Pastilah selalu menyenangkan jika anda harus berurusan dengan kegiatan makan-makan. Aktivitas ini bisa dimulai dari warung makan tradisional sampai kelas restoran pada hotel-hotel berbintang menarik untuk dikulik.
Berbekal petunjuk dari museum anak kolong tangga di Yogyakarta, melalui artikel ini kami akan mencoba menelusuri jejak jajanan yang termasuk ke dalam kategori langka di pasar Kotagede, Beringharjo, Demangan hingga Pathuk di Yogyakarta. Pengelola museum mengelompokkan makanan-makanan tersebut sebagai camilan dan manisan dari dunia anak-anak masa lalu. Coba saja anda tanyakan kepada penjual makanan di tempat tersebut akan mendapatkan reaksi yang bermacam-macam namun rata-rata mengejutkan, ada yang bertanya kenapa mencari yang susah-susah ?
Pada akhirnya dari beberapa makanan yang termasuk ke dalam daftar pencarian, berhasil menemukan beberapa jenis makanan tradisional yang saat ini keberadaannya dimana-mana agak langka. Bisa jadi anda yang berusia 30 tahun ke atas serasa mengendarai mesin waktu saat membaca artikel ini atau justru merasa gelisah kalau yang sebenarnya makanan tradisional tersebut hampir punah.
Untuk mengobati rasa penasaran, makanan apa saja yang diduga mulai lenyap itu akan kami jelaskan dengan singkat berikut di bawah ini.
1/ Jajanan pasar tradisional bernama Unter-Unter
Jajanan yang satu ini ada juga yang menyebutnya Untir-Untir atau Pluntir, Untir atau Kue Tambang. Jajanan ini terbuat dari tepung terigu, gula pasir, serta beberapa bahan-bahan lainnya. Dinamai Kue Tambang karena memiliki bentuk yang melilit seperti tambang. Biasanya kue ini hanya disajikan ketika ada arisan ibu-ibu di kampung, Idul Fitri atau Idul Adha. Memiliki warna yang beragam, ada yang cokelat muda atau berwarna lebih gelap. Guna menjaga kerenyahan kue tetap garing, maka disarankan kue ini dimasukkan ke dalam toples saja. Sangat tepat disantap bersama dengan minum secangkir teh sebagai kudapan untuk belajar atau menonton TV dan camilan ringan untu sarapan pagi.
Di beberapa pasar tradisional, kue ini masih relatif mudah dijumpai dengan harga yang beragam tergantung varian rasa yang ditawarkan. Per kilonya antara Rp. 30.000 sampai dengan Rp. 40.000 dimana sebelum membeli disarankan anda mencobanya terlebih dahulu. Belilah yang memiliki warna sama.
2/ Jajanan tradisional bernama Maduwongso
Meskipun nama jajanan tradisional ini memakai kata madu namun makanan ini tidak ada hubungan sama sekali dengan pemanis alami yaitu madu. Mungkin karena rasanya saja yang sama-sama manis menyebabkan jajanan tradisional ini diberi nama Maduwongso. Nah bagi anda yang memiliki kecendrungan kadar gula tinggi sebaiknya tidak mengkonsumsi makanan yang sangat menggoda ini.
Maduwongso terbuat dari ketan manis yang rasanya agak asam dan manis hampir menyerupai makanan tapai karena pengolahannya melalui proses fermentasi dari ketan hitam. Selanjutnya baru ditambahkan gula, santan serta selai nanas untuk dimasak hingga menyerupai Dodol atau Jenang. Untuk menjadikannya lebih menarik, Maduwongso dibungkus kertas cantik berwarna-warni. Harga per satu kotak yang berisi 10 Maduwongso adalah antara Rp. 10.000 sampai dengan Rp. 12.000 dimana untuk mendapatkannya, anda bisa membeli di pasar-pasar Kotagede, Yogyakarta.
3/ Jajanan tradisional Jenang Krasikan
Lain ladang lain belalang. Lain lubuk lain ikannya. Pepatah ini berlaku untuk salah satu jajanan tradisional yaitu Jenang Krasikan. Meskipun secara tekstur dan rasa serupa namun beda wilayah akan berpengaruh terhadap penamaannya. Di daerah Jawa Barat makanan manis serta lengket ini diberi nama Dodol sedangkan di Jawa Tengah dan sekitarnya diberi nama Jenang.
Jenang Krasikan atau disebut juga Kue Ladu sejak dahulu hingga saat ini menjadi camilan favorit untuk oleh-oleh khas Jawa Tengah. Yang membuatnya unik adalah makanan ini mampu menciptakan cita rasa yang berbeda-beda antara jenis satu dengan yang lainnya, dalam Bahasa Jawa diistilahkan ngeres atau seperti berpasir ketika dikunyah.
Cara memasak jajanan ini sangat unik dimana bahan dasarnya adalah dari beras ketan dicampur dengan santan, gula merah, serta ditambah parutan kelapa. Semua bahan dimasak dalam satu periuk selama beberapa jam. Setelah mengental, adonan Jenang diletakkan di wadah menyerupai Loyang hingga dingin lalu dipotong-potong sesuai dengan selera. Biasanya hanya berbentuk persegi panjang lalu dibungkus dengan plastik bening.
Untuk mendapatkannya, anda bisa mengunjungi beberapa tempat membeli oleh-oleh dimana jajanan yang ditawarkan bervariasi tergantung ukuran dan nama pembuatnya. Sedangkan bagi anda yang ingin secara langsung mengunjungi markas besar pengrajinnya bisa datang ke rumah Ibu Sunarti di Dusun Glagah, Desa Sirahan, RT 19, RW 05, Salam, Magelang, Jawa Tengah. Atau dengan menghubungi nomer 0813 2887 9887.
4/ Jajanan tradisional Kuping Gajah
Makanan yang satu ini memiliki bentuk kecil bulat dengan lingkaran selang-seling hitam putih termasuk ke dalam salah satu jajanan tradisional melegenda di Indonesia. Biasa disuguhkan saat Idul Fitri dan Idul Adha, makanan ini juga laris manis menjadi kudapan ringan saat arisan di lingkungan rumah tangga.
Kue Kuping Gajah memiliki dua motif yaitu hitam bergaris putih dan putih kekuningan bergaris putih. Yang sedang ngetrend saat ini adalah warna hitam dimana keduanya sama-sama terbuat dari tepung terigu, margarin, gula bubuk, garam, vanili bubuk, telur ayam, dan santan kental. Di pasar-pasar tradisional harga satu kilogram Kuping Gajah adalah Rp. 40.000 yang saat ini sangat mudah untuk dijumpai di seputaran pasar Kotagede atau Beringharjo di Yogyakarta.
5/ Jajanan tradisional Endog Gludug
Apabila anda mengartikan satu per satu, nama Endog Gludug terdengar unik dimana dalam Bahasa Jawa Endog berarti telur. Sedangkan Gludug bermakna gemuruh. Kalau digabungkan menjadi telur yang bergemuruh. Nama lain yang populer adalah Pia Telur Gajah atau Pia Telur Penyu. Istilah ini muncul karena jajanan ini menyerupai kue Pia dengan ukuran yang berbeda-beda namun rata-rata bulat menyerupai telur dan berwarna agak putih / putih kusam.
Menurut beberapa sumber menjelaskan bahwa Endog Gludug masih banyak ditemukan di seputaran Kota Banyumas, Purwokerto hingga Purbalingga dan pasar-pasar tradisional di Yogyakarta.
Bahan untuk membuatnya hampir sama dengan Pia biasa yaitu dari tepung terigu. Setelah beberapa bahan dicampur, Pia ini lalu dibakar memakai oven bata berbentuk silinder. Campuran adonan antara tepung terigu dengan gula merah selanjutnya dilekatkan satu per satu di dinding tungku. Setelah melembung karena panas, adonan akan berbentuk setengah telur. Agar tidak meletus dan gosong maka si pembuat harus segera mengangkatnya. Setelah matang dan dingin, anda akan mendapatkan Endog Gludug yang garing di luar tapi renyah di dalam. Saat ini selain berisikan gula merah, ada berbagai varian rasa seperti menambahkan isian berupa selai nanas dan selai durian. Untuk bisa membelinya, anda cukup merogoh uang sebesar Rp. 8000 per bungkus.
Demikian kami menjelaskan dengan singkat tentang artikel dengan judul ‘Makanan Tradisional Yang Mulai Punah, Namun Membuat Anda Serasa Muda Kembali’ dirangkum dari beberapa sumber berita. Semoga tertarik.
Â
Â