimpin syair) berada di tengah-tengah lingkaran. Syair-syair yang dilantunkan tersebut sebagian besar mengisahkan tentang silsilah keturunan raja mereka dimana kehadiran Sangguana dalam permainan tersebut menjadi pusat perhatian mereka karena dirinya ternyata memiliki bakat seni dan membuat putrid raja jatuh hati kepada Sangguana. Lalu ia bertemu dengan sang putri dimana Sangguana diminta untuk menciptakan sebuah alat music yang belum pernah dilihat oleh sang putri sebelumnya. Apabila berhasil maka ia diperbolehkan mempersunting putri raja yang ia cintai tersebut. Saat Sangguana sedang melamun dan akhirnya tertidur, ia bermimpi memainkan sebuah alat musik yang memiliki bentuk sangat indah dengan mengeluarkan suara yang merdu dan mendayu-dayu. Ia terbangun dan berhasil menciptakan alat musik ini yang diberi nama sandu yang memiliki arti berani dan bergetar. Alat ini dipersembahkan kepada putri raja yang selanjutnya menamakannya sesuai dengan bahasa di sini yaitu sya yakni hitu (yang artinya ketujuh). Dinamakan dengan hitu karena jika dilihat sepintas pandang alat musik ini memiliki tujuh dawai / senar dengan lagu-lagu yang dimainkan diberi istilah depo hitu, artinya adalah sekali dimainkan maka ketujuh dawai akan bergetar. Dawai tersebut berbahan dasar dari akar pohon beringin yang sudah dikeringkan. 

Sasando Dan Fungsinya

Sasando dikenal sebagai salah satu musik tradisional yang mengeluarkan suara bervariasi terdengar sangat khas yang saat ini bisa digunakan sebagai alat musik pop atau musik genre lainnya terkecuali bagi musik elektrik.

Sasando memiliki beberapa fungsi yang perlu untuk diketahui sebelum memainkannya yaitu sebagai berikut :

  • Merupakan lambang kebudayaan bangsa Indonesia dimana alat musik ini berasal dari Nusa Tenggara Timur / NTT yang menjadi salah satu bagian dari negara Indonesia. Inilah yang menjadikan sasando sebagai salah satu kebudayaan bangsa Indonesia bahkan hingga ke mancanegara bisa digunakan sebagai alat melodis nan harmonis.
  • Bisa dijadikan sebagai alat terapi dimana sasando pada zaman dahulu pernah dijadikan sebagai alat musik terapi bagi penyembuhan penyakit kusta yang menyebar hingga ke Pulau Rote di NTT.
  • Sebagai hiburan yaitu dimanfaatkan untuk media hiburan dan wisata bagi masyarakat.
  • Sebagai alat musik yang dipakai pada upacara-upacara adat seperti penyambutan tamu, pernikahan dan acara-acara adat lainnya.
  • Sebagai fungsi finansial karena dengan bisa memainkan sasando maka dapat menghasilkan uang dan menambah devisa negara. Para pengarjin dapat memproduksi dan menjualnya ke pasaran.

Sasando Dan Jenisnya

Alat musik sasando memiliki 3 jenis yang perlu diketahui, silahkan menyimak penjelasan tersebut di bawah ini.

1/ Sasando Gong

Sasando gong dimainkan hanya untuk mengiringi tari yang dibawakan dengan irama gong dan dinyanyikan dalam bentuk syair. Selain itu sasando gong juga sering dimainkan saat menghibur keluarga yang sedang berduka maupun keluarga yang sedang menggelar pesta. Bunyi yang dikeluarkan dari alat ini memiliki nada-nada spesial yaitu nada pentatonik. Dilengkapi dengan dawai berjumlah tujuh yang kemudian menjadi berkembang sebelas dawai. Sasando gong suadh lama berkembang dan menjadi sangat populer di Pulau Rote sejak abad ke tujuh.

2/ Sasando Biola

Sasando biola adalah sasando modifikasi yang hingga saat ini masih tetap mempertahankan bentuk aslinya dan hanya pada bagian tali senar pada dawai yang mengalami pembaharuan. Sasando biola ini menggunakan garis tengah bundaran pada daun lontar sedangkan potongan kayu senda ditambahkan untuk mengganjal tali senar.

3/ Sasando Elektrik

Sasando elektronik merupakan alat musik hampir menyerupai sasando biola namun mengalami perkembangan teknologi yang semakin lengkap oleh Arnoldus Edon. Sasando ini dirakit tidak menggunakan bahan seperti daun lontar dan sebaginya karena tidak membutuhkan adanya ruang resonasi sebagai wadah penampung suara dimana bunyi bisa langsung diperbesar melalui alat pengeras suara.

Sasando Dan Cara Memainkan

Alat musik biasanya dimainkan dengan memakai kedua tangan dengan arah yang berlawanan. Tangan kanan berperan untuk memainkan accord sementara tangan kiri untuk memainkan melodai atau bass. Tidaklah mudah dalam memainkan alat music ini yang membutuhkan perasaan dan teknik tertentu sehingga mampu menghasilkan suara indah dan merdu. Sangat dibutuhkan keterampilan jari dalam memetik dawai sama halnya dengan alat musik harpa, yaitu keterampilan dalam memetik dawai memberikan pengaruh pada suara terutama jika dimainkan dengan nada bertempo cepat maka keterampilan tangan sangat dibutuhkan.

Semoga bermanfaat.

Tags Wisata

About The Author

Utamii 69
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel