Tidak hanya membutuhkan keterampilan akademik saja untuk hidup bagi anak-anak terutama usia balita, mereka juga memerlukan keterampilan sosial. Karena mereka tidak akan selamanya hidup dengan anda sebagai orangtuanya yang selalu berusaha untuk memahami keinginannya. Anak-anak perlu belajar mengekspresikan apa saja yang menjadi kebutuhannya kepada orang lain dan berempati untuk bisa memahami kebutuhan orang lain.
Menurut pendapat yang dijelaskan oleh pakar pendidikan dan pengasuhan pendiri pusat pendidikan usia dini, Smartkidz Educare India Pvt. Ltd., Malathi A. Ganesh, PGDEA., sedari dini ajarkan kepada anak-anak untuk mampu mempunyai kecerdasan sosial atau social intelligence. Berikut ini beliau membagikan kiat untuk diikuti oleh para orangtua.
1/ Selalu awali dengan bertanya
Anak-anak perlu belajar tentang apa saja yang harus ia lakukan kepada orang lain di dalam kehidupan sosial. Kemampuan mereka untuk mengambil keputusan bisa dikembangkan selanjutnya dengan selalu mengawali merespon mereka dengan pertanyaan yang di dalamnya terselip kalimat pernyataan atau perintah. Contohnya adalah saat teman anak anda merebut mainannya. Anda bisa katakana, “Si A mengambil mainanmu, apakah kamu baik-baik saja dengan itu ? Bolehkah ia memainkannya ?†Selanjutnya anak anda akan berusaha mengambil keputusan. Bila ia menjawab, “Boleh.†Maka persilahkan mereka bermain bersama kembali dan tinggalkan mereka. Namun jika ia menjawab, “Tidak boleh !†maka bersiaplah untuk membimbingnya dengan mengajarinya mengatakan ini, “Itu mainanku. Kamu boleh memainkannya kalau aku sudah selesai. Kita bergantian, ya !â€
2/ Mengajarkan mengenal emosi
Dorong anak anda agar mau belajar mengenal berbagai emosi seperti kebahagiaan, kemarahan, kekecewaan, frustasi, kegugupan, kelelahan dan ketakutan. Ini penting ditanamkan sejak dini agar mereka mampu mengartikulasikan perasaannya. Anak-anak yang mampu mengungkapkan perasaannya akan cenderung tidak mudah marah. Setiap kali mereka menampakkan emosi tertentu maka anda bisa segera menanyakan, “Kamu marah ?â€, atau tanyakan pula apa yang membuat mereka merasakan itu. Pengenalan emosi juga bisa dilakukan melalui permainan. Tunjukkan gambar dengan beragam ekspresi di dalamnya lalu sebutkan nama emosinya pada mereka. Ini akan membantu mereka membedakan berbagai macam emosi dan diharapkan mampu mengekspresikannya dengan lebih baik.
3/ Tidak memaksanya untuk berbagi
Anda sebagai orangtua seringkali mengharapkan anak-anak anda mau berbagi. Ada kalanya keinginan ini disertai dengan paksaan. Tentu saja ini tidak baik untuk anak-anak. Pertama, memaksa mereka berbagi akan menyebabkan mereka belajar bahwa tidak ada yang bisa mereka perjuangkan. Juga anda tidak akan membantu memberikan rasa aman dalam hal kepemilikan. Contohnya saat anda memaksa mereka membagikan mainan kepada temannya yang menangis lantaran menginginkan mainannya, ia akan belajar bahwa seseorang bisa mendapatkan sesuatu hanya dengan cara menangis atau merebutnya. Yang buruk dari kondisi ini adalah ia mungkin akan meniru cara tersebut lalu menjadi pemarah atau tidak sabaran saat menginginkan sesuatu.
4/ Tunjukkan kepedulian
Para orangtua suka memberikan simpati kepada anak-anaknya dan ini akan menjadikan mereka tumbuh sebagai pribadi yang welas asih. Welas asih adalah dasar dari sebuah hubungan yang sifatnya efektif atau dengan adanya ikatan yang kuat. Jadi selalu tunjukkan kepedulian dan perhatian anda terhadap emosi si kecil dan ajarkan bagaimana meresponsnya.
5/ Mengajarkan memperhatikan perasaan orang lain
Biarkan anak-anak tahu bahwa kakaknya sedang kesal. Misalnya saat anak anda memaksa untuk bermain puzzle dengan sang kakak sedangkan kakaknya ingin menggambar. Maka anda bisa menenangkannya dengan mengatakan, “Kakak ingin menggambar, adik ingin main puzzle. Bagaimana ya caranya supaya adil dan tidak ada yang kesal atau kecewa ?†maka mereka akan belajar membuat keputusan yang lebih bisa menghargai orang lain.
6/ Tidak asal memuji
Jika ketahuan balita anda melakukan kebaikan jangan asal memujinya. Misalnya hanya karena ia mau meminjamkan bonekanya kepada temannya lantas anda buru-buru memujinya, “Hebat ya adik mau berbagi.†Sebalinya katakana kepadanya, “Lihat deh si B senang sekali ya bisa bermain dengan bonekamu.†Dengan membantu menunjukkan ekspresi orang lain apa yang mereka perbuat maka anak-anak akan belajar berempati tanpa harus merasa terbebani.
7/ Dorong terlibat lebih banyak interaksi
Balita yang menghabiskan waktu sendiri di rumah tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan interaksi dengan orang lain. Berikan anak-anak anda kesempatan untuk memasuki lingkungan baru, bergaul dengan anak-anak lainnya dan berbicara dengan orang lain. Libatkan mereka dalam kegiatan dimana mereka bisa terhubung dengan orang lain seperti taman bermain atau memasukkan ke PAUD.
Semoga bermanfaat.