Seperti diketahui bahwa pandemi mengharuskan semua orang untuk beradaptasi, tak terkecuali terhadap dunia kuliner. Tidak hanya pelaku bisnis kuliner yang harus beradaptasi demi mempertahankan usahanya, tetapi para konsumen pun harus beradaptasi menyesuaikan keadaan dan peraturan yang telah diberlakukan.
Pembatasan usaha yang diberlakukan oleh pemerintah akan melahirkan inovasi-inovasi dalam bisnis kuliner. Salah satunya adalah dengan menjamurnya ghost kitchen atau cloud kitchen yang muncul karena keengganan masyarakat untuk keluar rumah menjadi alasan tepat untuk membuat bisnis kuliner semacam ini. Meskipun demikian di sisi lain ada pula konsumen yang masih berani untuk keluar rumah sekadar membeli kudapan atau refreshing berkeliling kota tanpa turun dari mobil. Namun yang namanya jalan-jalan tanpa dibarengi dengan berburu objek kuliner seperti rasanya membuat sayur tanpa garam. Di masa pemberlakuan ‘Pembatasan Sosial Berskala Besar’ atau PSBB ini, banyak orang yang melakukan berkendara dengan mobil keliling kota tanpa keluar mobil namun tetap saja berakhir mampir di drive thru McDonald’s. Tidak makan di rumah namun meluangkan waktu untuk menyantap makanan pesanan di parkiran mobil. Walau agak ribet, tetapi ini cukup menghibur untuk anak-anak yang ikut serta di dalam mobil dan sementara waktu bisa menghilangkan rasa bosan.  Â
Makan di luar rumah sepertinya masih menjadi hiburan yang sangat digemari oleh masyarakat, terutama mereka yang tinggal di area perkotaan. Peraturan yang dibuat oleh pemerintah adalah tidak melarang bagi tamu restoran untuk makan di dalam mobil. Aturan untuk jaga jarak dan tidak berkerumun tetap bisa dilakukan.
Nah melihat peluang tersebut di atas, restoran yang mempunyai area parkir cukup luas pun akhirnya membuat layanan makan di mobil. Salah satu contohnya adalah Holycow! By chef Afit adalah salah satu pelopornya. Layanan pesan dari parkiran yang dilakukan tak lama berselang sejak diberlakukannya PSBB di bulan April 2020. Layanan ini didukung dengan lokasi Holycow! yang kebanyakan berdiri sendiri (tidak di dalam mall) dan rata-rata mempunyai parkiran yang cukup luas, jelas Lucy Wiryono si pemilik. Semua kegiatan dilakukan dalam jarak yang aman. Untuk pesan makanan / minuman, menu yang mereka buat memiliki kode masing-masing dengan sistem QR code. Jadi konsumen bisa secara langsung scan atau menunjuk menu yang dibawa oleh crew. Untuk memberikan pelayanan yang optimal, Lucy memakai nampan yang sekaligus berfungsi sebagai meja ketika para pelanggan makan di mobil. Nampan-nampan tersebut ada penutupnya sehingga makanan dan minuman tetap dalam kondisi higienis saat diterima oleh pelanggan. Bahkan pelanggan bisa minta petugas untuk memotong-motong steak agar lebih mudah dimakan oleh pembeli.    Â
Lucy merasakan antusiasme pelanggan terhadap layanan ini. Dari awal hingga kini, pelanggan yang makan di mobil semakin bertambah banyak, sekilas terlihat seperti wisata keluarga saja karena banyak yang mengajak serta anak-anak.
Kondisi tidak berada di dalam mall dan mempunyai area parkir sendiri memang merupakan sebuah keberuntungan untuk melakukan layanan makan di mobil. Namun, bukan berarti layanan ini tidak bisa diterapkan oleh restoran-restoran yang ada di dalam mall. Salah satu contoh adalah Shabu Kitchen, restoran yang berlokasi di Mall Boemi Kedaton, Bandar Lampung. Dalam akun Instagramnya, diketahui bahwa restoran ini juga menyediakan layanan untuk makan di mobil dengan cara yang cukup simple. Para pelanggan yang sudah parkir di Mall Boemi Kedaton cukup melakukan chat melalui WhatsApp agar petugas restoran bisa menghampiri mobil pelanggan guna melakukan pemesanan. Selanjutnya, tata cara yang dilakukan hampir sama dengan restoran di luar mall.
Acara makan di mobil atau dine in car bisa menjadi salah satu pilihan untuk para konsumen menemukan hiburan di luar rumah yang cukup aman dilakukan selama pandemi. Namun yang tetap perlu diingat adalah cara ini berbeda dengan makan di luar sesungguhnya alias di dalam restoran. Apabila tujuannya adalah untuk isi perut, tak menemukan masalah makan di dalam mobil. Akan menjadi lain cerita apabila makan di restoran menjadi sebuah gaya hidup, dimana ambience menjadi elemen pembangkit selera yang utama. Tentu ini tidak bisa dihadirkan di dalam mobil.
Layanan dine in car sepertinya akan menjadi sukses untuk restoran-restoran yang menyajikan makanan dengan menu sehari-hari seperti restoran keluarga. Atau restoran yang memang mengandalkan makanan sebagai daya tariknya, bukan restoran yang mengandalkan suasana untuk memanjakan para tamunya.
Demikian kami menjelaskan dengan singkat tentang artikel dengan judul ‘Dine In Car, Menjadi Tren Makan Di Luar Saat PPKM’ yang dirangkum dari beberapa sumber berita. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.
Â