Fakta Berhubungan dengan Suku Mentawai di Sumatera

20 Dec 2021 18:20 1756 Hits 0 Comments Approved by Plimbi

Fakta Berhubungan Dengan Suku Mentawai Di Sumatera

Kepulauan Mentawai di lepas pantai barat Sumatera ini dihuni oleh sekelompok suku bernama Suku Mentawai sebagaimana suku-suku lainnya seperti Suku Nias dan Suku Enggano adalah pendukung Budaya Proto-Melayu yang menetap di gugusan kepulauan Nusantara sebelah barat. Adapun daerah hunian warga Mentawai adalah di Pulau Pagai Utara dan Pagai Selatan dimana suku ini dikenal sebagai suku peramu dan ketika pertama kali ditemukan belum mengenal kebudayaan bercocok tanam. Tradisi unik yang khas dari mereka adalah penggunaan tato di sekujur tubuh yang erat hubungannya dengan peran dan status sosial penggunanya.

Suku Mentawai Dan Asal Mula

Kepulauan Indonesia terdiri dari 70 kepulauan kecil dengan beberapa pulau utama seperti Sipora, Siberut, Pagai Utara dan Pagai Selatan. Penduduk yang tinggal di dalam wilayah pulau-pulau ini terdiri dari beberapa suku tetapi yang terbesar adalah dari Suku Mentawai yang mendiami wilayah Siberut. Nenek moyang Suku Mentawai sangat diandalkan untuk menempati Pulau Siberut dan kepulauan kecil di sekitarnya semenjak tahun 2000 hingga 5000 tahun sebelum masehi. Ketika Belanda mulai menjajah dan menguasai Indonesia, terjadilah gejolak antara penduduk asli pulau dengan penjajah Belanda terutama dalam urusan klaim kepulauan Mentawai. Belanda mendesak dan mengemukakan klaim atas kepulauan Mentawai sebagai wilayah dari Hindia Timur, dari sini banyak dilakukan negosiasi oleh tetua adat Suku Mentawai yang membuahkan hasil cukup menggembirakan yaitu masyarakat Mentawai dibebaskan dari penjajahan Belanda untuk selanjutnya bisa hidup bebas dengan mengikuti adat-istiadat mereka tanpa adanya campur tangan dari pihak Belanda.

Masyarakat Mentawai selalu menolak kedatangan misionaris Belanda yang diduga akan memprovokasi penduduk Mentawai yang lemah untuk meninggalkan adat Mentawai. Ketika penjajah Jepang tiba mulailah semua dhukun atau kerei dari Suku Mentawai dipaksa untuk kerja keras buat kepentingan Jepang di pulau ini. Jepang memberikan banyak tekanan hingga terjadinya penganiayaan dan pembunuhan di wilayah Siberut dan kepulauan kecil di sekitarnya. Namun ini tidak berlangsung lama karena setelah Indonesia berhasil menegakkan kemerdekaannya, pemerintah Republik Indonesia mulai menciptakan aturan-aturan baru untuk Suku Mentawai di Siberut ini. Aturan yang dibuat bertujuan untuk mempersatukan seluruh suku di Indonesia atas nama Bangsa Indonesia yang merdeka. Masyarakat adat Suku Mentawai harus beradaptasi dengan aturan-aturan baru tersebut guna terlaksananya tujuan dan pandangan hidup Bangsa Indonesia merdeka berpegang teguh kepada Pancasila. 

Adanya perbedaan antara peraturan adat yang dijalankan di masa lampau dengan aturan baru yang dibuat oleh pemerintah RI menyebabkan kebiasaan Suku Mentawai bergeser bahkan sada sejumlah wilayah mulai tidak menjalankan adat-istiadat yang sebelumnya dilakukan. Tetapi karena kuatnya adat-istiadat yang dilakukan sebelumnya oleh Suku Mentawai menyebabkan hingga saat ini mereka masih tetap menjaga kelestarian kebudayaan di tengah-tengah modernisasi yang terjadi saat ini.

Suku Mentawai Dan Bahasa Serta Kebudayaan Yang Diterapkan

Bahasa Mentawai adalah salah satu jenis bahsa yang digunakan sebagai bahasa pergaulan sehari-hari di daerah kepulauan Mentawai dimana bahasa ini merupakan alat komunikasi yang utama daerah kepulauan Mentawai. Bahasa mentawai terutama dipakai dalam lingkungan keluarga dengan para sahabat dan kenalan atau dengan orang-orang Mentawai yang baru dikenal berhubungan dengan upacara adat dan keagamaan hingga situasi resmi atau dinas. Ini disebabkan karena daerah ini masih kental menjalankan adat-istiadat setempat sehingga pemakaian bahasa daerah diprioritaskan.

Meskipun Suku Mentawai hanya mengenal satu bahasa wilayah yaitu Bahasa mentawai, namun jika diselami lebih dalam ternyata bahasa daerah mereka dipecah lagi menjadi 3 kelompok dialek. Pengelompokan yang terjadi didasarkan atas distrik penutur yaitu sebagai berikut :

1/ Bahasa Mentawai dialek Siberut Selatan

Kelompok penutur dari Suku Mentawai yang menggunakan logat ini berada di dalam distrik sekitar wilayah Desa Maileppet, Siberut Selatan. Pengguna logat ini mencakup wilayah kecamatan Siberut Selatan terutama di Desa Maileppet dan sekitarnya. Wilayah ini tergolong dalam distrik yang lumayan sempit sehingga tidak mengherankan apabila logat Siberut Selatan memiliki penutur yang jumlahnya sedikit.

2/ Bahasa Mentawai dialek Siberut Utara

Penutur logat Siberut Utara berada di dalam distrik Desa Monganpoula, Siberut Utara. Ruang lingkup penutur logat ini jumlahnya tidak terlalu besar karena hanya melingkupi lokasi Monganpoula saja dimana wilayah desa ini tidak begitu luas.

3/ Bahasa mentawai dialek Sipora Pagai

Penutur logat Sipora Pagai berada di dalam distrik Desa Sioban, Sipora dan Desa Makalo di Pagai Selatan. Dialek ini menjadi bahasa yang paling banyak dipakai oleh orang-orang Mentawai karena mencakup wilayah yang sangat luas dibandingkan dengan dua logat tersebut di atas.

Sedangkan yang berhubungan dengan kebudayaan dari Suku Mentawai adalah berkaitan dengan seni tato tubuh yang menjadi sangat populer di era sekarang ini. Suku yang menempati Pulau Mentawai ini telah lebih duluan mengenal yang namanya seni tato. Seni tato khas Suku Mentawai terlihat berbeda dengan seni tato modern yang banyak digunakan oleh anak-anak muda di kota-kota besar, keunikan dari seni tato tersebut bisa dikenali berikut ini.

  • Seni tato tubuh Suku Mentawai dilakukan oleh laki-laki dan perempuan.
  • Dilanjutkan dengan membentuk gigi runcing sebagai tanda keelokan perempuan-perempuan dari Suku Mentawai.
  • Kedua tradisi di atas erat hubungannya ketika Suku Mentawai sedang menggelar upacara adat pernikahan khas Suku Mentawai.

Suku Mentawai, Agama Dan Kepercayaan

Mayoritas orang-orang Mentawai menganut ajaran agama Katolik dan beberapa yang lainnya beragama Protestan, Islam atau memeluk aliran kepercayaan yang bernama Bahai. Meskipun demikian, semua orang Mentawai disatukan dengan memegang teguh religi aslinya yaitu dikenal dengan istilah Arat Bulungan yang mengandung arti adat ibarat filosofi kehidupan merunut pada bagaimana pepohonan mampu bertahan hidup di alam semesta. Dalam religinya ini bukan hanya manusia saja yang memiliki jiwa melainkan hewan juga dan yang terakhir adalah kelompok tumbuh-tumbuhan bahkan benda-benda mati pun bisa bertuah seperti kerangka suatu benda, batu, air terjun hingga kemunculan pelangi di langit. Selain dari jiwa, ada beragam jenis ruh yang menempati seluruh alam semesta yakni di laut, udara dan hutan belantara.

Menurut keyakinan orang-orang Mentawai, jiwa manusia atau dikenal dengan istilah magere terletak di ubun-ubun kepala. Jiwa adalah bagian yang suka berpetualang di luar jasmani terutama ketika orangnya sedang dalam keadaan tertidur seperti mengalami mimpi. Bila jiwa keluar dari tubuh maka bisa terjadi bahwa jiwa itu bertemu dengan ruh-ruh jahat maka akibatnya tubuh akan sakit dan bila jiwa dalam keadaan ini berlanjut dalam jangka waktu yang lama hingga mencari perlindungan pada ruh nenek moyang maka tubuh kemungkinan bisa meninggal dunia. Jiwa tak akan kembali lagi ke dalam tubuh dan menjadi ruh.

Suku Mentawai Dan Adat-Istiadatnya

Orang-orang Mentawai yang mempunyai kepribadian sangat kuat menjalankan adat-istiadat yang erat hubungannya dengan kebudayaan dianut oleh Suku Mentawai selalu berpegang teguh kepada beberapa ajaran tersebut di bawah ini yaitu :

  • Orang Mentawai percaya kepada kekuasaan tunggal sebagai pencipta langit dan bumi ini yang dikenal sebagai kelompok Taikamanua yaitu mereka yang mengenal Tuhan Maha Esa.
  • Adil, orang-orang Mentawai kalau membagi sesuatu selalu sama rata (sama besar) dan tidak berat sebelah.
  • Kebersamaan, orang-orang Mentawai lebih mengutamakan persatuan dan persaudaraan.
  • Tidak boleh berzina, perkawinan bagi orang Mentawai merupakan hal yang sifatnya sangat sakral maka kalau dilanggar akan dihukum oleh adat, dahulu hukumannya ada yang dibunuh.
  • Tidak boleh masuk ke dalam rumah kalau di dalamnya hanya ada perempuan saja.
  • Kalau berjalan bersama-sama maka laki-laki harus di depan.
  • Orang-orang Mentawai jujur dan lugu, kalau menjanjikan akan memberikan rokok Gudang Garam kepada penduduknya maka jangan sekali-kali memberikan rokok Djisamsoe, karena mereka akan tetap menanyakan dan meminta rokok Gudang Garam.
  • Berat sepikul ringan sejinjing, semua pekerjaan mereka lakukan secara bergotong-royong.
  • Tidak mau mengambil hak orang lain.
  • Menghormati tamu.

Sumber tulisan :

https://www.gurupendidikan.co.id/suku-mentawai/

Tags Keluarga

About The Author

Utamii 69
Expert

Utamii

Suka membaca dan menulis
Plimbi adalah tempat menulis untuk semua orang.
Yuk kirim juga tulisanmu sekarang
Submit Artikel