Digitalisasi investasi reksa dana berhasil memikat anak muda, milenial, dan digital savvy untuk mulai berinvestasi di masa pandemi Covid-19. Terbukti jumlah investor di agen penjual reksa dana (Aperd) tumbuh signifikan.
Pertumbuhan investor milenial ini menjadi bukti kalau digitalisasi di capital market yang berlangsung sangat masif memberikan dampak yang signifikan.
Pertumbuhan ini ternyata ditopang oleh kondisi perekonomian yang mulai pulih dan tumbuh dari jerat pandemi Covid-19.
Agen penjual reksa dana (Aperd) digital tentu saja masih memainkan peran besar dalam memacu pertumbuhan industri reksa dana. Secara nyata, digitalisasi investasi reksa dana mengakibatkan penambahan jumlah investor muda.
Sebagaimana disampaikan Ketua Dewan Presidium Asosiasi Pelaku Reksa Dana & Investasi, Prihatmo Hari Mulyanto baru-baru ini, jumlah investor reksa dana di 2020 sudah tumbuh 78% menjadi 3,2 juta dibandingkan Des 2019, kemudian per Maret 2021 jumlahnya sudah meningkat lagi menjadi 3,5 juta.
Pertumbuhan jumlah investor di kalangan milenial menarik untuk dicermati karena sebenarnya ada sesuatu yang berubah di kalangan milenial selama pandemi Covid-19.
Perilaku milenial bergeser dalam mengalokasikan dan membelanjakan uang yang dimiliki. Pembatasan sosial hingga larangan traveling selama pandemi membuat milenial mengalokasikan dana hiburan traveling ke investasi.
Apalagi, di masa pandemi covid-19, kegiatan edukasi dan literasi secara digital masif dilakukan pihak berwenang, belum lagi kemunculan publik figur hingga artis yang cuap-cuap mengajak milenial berinvestasi.
Kesemuanya itu ditopang digitalisasi platform investasi reksa dana yang dilakukan selama pandemi, seperti inovasi yang dilakukan Indo Premier dengan platform IPOTFund yang resmi terintegrasi dalam aplikasi IPOT di masa pandemi Covid-19.
Milenial dimudahkan dalam memulai investasinya berkat inovasi ini, tak terkecuali tersokong modal awal yang sangat terjangkau. Cukup dengan Rp.100.000,- saja investor sudah bisa memulai investasi reksa dana.